Detik Terakhir [END]

By BudakVinshan

169K 13.3K 2.5K

Dua perempuan yang dipertemukan untuk saling mencinta. Ini takdir. Dan tidak ada yang bisa memisahkan mereka... More

Hari Itu
Pulang pulaaang
Asam-Manis
Adem Shani-Adem Viny
Ketemu Mantan
Bubar!
Internship merusak
Gina!
Berpaling
Sama Aja
Surabaya
Menanti
Kejadian di Pesawat
Galau di Tahun Baru
Galau di Tahun Baru II
Jakarta Banjir
Ke-Gap Berduaan
Kakak Selalu SIBOOOK
Cantik
Yang Ditunggu-tunggu
Rapsodi
Handshake kuy!
Kakak
Shani
Produktif I
Produktif II
Shani Jomblo Sehari
Gracia Jadi Rebutan
ShanDay
Badmood mode
Terakhir
The Day
Terbaik
Ada-ada Saja yang Seadanya (?)
Graduation Day is Coming
Graduation Day is Coming II
heheh
Shani kamu kenapa?
Terima Kasih
Sakit
Prahara Rumah Tangga
Perang Dingin
Ditinggal
Pisah
Sosial Distancing
Baiklah
Kosong
Canggung
Beb
Kyusen Kyotei
hello
mulai dari awal
Maaf, Kak.
Perasaan tidak enak, Si Putri Duyung Cinta
Penyesalanku
Kembali?
Nggak Kenal
Shani
I
II
Di Tengah Perjalanan
HBD GEGE
Teaser
Retak?
CLBK
You're The One
II
H-1 PSBB
Detik Terakhir
samlekomm
Epilog
DETIK TERAKHIR PART II
Terima Kasih
Sapa
Viny Tega
Diam-Diam Peduli
Kebingungan
Keputusan
Keputusan Masih Akan Berlanjut
Keadaan Berbalik
Diskusi
Go Public??
Solusi
Hari Baru?
Becca
Kok bisa?
Lidya!
Do you remember?
Harus Bagaimana?
Mak Comblang
Gimana, Shan?
Sebenarnya aku kenapa?
Viny Dilema
Putus asa?
Thinking of You
Mengulang Kembali
Aku harus pilih siapa?
99. Endless Love

Calon Menantu Kesayangan

2.5K 154 78
By BudakVinshan

Shani menuruni tangga untuk menyiapkan sarapan pagi ini. Tanpa di duga, dua orang kesayangannya berada di rumah. Setelah beberapa hari yang lalu kakaknya sudah di Jakarta, hari ini mama dan adik Shani juga menyusul ke Jakarta. Tentu, perasaan senang dan terkejut langsung menyelimutinya. Karena sudah lama sekali mereka tidak bertemu.

"Mama? Mama!" Shani berlari kegirangan lalu memeluk sang mama.

"Kaget kaan?"

"Kok mama gak bilang-bilang sih mau kesini sekarang."

"Namanya juga surprise."

"Iih sok-sokan surprise. Mama nyampe jam berapa?" Tanya Shani memeluk lengan mamanya dan berjalan untuk duduk di sofa.

"Tadi jam 4."

"Kangeen.." Ujar Shani memeluk mamanya.

"Ya mama juga.. eh Viny apa kabar?"

"Hmm yang ditanyain malah Kak Viny."  Ujar Shani membuat mamanya terkekeh.

"..dia baik kok. Tapi lagi sibuk banget sama kuliah terus magang. Dia juga jadi kapten team sekarang, apalagi mau persiapan buat konser."

"Suruh jangan diforsir. Kamu harus perhatiin dia. Ngertiin dia juga. Jangan ngambekan mulu."

Penuturan mamanya membuat Shani merasa sedikit tersinggung. Pasalnya dia sering tidak mengerti akan kesibukan kakaknya itu. Padahal itu merupakan kewajiban Viny dan sudah menjadi tanggung jawabnya.

"I–iya, Ma. Aku ngerti kok."

