False and Fake [Draco Malfoy]

By angg_rainy

11.3K 2.3K 96

Peraturan pernikahan beda asrama membuat Hermione dan Ron tidak bisa bersatu. Sementara Draco yang tidak ing... More

Solusi
Menjadi Penyihir
Ciuman
Masa Lalu
Saling Mengenal
Perkenalan Orang Tua
Real First Kiss
Cinta Pertama
Study Cinta
Berpacaran
First Day
Kebenaran
Kembalinya Pelahap Maut
Munculnya Voldemort Muda
Keberanian
Asal Mula Voldemort Baru
Pertarungan Dimulai
Rahasia Zathiya
Perang Yang Lebih Sulit
Pemecatan Kekasih
Draco 360°
Perbaikan Hubungan
Apa yang Disembunyikan?
Penyakit Aneh
Kebahagiaan yang Sementara
It Musn't But Must
Akhir Kebohongan
The Last Yule Ball

Hidup dan Mati

261 79 1
By angg_rainy

Chapter 15 : Hidup dan Mati

Disclaimer : All Harry Potter Characters Belongs to JK Rowling, Dan Beberapa Karakter Buatan Sesuai Imajinasi Penulis.

Pemeran utama:

Draco Malfoy Dengan segala ke-Malfoy an nya yang kalian ketahui.

Hanna Alexander Digory Karakter buatan Author. Wanita bertinggi 150 cm berambut hitam gelombang se-bokong(rambut asinya Blonde). Mempunyai lesung pipi. Karakter riang, cerewet, ramah namun suka menghamburkan uang. Sikapnya dapat berubah menjadi tempramental jika terbawa emosi dan pandai berkelahi. Sangat suka pink sampai sakit mata.

Warning : Karakter OOC , Mantra buatan penulis, dll

(Time line: 1 Tahun setelah perang melawan Voldemort usai, Voldemort mati dan Dumbledore masih hidup)

Normal PoV

Markas Zathiya Digory dan Theorax De Rumpre cukup jauh dari pusat kota Peru. Disini terlalu banyak puing dan reruntuhan hancur akibat serangan dua orang bodoh yang ingin menguasai dunia itu.

Tom tidak suka kembali ke tempat ini. Dia tau, Hanna memang orang yang kasar dan dingin. Tetapi Hanna yang sepenuhnya membantu dia untuk sembuh. Sedangkan orang di tempat ini? Selalu saja memperlakukan Tom seperti tahanan.

" I can't sis. Please." Tom menarik ujung baju kemeja yang dipakai Hanna. Dia ragu untuk kembali masuk ke pintu bawah tanah tersebut.

"Ssh.. hanya ingat benda yang ku selip di bajumu jangan sampai jatuh ok? Apapun yang ku dengar akan berasal dari sana." Hanna menenangkan pria tegap di depannya. Menggosok lengannya beberapa kali.

Pria itu tersenyum paksa. Dia tahu, karna benda muggle aneh ini sudah di tes berkali-kali di rumah Hanna, sebelum akhirnya di selipkan di saku baju kemeja Tom dan di sembunyikan sedemikian mungkin.

"Kabari aku jika Theorax sendirian. Aku ingin memenggal kepalanya dengan tanganku sendiri." Hanna tersenyum manis sambil mengemukakan perkataan mengerikan barusan.

Tom berkeringat. Dirinya mengangguk melihat ekspresi menyeramkan itu. Dirinya menenggak ludah dengan berat. Melihat ekspresi menyeramkan Hanna Digory sama seperti melihat Zathiya yang sedang menyiksanya.

Ah benar.

Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya bukan?

#Lorong bawah tanah

Hanna masih di dalam mobil pinknya. Bersembunyi di balik rerumputan tinggi. Dia mendengarkan percakapan milik Tom. Masih belum ada yang aneh. Zathiya tua itu bahkan percaya Tom masih hidup karna dia separuh Voldemort.

Oh come on.

Jika Hanna telat 1 menit saja saat itu, Tom mungkin mati kehabisan darah.

Percakapan yang ia sadap langsung tersimpan di 2 lokasi. Hp nya dan Hp yang di tangan Malfoy. Entah, lelaki pirang merepotkan itu pasti akan terkejut dan merinding jika benda kotak bernama Hp yang diberikan oleh tunangannya itu bisa mengeluarkan suara sendiri.

Semoga saja Hp nya tidak di banting.

