RICH MIN ✔️

By twinklewinter

170K 19.8K 625

Park Seyi berharap agar dalam hidupnya tidak akan pernah terlibat dengan orang kaya. Namun suatu hari tanpa s... More

Min Yoongi dan Masalahnya
Episode 1: Seyi yang ceroboh
Episode 3: Pertemuan singkat
Episode 4: Bertemu kembali
Episode 5: Mulai terjebak
Episode 6: Akibat berbohong
Episode 7: Negosiasi
Episode 8: Orang asing
Episode 9: Posesif
Episode 10: Teman baru
Episode 11: Seoul yang sempit
Episode 12: Berita untuk Seyi
Episode 13: Kisah mereka
Episode 14: Idola dan penggemar
Episode 15: Lelucon takdir
Episode 16: Hari yang melelahkan
Episode 17: Dua sahabat
Episode 18: Janji dan Memori
Episode 19: Kembali ke kenyataan
Episode 20: Enam Mata
Episode 21: Hati atau logika
Episode 22: Hari baru
Episode 23: Sangat dekat
Episode 24: Benang merah
Episode 25: Lingkaran
Episode 26: Hal yang ditakutkan
Episode 27: Keluarga
Episode 28: Tak lagi sembunyi
Episode 29: Satu hari
Episode 30: Selamat tinggal
Episode 31: Hilang
Episode 32: Yang ditinggalkan
Episode 33: Sebuah kencan
Episode 34: Perjuangan
Episode 35: Keputusan
Episode 36: Sesuatu di Jeju [END]
Episode Special
Episode Special + Special
Park Seyi dan Masalahnya

Episode 2: Teka-teki

5.5K 591 7
By twinklewinter

Park Seyi hanyut dalam pikiran yang diciptakannya dalam diam. Keningnya berkerut. Bibir merah mudanya terbuka sedikit. Perasaan bersalah dan juga kesal membuat hati dan dirinya tak nyaman.

"Kau kenapa? Baru kutinggal sebentar kenapa wajahmu jadi begitu?"

Yebin terheran melihat aura sahabatnya berubah drastis dari beberapa menit yang lalu saat dirinya meninggalkan gadis itu di lobby hotel.

"Kenapa dengan wajahku?" tanya Seyi dengan lirih sampai hampir tidak terdengar oleh lawan bicaranya.

"Omo! Ini ponsel kenapa?" Yebin yang penasaran mengambil benda itu dari tangan Seyi. Layarnya banyak retakan, saat Yebin mencoba menghidupkannya benda itu tidak merespon sama sekali. "Sudah tidak bisa menyala lagi. Kau menjatuhkannya?" tambah Yebin.

"Itu bukan milikku," terang Seyi. "Aku tidak sengaja menabrak orang asing dan menjatuhkan ponsel miliknya,"

"Apa?! Bagaimana bisa?!" respon Yebin histeris.

"Setelah jatuh aku malah tidak sengaja menginjaknya... Huhu... Yebin, aku harus bagaimana???"

Seyi merengek seperti anak kecil sambil memeluk lengan Yebin.

"Perbaiki saja, bereskan?" Yebin memberi saran seadanya.

Saran Yebin yang seolah sangat mudah —memang mudah untuk Son Yebin— itu membuat Seyi tidak senang sampai-sampai Seyi melotot padanya.

"Ayo aku traktir minum! Aku tahu suasana hatimu sedang buruk." Yebin berusaha menghibur Seyi. Selain sudah lama tidak mencicipi soju lagi, ia tahu di akhir bulan ini Seyi hanya punya uang koin di dompetnya.

"Tidak, aku harus segera pulang." tolak Seyi.

"Yah... Padahal aku ingin minum-minum sambil mendengarkan masalahmu,"

"Besok datanglah ke kafe Jiyeon eonni, akan aku ceritakan di sana."

***

Pintu ruang studio musik dengan tempelan 'Genius Lab' dibuka oleh pemiliknya yang juga terkenal jenius.

Seperti biasa yang ia lakukan setelah memasuki ruang studionya adalah duduk di kursi kebesaran, menghidupkan komputer, kemudian lanjut berkarya.