"Nanti malem ajak Viny makan ya. Kita makan bareng di luar." Ujar sang mama kemudian bangkit dari duduknya menuju dapur.

"Hmm..pasti dia sibuk." Gumam Shani.

•••

"Baru bangun nih." Ujar Viny dengan suara seraknya.

"Masa jam 8 baru bangun! Emang gak ngampus?" Sungut Shani.

"Baru bangun udah kena omel takoot.. aku ngampus jam 9 sayang."

"Ya tapi kan harusnya tetep bangun pagi."

"Iya iya ntar gak lagi kok." Jawab Viny malas karena rasa kantuk masih dia rasakan.

"Yaudah bangun. Mandi terus sarapan."

"Iya baweel."

"Oh iya, ntar malem disuruh mama ikut dinner di luar.. aku tebak pasti kamu sibuk."

"Loh emang mama kamu di sini?"

"Iya tadi pagi nyampe. Jadi? Gimana?"

"Aku pulang jam 7 sih kayanya."

"Yaudah ntar langsung nyusul aja ke resto. Ntar aku kasih tau di mananya."

"Masa aku gak mandi dulu?"

"Gausah sok bersih gitu deh. Biasanya juga jarang mandi."

"Jahat banget, Cani.. yaudah ntar aku bawa jaket deh buat ganti outer aku."

"Nah bagus. Yaudah sana siap-siap ih!"

"Iya iyaa. Yaudah udah dulu ya, Shani cantik. See you tonight mmmuah."

"Ih genit. Bye!"

Tut tut!

"Dinner? Kok gue malu ya.. ah kapan lagi dinner sama camer." Monolog Viny kemudian bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Sudah sangat lama Viny tidak bertemu dengan mama Shani. Bahkan dia lupa kapan terakhir bertemu. Untuk itu dia merasa canggung jika bertemu nanti.

Viny hanya sesekali berkomunikasi dengan mama Shani lewat ponsel, itu pum jika Shani sulit dihubungi. Maka sang mama akan menanyakan hal itu pada Viny, mengingat dia adalah kekasihnya.

•••

"Vinyy.. apa kabar sayang?"

"Alhamdulillah baik, Ma."

Akhirnya Viny datang setelah Shani dan keluarganya menunggunya cukup lama karena macet, katanya. Viny pun langung memeluk mama Shani dan menyalami papa, kakak, dan adik Shani. Kemudian dia duduk di kursi yang masih kosong di antara Shani dan mamanya.

Shani yang melihat keharmonisan keluarga ini pun tersenyum. Dia merasa beruntung mempunyai keluarganya dan Viny tentunya karena sudah membuat hidupnya lebih berharga.
Apalagi melihat kekasihnya itu sangat sopan kepada kedua orang tuanya, yang tentunya membuat sang mama menyukai kekasihnya itu.

"Sibuk banget ya sekarang? Aduuh makin cakep aja kamu, Vin." Ujar mama Shani.

Viny yang mendapat pujian itu pun langaung tersipu malu, "hehe mama bisa aja."

Shani yang masih memegang ponsel  dengan isengnya memotret Viny. Dia juga terpesona melihat kakaknya itu yang semakin keren dengan jaket denimnya. Tidak seperti biasanya, malam ini auranya benar-benar membuat Shani semakin jatuh hati.

(Suwer daridulu gesrek liat Viny cakep gini wkwk)


"Aku aja merasa gagal jadi cowo." Celetuk Krishna, adik Shani.

"Jangan-jangan kamu banci, Kris." Timpal Henri.

Semua yang di meja itu sontak tertawa mendengar celetukan Henri.

"Udah yuk dimakan. Shani tadi udah mesenin makanan kesukaan kamu tuh." Ujar papa Shani.

Viny hanya mengangguk malu-malu.

Shani menunjukkan foto yang baru saja dia abadikan dan berbisik pada Viny, "Ganteng banget ngga ngerti lagi."

Mereka pun saling menggenggam tangan mereka di bawah meja makan, Shani yang memulai tentunya.