Hanna juga sudah menyuntikan Gps ke tubuh Tom sebelum ia dilepaskan ke markas persembunyian ibunya yang brengsek itu.

Sebenarnya ia ingin sekali menonjok ibunya dengan tangannya sendiri. Tapi hari ini? Terlalu berbahaya.

Dia hanya sendiri beserta Tom Riddle kw yang penakut itu. Perlawanan seperti itu tidak akan membuahkan hasil, malah mereka bisa bunuh diri jika langsung keluar dan menyergap dengan gegabah. Mereka sangat kalah jumlah.

Tom menuju ke toilet. Dirinya berkali-kali menghela nafas dengan kasar. Jujur, Tom sangat takut. Apa mungkin dia bisa bebas? Atau, mungkin kah saudara yang baru di temuinya itu dapat dipercaya?

Tom menggeleng.

Hanna pasti bisa dipercaya.

"Hanna, kau disana?"

Hanna menjentikkan jarinya sekali lalu alat di saku bajunya mengeluarkan nyala hijau.

"Ya Tom, lanjutkan."

Suara itu terdengar seperti sihir. Hanya Tom yang dapat mendengar suara halus Hanna. Sementara dari beberapa bilik kamar mandi pria yang lain-pun tidak terdengar apapun selain suara Tom.

"Zathiya dan yang lain akan pergi pukul 10. Mereka berencana menyerang London."

Hanna mengepal erat. Sialan. Mereka sudah semakin dekat dengan Hogwarts.

Bagaimana nasib Harry? Apakah mereka mampu melawan Zathiya?

"Tenang saja sis, mereka berencana membunuh para Muggle terlebih dahulu. Lalu perlahan akan kesana. Mereka masih aman."

Hanna cepat-cepat mengirim data informasi lewat pesan text juga pada Malfoy. Takut-takut Malfoy tidak memperhatikannya disana.

Mana mungkin kan?

Hanna: Mereka berencana akan membunuh Muggle dear. Bergerak dari Peru menuju London pukul 10 Malam.

Draco: Aku tidak bodoh Hun, I'm listening. Idiot.

Hanna menggertakan giginya. Walaupun dalam status bertunangan Malfoy memang tetap menyebalkan.
------------------
Di Hogwarts

Mana mungkin kan?

Gadisnya. Miliknya. Cintanya.

Sedang berjuang mati-matian diluar sana.

Mana mungkin seorang Draco Malfoy bisa tidur?

Malfoy terus meminum kopi panasnya. Sudah 3 teko dia minum semenjak kemarin malam. Dia sangat ingin terjaga. Bahkan bola mata putih pemuda pirang itu telah berubah menjadi memerah sepenuhnya.

Willheim Digory sangat paham perasaan Draco. Lagipula dialah satu-satunya keluarga yang berbagi silsilah Digory di Hogwarts. Dia pun sangat khawatir dengan adik sepupunya.

Willheim menepuk pundak Draco, dirinya menatap dengan tulus.

Bahkan hal langka terjadi, Draco yang sangat angkuh memeluk Willheim Digory dan menangis.

MENANGIS

Hal yang sangat langka, bahkan lebih langka daripada menunggu salju turun di tempat ber-iklim tropis.

"Oh ayolah Drakie, kau yang lebih tahu Hanna daripada aku." Willheim tersenyum ramah, dia menyodorkan piring di hadapannya, "Pasta? Kau pasti sangat lapar setelah seharian latihan merapal mantra dan berpedang begitu."

Draco tersenyum sinis, dia memang memegang tongkat kebanggaannya dan berjaga dengan pedang perak di tangan kirinya. Serangan sihir dan fisik harus seimbang.

"Ah pasta keju. Hanna akan berjingkrak kegirangan kalau tahu hal ini sekarang jadi menu Hogwarts." Draco tersenyum hanya dengan memikirkan wajah garang milik wanitanya. "Ditambah dengan piring warna pink dan serbet pink, dia pasti akan tersenyum sepanjang hari."

"Well.. Mister Know Hanna All." Willheim tertawa mendengar penuturan lengkap dari Draco. Memang lelaki ini sangat terlihat mencintai Hanna.

"Ayolah.Kau adalah kakaknya by the way, kau lebih tahu dia." Draco menyikut perut lelaki yang duduk di sebelahnya.

Willheim tertawa dan menggeleng, "Aku sejak awal tidak tahu tentang dia. Aku baru mengetahui ia penyihir saat paman Alexander wafat. Saat Zathiya licik itu juga pura-pura mati."