Min Yoongi punya alasan kenapa hari ini ia datang ke studio lebih cepat dari biasanya. Ia ingin menghindari ibunya.

Ibu Yoongi bilang akan mengunjungi apartemen Yoongi pagi ini, dan Yoongi sangat yakin, pasti nanti ibunya akan terus membahas tentang calon istri. Padahal kekasih saja Yoongi tidak punya, bagaimana bisa langsung memiliki calon istri?

"Hyung!" sapa seseorang yang baru saja masuk ke studio Yoongi.

Hanya satu orang selain Yoongi yang tahu kata sandi 'Genius Lab'. Jeon Jungkook.

"Hmm," sahutnya tanpa menoleh pada lelaki bermata bulat dan bergigi kelinci itu.

"Tumben sekali hyung datang di hari minggu sepagi ini,"

"Pekerjaanku masih banyak." Alibi Yoongi.

Meskipun Yoongi selalu menjawab dengan datar, senyuman di wajah Jungkook tidak luntur. Entah karena ia ingin terus memamerkan gigi kelincinya atau memang dirinya selalu ceria meskipun hari minggunya dipenuhi dengan jadwal melatih para trainee.

"Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi, Hyung?" tanya Jungkook sembari mendaratkan bokongnya ke sofa terdekat.

"Ada perlu apa?"

Jungkook berdeham kecil, ia berkata, "Semalam nuna datang ke studio, mencari hyung."

Yoongi memutar kursi kerjanya menghadap Jungkook. Kedua sikunya bertumpu di lengan kursi, telapak tangannya saling bertautan membentuk jembatan.

"Lalu?" tanya Yoongi.

"Nuna bertanya hyung ada di studio tidak, lalu aku jawab hyung sedang ada pertemuan dengan produser lain. Nuna juga berpesan agar hyung segera menghubunginya."

Dengan segera Yoongi beranjak dari kursinya membuka pintu studio, ia meninggalkan pesan kepada Jungkook sebelum keluar dari sana.

"Jika ada yang mencariku, katakan aku sedang ada urusan!"

***

"Lalu bagaimana? Kau mengenal siapa orangnya?"

Yebin yang sedari tadi menyimak dengan baik setiap ucapan yang keluar dari mulut Seyi kembali bertanya dengan membara.

Seyi menatap nanar ponsel di atas meja yang menjadi masalah barunya itu. "Tidak, aku tidak mengenalnya."

"Apa dia sangat marah? Dia mengatakan apa saja?" tanya Yebin lagi.

"Hmm..." Seyi bergumam sambil mengingat kembali kejadian malam itu. "Dia membawa-bawa kata hukum dan penjara, di—"

"Omo! Apa dia seorang pengacara?!" potong Yebin tiba-tiba.

"Hah? Benarkah?! Menurutmu begitu?" Seyi termakan omongan Yebin.

"Lalu dia mengatakan apa lagi?"

"Sebelumnya dia menyuruhku membuang ponselnya yang sudah rusak ini, tapi setelah itu dia malah menyuruhku memperbaikinya dan mengembalikannya kalau sudah selesai. Jadi menurutku dia bukan seorang pengacara. Mana ada pengacara labil begitu!!" terang Seyi panjang lebar menyampaikan analisisnya.

"Kenapa dia berubah pikiran? Seharusnya buang saja kalau memang tidak butuh lagi ponsel ini! Sekarang dia malah merepotkanmu!" Yebin mendorong ponsel itu menjauh darinya. Ia terlihat melampiaskan amarahnya pada benda itu.

"Aku tidak tau kapan bisa memperbaikinya. Uangku sudah habis, ibu tidak mau memberiku uang saku tambahan."

Seyi melengkungkan bibirnya ke bawah, ia mulai menunjukkan mata anak kucing butuh belas kasihnya kepada Yebin.

"Tidak, aku tidak akan meminjamimu uang. Kau tahu aku tidak suka orang yang mengeluh tanpa berusaha terlebih dahulu." Yebin menyilang kedua tangannya di dada, ia menatap Seyi tegas.