"Oh iya Shan, kemarin Tante Dera nelfon katanya Erzo lagi di Jakarta. Kamu udah ketemu dia belum?"

Deg!

Pertanyaan sang mama tentu membuat Shani langsung menghentikan kegiatan makan malamnya. Dia bingung harus menjawab apa. Saat itu juga wajah Viny terlihat berubah seketika.

Shani melirik ke arah Viny yang sudah menundukkan kepalnya, "Enng..b–belum, Mah."

"Emang Erzo gak bilang kamu? Kalian masih kontekan gasih?"

Papa Shani yang melihat perubahan wajah Viny langsung memberi isyarat pada istrinya itu untuk tidak lagi membahas Erzo.

"M–masih kok. Erzo.. udah bilang ke aku. Udah ah Mah jangan bahas yang ga ada di sini. Mending lanjutin makan."

Viny melepas genggaman tangan Shani. Mood–nya memburuk sekarang. Ketika dia mendengar nama Erzo, pikiran dia langsung tertuju pada kebohongan Shani. Rasanya ingin sekali menanyakan hal itu pada kekasihnya, tapi selalu dia urungkan karena menurut Viny, waktunya belum tepat.

Sementara Shani hanya menatap Viny dengan rasa tidak enaknya. Dia tau bahwa Viny tidak suka jika mendengar nama Erzo. Dia takut jika Viny mengetahui yang sebenarnya. Takut pertengkaran itu terjadi lagi.

"Viny, besok kamu kuliah jam berapa?"

"Besok berangkat siang sih, jam 9. Jumat gak terlalu padat."

"Oh yaudah kalo gitu nginep aja di rumah. Biar gak kejauhan pulangnya. Kasian kamu kan udah malem."

"Ee..gapapa kok, Mah. Udah biasa pulang malem kalo theater."

"Udah gapapa. Nginep ya? Mama ada oleh-oleh buat kamu."

Shani yang biasanya sedikit heboh soal mama yang menyuruh Viny menginap, kini hanya diam karena merasa canggung semenjak Viny melepaskan genggamannya tadi.

Sejujurnya Viny juga malas harus bermalam di rumah Shani dan tidur dengannya malam ini. Moodnya benar-benar berubah sekarang. Tapi terpaksa dia harus mengiyakan permintaan mama Shani karena rasa tidak enaknya itu.

"Y–yaudah aku nginep, Ma."

"Nah gitu dong. Biasanya juga sering nginep. Bajunya masih ada kan di rumah?"

"Iya kayanya masih sih, Ma." Jawab Viny diakhiri senyuman manisnya

Mereka melanjutkan makan malamnya diselingi obrolan-obrolan yang terkadang membuat suasana mencair. Tapi tidak dengan Shani. Dia masih saja diam karena rasa takutnya.
Sampai pada akhirnya, acara makan malam itu pun selesai dan semuanya bersiap untuk kembali ke rumah. Sementara Viny satu mobil dengan Shani tentunya.

Walaupun Viny merasa kesal, namun dia berusaha mencairkan suasana ketika bersama Shani. Dia ingin berpura-pura seolah dia tidak tahu kejadian yang sebenarnya.

"Ayok masuk. Kok diem?" Ujar Viny ketika membukakan pintu mobil untuk Shani.

Shani pun lalu memasuki mobil dan duduk di kursi sebelah kemudi.

Keduanya kembali terdiam selama perjalanan pulang. Perasaan canggung kembali menyelimuti keduanya. Lebih tepatnya Shani.

"Kak.." Suara Shani memecah keheningan.

"Iya?"

"Kalo males nginep, gapapa gausah. Ntar aku bilang ke mama kalo kamu sibuk."

"Gapapa kok, aku gaenak sama mama kamu. Lagian tugas juga udah pada kelar."

"Oh yaudah."

Keheningan kembali muncul diantara keduanya. Sampai akhirnya mereka tiba di rumah Shani dan segera masuk.

"Vin, ini bawa ke kamar buat ngemil." Ujar mama Shani memberikan oleh-oleh untuk Viny.

