"ECHAAANNNNNNN"
"IYE MAAAKK BENTAR"
"BURUAN SI MARK UDAH NUNGGUIN"
"IYEEEEE"
Haechan mendecak sambil berlari keluar dari kamar menuju dapur tempat sang ibu berdiri, kita panggil saja emak asa.
"Lama amat sih lu, kasian si mark dari tadi berdiri udah kayak patung pancoran" omel emak asa.
"Suruh siapa atuh berdiri"
"Kan nungguin elu"
"Kan bisa sambil duduk"
Emak asa terdiam sesaat "eh iya ya, jadi yang bego siapa?"
"Emak lah"
"HEH!!!!"
"Hehe maaf mak canda, tadi echan nyari kaos kaki dulu, lagian emak sih naro kaos kaki dilaci daleman lier kan echan nyari nya" haechan balik mengomel.
"Dih, kan kaos kaki juga daleman gimana sih lu"
Haechan mencibir kecil, mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh tangan emak asa.
"Ngapain salaman mak?" tanya haechan sambil menepis tangan emak asa.
"Lah terus lu ngapain ngulurin tangan kalo bukan salaman?"
"Ya minta duit atuh gimana sih emak, anaknya udah kelas 2 sma masih belom peka juga" sungut haechan.
Emak asa mendecak kemudian merogoh sakunya "nih jangan boros-boros, ntar bego"
"Ih apaan duit segini mah cuma dapet batagor sama jasjus" keluh haechan, sambil mengacungkan selembar uang 20 ribu.
"Ya udah makan batagor aja, lu juga abis makan kan tadi"
Dirumah haechan sudah jadi kebiasaan makan sebelum mandi, jadi kalau habis mandi kesiangan juga gak rempong tinggal berangkat aja langsung.
"Ish gak mau ah gak kenyang, echan kan sekolahnya sampe siang mak, sampe jam 2. mana cukup duit 20 rebu" rengeknya.
"Lu jadi bocah kagak ada syukur-syukurnya ya" kesal emak asa sambil menoyor kepala haechan.
"Pokoknya gak ada, cukup gak cukup harus cukup. Kalo lu gak kenyang makanin aja angin, udah sana awas ngalangin jalan aja lu" emak asa mendorong badan haechan sampai menabrak kulkas.
Haechan mendecak, menatap punggung emak asa yang sudah menjauh ke belakang rumah dengan sebal "setdah punya emak pelit bener" dumelnya.
Sehabis memakai kaos kaki dan sepatu, haechan segera menghampiri mark yang berdiri disamping motor legenda nya— menatap haechan datar.
Haechan sendiri sudah nyengir tanpa dosa, menepuk pundak mark pelan sok asik bikin mark melengos malas.
"Lama amat sih lo, ngapain dulu? mandi kembang hah!" omel mark.
"Elahh.. tadi gue nyari kaos kaki dulu, diumpetin emak" ucap haechan beralasan.
"buruan naik, ntar telat gue juga yang kena semprot"
Haechan nyengir lagi sambil duduk dibelakang mark. mark mendecak, melirik haechan sinis lewat kaca spion.
"Chan tangan lo" peringat mark.
haechan melirik tangannya yang meluk pinggang mark, bukannya dilepas haechan malah makin mengeratkan pelukannya.
"Dingin mark"
"Lepas atau lo turun" ancam mark.
Haechan mengerucutkan bibirnya sambil melepas tangannya dari pinggang mark "pelit amat sih lo"
"Bukan gitu, lo tau sendiri kan banyak yang nyangka kalo kita gay gara-gara lo nempel mulu sama gue"
"Yaudah sih gak papa, biarin" celetuk haechan.
"Najis ya gue masih normal"
"ya lo pikir gue doyan pedang, amit amit, kasian pacar gue ntar hidupnya jadi gak guna"
"Cih pacar, yang mau sama lo juga gak ada" cibir mark bikin haechan balik mencibir tanpa suara.