"Aku sudah berusaha merayu ibuku, dan sekarang aku juga sedang berusaha membujukmu."

Yebin menggelengkan kepalanya sekali lagi, menolak terbuai bujukan Seyi.

"Omong-omong kemana ponsel ini harus dikembalikan? Kau tahu alamat orang itu?" Yebin kembali bertanya sambil menyeruput minumannya.

"Ah benar!" Mata Seyi terbuka lebar setelah mengingat sesuatu yang penting. "Dia tidak memberitahuku dimana dia bekerja, tapi dia memberitahuku sesuatu!"

"Memberitahumu apa?"

"Su... Su..." Ah! Seyi tidak mengingat huruf terakhirnya!

"Susu?" sahut Yebin.

"Bukan!!!" balas Seyi frustasi. "Sepertinya ia berkata Su... apa yaa... Suka? Cuka? Sukar? Sugar? Ah! Suga!!!" Akhirnya kata itu berhasil Seyi ingat.

"Suga? Apa itu? Makanan manis? Minu—" Yebin terdiam, tiba-tiba ia mengingat sesuatu tentang Suga. "Maksudmu Suga si produser musik itu?!"

"Entahlah, aku tidak tahu siapa dia," jawab Seyi.

Pandangan Seyi beralih ke arah jendela kaca di sebelahnya. Mengingat bagaimana lelaki itu berpakaian dan ponselnya yang mahal, Seyi jadi yakin lelaki itu adalah orang kaya. Astaga, Seyi tidak ingin berurusan dengan orang kelas atas. Bagaimana jika lelaki puncat dan kaya itu memiliki banyak musuh lalu mereka menyerang Seyi? Hih... Menakutkan.

Tidak, tidak. Seyi menggelengkan kepalanya menghilangkan imajinasi yang tidak masuk akal barusan.

Sementara itu Yebin masih terlihat shock karena 'Suga' dan sulit mengontrol ekspresinya.

"Kau bertemu Min Suga?!" Suara Yebin melengking mengulang nama lelaki itu.

"Ya! Pelankan suaramu!" Seyi memukul lengan Yebin gemas, mereka baru saja menjadi pusat perhatian di kafe ini.

Yebin menurutinya, ia menarik Seyi agar mendekat lalu berbisik, "Kau bertemu Min Suga produser musik yang terkenal itu?"

"Sepertinya dia tidak terkenal," jawab Seyi sembari mengaduk minuman di depannya.

"Benarkah?"

"Ya, sebab aku tidak mengenalnya." jawab Seyi dengan yakin.

"Ya! Kau kan memang tidak tahu apa-apa tentang pria tampan! Kau itu seperti hidup di gua, Seyi! Di gua!!!" Yebin meledak lagi. "Kau seharusnya belajar padaku tentang pria tampan dan bagaimana cara mende—"

"Yebin!!!" potong Seyi tiba-tiba. "Itu dia!!! Dia pemilik ponsel ini!!!" Seyi terkejut melihat siapa yang baru saja masuk ke kafe, sampai-sampai ia menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Melihat Seyi seperti sedang bersembunyi dari seseorang sontak membuat Yebin mengikuti arah pandang gadis itu.

Seorang lelaki berdiri di pintu masuk kafe, kulit putihnya terlihat mencolok karena pakaian serba hitamnya. Meski mengenakan topi, mata lelaki itu terlihat berpendar ke sekeliling kafe.

"Seyi, itu Min Suga! Benar-benar Min Suga!!!"

Continue Reading

You'll Also Like

35.4K 3K 14
[COMPLETE] Amazing cover by @Leejiraice maaf.... mungkin hanya itu yang bisa aku ungkapkan, atas semua yang telah aku lakukan padamu... 17 januari 20...
579K 57.2K 51
Ini adalah kisah tentang (Namakamu) yang sangat menyayangi idolanya, Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan. Kisah ini juga bercerita tentang (namakamu) yang sel...
963K 78.4K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
13.4K 1.6K 25
Selesai, 16 Februari 2023 -Min Yoongi- "Berhenti membuat otak ku terus memikirkanmu, kau begitu candu dan menyebalkan di waktu yang sama." -Shin Jiya...