"Oh, makasih, Ma." Balas Viny kemudian menaiki tangga menyusul Shani.

Tidak biasanya, Shani langsung merebahkan tubuhnya dan memandangi langit-langit kamar. Entah apa yang ada di pikirannya. Yang  pasti hal itu membuat Viny merasa janggal.

"Kamu ngga bersih-bersih duluan?"

"Nggak, Kak. Duluan aja."

"Tumben.. yaudah aku duluan ya." Balas Viny yang diangguki Shani.

Shani bingung apa yang harus dia lakukan sekarang. Apa dia harus jujur pada Viny soal Erzo? Memang, diantara keduanya tidak ada hubungan apapun selain teman, tapi Shani benar-benar merasa bersalah karena telah membohongi Viny.

Drrt!

Drrt!

Getaran ponsel membuyarkan lamunan Shani. Bukan ponsel miliknya, melainkan Viny.

Incoming call from Lidya.

"Shan.." Panggil Viny ketika keluar dari kamar mandi.
Shani pun langsung tersentak kaget mendengar itu.

"..Kamu ngapain otak-atik hp aku?"

"Ee..gak kok. Ini.. Kak Lidya nelfon." Ujar Shani lalu menyerahkan ponsel itu pada pemiliknya.

"Halo, Lid. Kenapa?"

"Gapapa sih. Gue cuma mau ngabarin ke kapten keytri ini. Kalo gue bisa buat ikut konser."

"Ohh, kirain apaan. Jadi ikut nih?"

"Ikut dong.. sekalian ketemu Shani hahah."

"Enak aja! Mau ngapain lo deket-deket cewe gue?!"

"Yaelah namanya kangen bidadari."

"Siapa elo? Gak gue anggep temen lagi kalo macem-macem."

Shani yang mendengar itu pun tersenyum kecil. Se-sayang itu kah Viny  pada dirinya, sampai mengeluarkan kalimat itu? Dia semakin sadar bahwa hal terbaik yang harus dia lakukan adalah jujur pada kakaknya itu secepatnya.

"Yaelah, Vin. Candaa. Lo lagi sibuk banget emang sampe lama angkat telfon gue?"

"Gue abis bersih-bersih tadi baru balik."

"Lo ngantor ampe jam 10 gini? Gilasih."

"Nggaa. Gue abis dinner sama keluarga Shani tadi. Terus di suruh nginep sama mamanya."

"Wuihh enak bener deket sama camer. Gue kapan yhaa? Eh eh.. lo tidur sama Shani dong?"

"Ya iyalah masa sama Henri. Gila aja."

"Gue mau sih sama koko bhahahah."

"Udah ah, makin malem makin ngaco lo."

"Ati-ati Shani jangan diapa-apain, Kring! Ah tapi kan lo nafsuan."

"Suka-suka gue lah. Dia kan cewe gue. Udah ah bye!"

Setelah memutuskan smabungannya dengan Lidya, Viny merebahkan tubuhnya di samping Shani dan masih berkutat pada ponselnya.
Sementara Shani hanya memandangi arah gerak Viny sedari tadi.

"Kak.."

"Hm? Kenapa, Shan?" Sahut Viny seolah-olah tidak terjadi apa-apa pada hatinya itu.

"A–aku.. mau ngomong."

"Ngomong aja. Biasanya juga ngomong langsung."

Viny menjawab tanpa melihat ke arah Shani karena masih memainkan ponselnya.

"Tapi.. kakak jangan marah."

Kalimat Shani membuat Viny menghentikan kegiatannya dan menoleh ke arah Shani, "Marah? Marah kenapa coba, hm? Ngomong aja."

"Waktu itu.. A–aku minta Erzo buat nemenin aku beli kemeja." Pernyataan itu membuat Viny tersenyum.

Shani mengernyitkan dahinya bingung ketika melihat Viny tersenyum atas pernyataannya, "..kok kakak senyum? Emang gak marah?"

"Aku udah tau, Shan. Aku kira kamu ga bakal jujur." Ujar Viny menatap langit-langit kamar.