"Awalnya aku sangat senang. Hanna adalah squib. Dia tidak perlu merasakan kejam dan kelamnya dunia sihir. Kau tahu kan? Kita."

Draco mengangkat bibirnya dan mengerucutkan dagunya. Memang, dalam dunia sihir semuanya terasa abu-abu. Tidak ada hitam atau putih.

"Aku sangat takut Hanna menjadi seperti paman Alexander. Mati saat bekerja. Mungkin itu hal biasa bagi kita, tetapi aku tidak mau Hanna mengalami hal yang menyusahkan seperti ini. Menjadi Muggle, bersenang-senang dengan kemewahan. Aku lebih tenang Hanna menjalani hidup yang itu."

"Aku sependapat. Awalnya aku merasa Hanna yang norak dan sangat Muggle merepotkan. Tetapi setelah aku mencintai Hanna, setelah perang ini. Aku lebih suka Hanna yang menghamburkan uang di mall dan bersantai di dalam mobil. Tanpa harus tahu dan masuk dalam dunia sihir." Draco mengingat-ingat lagi awal pertemuannya. Dia tersenyum senang membayangkan keseruan perkelahian awal Hanna di Hogwarts.

Willheim memeluk pundak Draco, dia mengelus-elus pundaknya beberapa kali untuk menguatkan pemuda itu, "Jangan cemas Drak, kau tahu kan Hanna seperti apa?"

Draco hanya bisa mengangguk terdiam.
----------------
Skip
Di Peru

Penjaga yang bersama Theorax sangat sedikit. Yah 50 orang mage dan 20 orang bersenjata. Hal ini masih bisa Hanna dan Tom tangani.

Penyergapan ini terjadi satu jam setelah rombongan besar Zathiya pergi dari markas. Hanna langsung turun ke persembunyian mereka dan melenyapkan semua yang ada di dalamnya.

Satu pintu lagi, itu adalah pintu tempat Theorax tidur. Tom sudah berdarah-darah dan memastikan Theorax mati. Dia tersenyum senang, akhirnya lepaslah belenggu Tom selama ini. Dia bisa hidup sebagai manusia normal.

"Sis yang ini sudah.."

Hanna merengut sebal, "Aku kan sudah bilang. Aku yang akan memenggalnya. Kenapa kau meng-avada dia?"

"Dia memberontak sis.. Maaf"

Hanna melihat bekas luka sayat di bahu Tom dan dia mengangguk mengerti.

"Ayo kita keluar. Tempat ini akan ku bakar habis Tom."

Sesaat setelah Tom berbalik, Hanna dikagetkan dengan Theorax yang terbangun tiba-tiba. Dia menembakkan postol ke arah Tom.

Peluru itu melesat dengan cepat, sampai Hanna tidak cukup waktu untuk berfikir. Dia melindungi Tom dengan badannya dan refleks memenggal kepala Theorax.

Sesaat sebelum kepalanya jatuh, peluru itu telah masuk ke dalam tubuh Hanna.

Melesat tepat.

Ke Jantungnya.

Tom reflex menahan badan Hanna yang hampir terjatuh. Dirinya memapah dengan kuat perempuan yang sudah dianggap saudaranya.

"Hahaha.. ku bilang juga apa Tom. Penggal kepalanya. Uhuk.."

Tom gemetar, Hanna mengeluarkan batuk darah. Tetapi dengan keadaan begitu sisternya tetap tersenyum?

"Jangan bicara sis. Kau akan kehabisan tenaga."

"Tidak apa Tom. Hanya kirimkan jasatku ke Hogwarts. Dan selamatkan karyawan serta maid ku. Gunakan mobil vw di gudang sihir.. Uhuk..Uhuk.."

Hanna melihat tepat ke cincin berwarna hijau miliknya. Cincin pertunangan dengan Draco berubah menjadi merah.

Shit. Draco sialan!

"Sis. Kau menggunakan cincin ikatan hidup dan mati? Astaga. Orang itu akan mati jug-"

Hanna membungkam mulut adiknya itu dengan tanganya, sembari menahan sakit dia mendecih sebal. "Aku tidak bisa mati sepertinya. Tolong antarkan aku ke rumah. Kita selamatkan karyawan dan maidku."

Tom mengangguk, dia sudah menggendong Hanna dengan bridal style. Tom juga sudah memantrai luka perempuan berambut hitam itu dengan sihir. Untuk menahan peluru tidak masuk lebih jauh ke inti jantungnya.