"K–kak.." ujar Shani dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Aku tau itu dari Erzo sendiri. Kamu pasti tau lah kenapa. Kamu ngumpet waktu liat aku di kantor papanya Erzo kan? Itu kantor aku magang juga, Shan." Potong Viny.

"..Jujur sakit sih pas tau kamu bohong. Kenapa harus Erzo? Kenapa gak sama temen kamu? Bukannya kamu tau kalo aku tuh cemburu liat kalian bareng? Apa kamu masih suka beneran sama dia?" Lanjutnya.

"Kak maafin aku.." Shani memeluk Viny dari samping dengan air mata yang sudah mengalir, "Aku gak maksud gitu. Waktu itu Gre lagi ngampus kan, trus aku mau minta temenin siapa selain kamu sama dia? Saat itu juga Erzo ngechat aku, yaudah aku sekalian minta dia buat nganterin. Maafin aku kaak."

Viny menghela nafasnya kasar kemudian beralih mengelus kepala Shani, "Iyaa udah. Gapapa kok. Udah lewat juga kan? Makasih karena udah jujur. Tapi jujur aku selalu sakit kalo denger nama Erzo. Kaya.. waktu mama kamu bahas dia tadi. Gatau deh kenapa."

Shani masih menangis dan menyembunyikan kepalanya di lengan Viny.

"Hei.. udah sayang jangan nangis lagi. Aku gapapa kok. Tapi sekali lagi kamu jalan sama dia, aku bakalan gabisa nahan marah, Shan. Apalagi kalo aku tau kamu bohong."

"Makasih kaak. Maafin aku." Ujar Shani yang membuat Viny membalas pelukannya.

"Hati ini menanti, meski engkau tlah bersamanya.."
Dengan isengnya, Viny menyanyikan sepenggal lagu milik Shani kemudian tertawa.

"Kakaak!" Teriak Shani mencubit perut Viny.

"Aw! Sakit sayang ih!"

"Kamunya ngeledek!"

"Cie lagunya galauu. Sampe nangis pas di Surabaya. Menanti siapa nih? Aku apa Erzo? Hahaha."

"Kakak apaan sih gak lucu!" Ujar Shani kembali mencubit perut Viny.

Viny hanya tertawa dan mencoba menghindar dari tangan nakal Shaninya itu.

Bahagia sesederhana itu memang. Semua masalah pasti selalu bisa terselesaikan. Yang terpenting adalah bagaimana cara kita menyikapinya tanpa adanya emosi yang menyulut.

Mungkin sulit bagi pasangan Viny dan Shani, karena keduanya sama-sama mempunyai sifat egois. Tapi untungnya Viny selalu mau mengalah jika bersangkutan dengan Shani. Karena dia benar-benar menyayangi kekasihnya itu.

Melihat Shani menangis saja dia lemah, apalagi hancur karena dirinya. Mungkin dia akan mengutuk dirinya sendiri karena telah menyia-nyiakan bidadari seperti Shani.

"Kakak.." Lirih Shani tiba-tiba ketika tangan Viny masih memegang tangannya untuk menghindari cubitan.

"Kenapa sayang?" Tanya Viny. Posisi keduanya memang berdekatan saat ini.

"A-aku.. aku pengen.."


Hahaha ini part beneran gaje. Ga ada gregetnya sama sekali. Feelnya gak dapet cuy. Alias makasih yang udah mampir.

Vote comment kalo mau wkwk

Btw ada yang hafal engine KIII gak? Bagi tau dong yang sebelum K K K HOI!


Continue Reading

You'll Also Like

236 54 2
sekumpulan anakĀ² sma yang sedang mencari kesenangan namun kesenangan yang mereka dapat harus menghancurkan mereka.
906K 43.7K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
244K 36K 37
please don't be in love with someone else
2AM I By ebisidi

Mystery / Thriller

265K 44.1K 58
- Tidak ada kejahatan yg sempurna - sebuah tragedi kelam yg meninggalkan bekas luka dan trauma yg cukup mendalam, saksi bisu ketidakadilan dan cara k...