"Satu lagi. Apakah kau yakin bisa menggendongku sampai rumah Tom? Kau sangat kurus." Tom menggerakkan bola matanya. Disaat seperti ini, saat Tom hampir menangis, Hanna malah asik menggodanya.

Melihat Tom kesal, Hanna tertawa. "Haha.. Tom ayolah. Lagi pula aku hanya ingin mati dengan tenang. Salahkan Malfoy memakaikan cincin ini padaku. Aku tidak mau ia mati."

Tom tersentak. Malfoy? Malfoy yang angkuh? Draco Malfoy anak dari Lucius Malfoy yang egois dan penyihir hitam? Dia mau mengadu hidup dengan Hanna? Dia pikir Malfoy hanya berpacaran atau bertunangan biasa dengan kakaknya. Tetapi melihat pengorbanan Malfoy, dia sangat mengerti sekarang.

"Mengapa Malfoy sangat mencintaimu sis? Sepertinya badan dan payudaramu sama-sama rata." Tom tersenyum menyindir.

"Oh diamlah! Setelah aku sembuh, aku akan mematahkan lehermu!" Hanna tersenyum membalas perkataan Tom.

Tom mengajak Hanna berbicara sepanjang jalan, mengenai ingatan, masa lalu dan bahkan humor bodoh. Kondisi Hanna yang sesungguhnya sangatlah kritis, sekali saja perempuan itu terlelap, Tom takut sister-nya tidak bisa bangun kembali.
---------------------

Draco terjatuh saat dia bersiap menyergap pasukan Zathiya. Dirinya kaget. Luka di bagian dadanya muncul dengan tiba-tiba. Dirinya yakin ini bukan luka dari orang lain, karna bajunya masih utuh.

Lucius beserta Narcissa langsung menggotong anak kesayangannya. Membawa dia ke Hospital Wing.

"Sepertinya luka Draco disebabkan oleh perjanjian. Lambang perjanjian hidup dan mati. Apakah Draco melakukan sesuatu saat sebelum ini?"

Kedua orangtua Draco menggeleng. Sepertinya putranya tidak mungkin melakukan perjanjian terlarang seperti itu. Lagipula saat ini Draco sudah lebih bijak dan dewasa dari sebelumnya.

Draco menggeleng ragu. Tetapi sedetik kemudian dia melotot kaget bahkan terbangun dari tidurnya dalam posisi masih menahan sakit.

"Cincin itu. Hanna. HANNA DALAM BAHAYA MOM, DAD!!!" Draco mengamuk hebat, bahkan seluruh suster di ruangan ikut menenangkan Draco agar tidak kabur dari situ. Dengan terpaksa bahkan tangan dan kaki Draco diikat oleh mantra.

"Dear, tenanglah sayang. Kau tau Hanna kan? Dia adalah gadis yang kuat. Kau harus percaya Hanna baik-baik saja." Narcissa mengelus jidat putranya yang masih menangis terisak. Dirinya sangat berharap Hanna baik-baik saja.

Bukan hanya karna nyawa putranya dalam bahaya. Narcissa dan Lucius sudah menganggap Hanna putri kecilnya. Satu-satunya putri di keluarga Malfoy.

Lucius berjalan dengan tergesa, berdiri diantara para panglima perang di Hogwarts dan berkata dengan lantang.

"DENGARKAN SEMUANYA. PUTRIKU, HANNA ALEXANDER DIGORY SEDANG SEKARAT DILUAR SANA. AKU SANGAT BUTUH RELAWAN UNTUK MEMBAWANYA KEMBALI KE HOGWARTS SEBELUM PERANG TERJADI!"

Willheim,Ginny dan George mengangguk mantap. Mereka tanpa sadar mengangkat tangan mereka,
"KAMI AKAN SELAMATKAN HANNA."

Tbc

-------------
Halo para readers kesayangan aku,

Dimohon komennya dong kakak sekalian, biar aku bisa melihat antusias kalian membaca cerita ini 😁

Meskipun gak aku bales satu-satu, tapi selalu aku baca review dan masukannya kok ❤

Aku gak terlalu fokus pada vote 😅 jadi kalo masalah vote terserah kakak-kakak aja hehee~

Salam
Rain.

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 92.9K 43
• Obsession series • [ SELAMAT MEMBACA ] Romeo akan menghalalkan segala cara demi mendapati Evelyn, termasuk memanfaatkan kemiskinan dan keluguan gad...
1.5M 72.3K 52
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
1M 108K 49
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
308K 34.1K 21
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...