•••
J
aemin melambaikan tangannya waktu mark dan haechan lewat. Jaemin sendiri sedang menunggu jisung untuk berangkat sekolah bersama, kebetulan hari ini jisung masuk sekolah SMA yang sama dengan jaemin.
Waktu memang cepat berlalu, baru juga kemarin jisung masuk SD sekarang sudah SMA aja. Bayi yang selalu jaemin rawat sejak kecil kini sudah tumbuh menjadi seorang remaja.
Sambil menunggu, jaemin iseng mengelapi kaca spionnya kemudian berkaca sendiri sambil senyam-senyum "baru sadar gue ganteng" gumamnya. tak lama jisung datang dengan bundanya yang merangkul bahu jisung.
"Pagi bunda" sapa jaemin ramah.
Bunda jisung atau kita sebut saja bunda ugi, tersenyum membalas sapaan jaemin "na bunda titip icung ya" ucap bunda ugi diangguki jaemin.
"Iya siap bunda, pokoknya bunda tenang aja nana bakal jagain icung kok" ucap jaemin sambil mengulas senyum termanisnya.
Dan fyi saja, Nana adalah nama panggilan jaemin saat kecil. Jadi jangan aneh kalau bunda ugi atau sahabatnya nanti memanggilnya nana.
Bunda ugi mengelus rambut sang anak "yang rajin ya belajarnya, kalo ada apa-apa bilang sama bang nana aja ya" jisung mengangguk kecil.
Bunda ugi berpamitan sebelum masuk kedalam mobil dan melenggang pergi lebih dulu, meninggalkan jisung yang menatap mobil bundanya dengan wajah muram.
"Ey kenapa nih pagi-pagi udah cemberut?"
Jisung menoleh dengan pipi yang ia kembungkan "gue kesel bang. padahal ini hari pertama gue masuk sma tapi bunda gak nyempetin buat anterin gue kesekolah, bentar aja padahal" adu jisung.
Jaemin tersenyum "jangan gitu, bunda juga kan kerja demi lo. Lagian kan ada gue lo juga sekarang masuk sma, bukan sd. gak malu apa berangkat sekolah dianterin bunda, ntar kalo diledekin gimana?"
Jisung diam tapi bibirnya makin maju "udah ah gak usah cemberut nanti gue traktir es serut, yok naik ntar telat lagi" jisung menurut untuk duduk dibelakang jaemin.
Jaemin tersenyum tipis sebelum menarik pedal gas melaju menuju sekolah dengan jisung yang masih cemberut dibelakang punggungnya.
•••
"Jenooo!!! bangunn udah siang nih nanti kamu kesiangan" omel mama ital sambil menggoyangkan tubuh jeno yang masih berbalut selimut tebal, hingga yang terlihat hanya rambutnya saja.
Jeno melenguh bergerak kecil menyingkap selimut, matanya terbuka perlahan menatap mama ital yang sedang berkacak pinggang.
"Apasih mah" ucapnya serak khas orang bangun tidur.
"Apasih apasih, bangun!! liat jam, ini hari pertama kamu masuk sekolah"
Jeno menggulirkan netranya pada jam dinding yang menunjukkan pukul 07 pagi, seketika mata sipit jeno terbuka lebar tubuhnya beranjak dari atas kasur.
"Kok mama gak bangunin!!!! " pekiknya.
"Gak bangunin apaan kamu aja tidurnya udah kayak kebo mati"
Jeno mendecak samar kemudian berlari menuju kamar mandi "GAK USAH MANDI JEN GAK BAKAL KEBURU" teriak mama ital.
"IYA!! GAK MANDI JUGA MASIH WANGI KOK MAH" balas jeno dari dalam kamar mandi.
Mama ital mendengus lalu tersenyum, mama ital segera merapikan tempat tidur dan menyiapkan seragam sekolah jeno. Yang beberapa minggu ini dibiarkan terpajang didalam lemari karena libur sekolah.
•••
Haechan dan mark berjalan berdampingan dikoridor sekolah dengan haechan yang memainkan kunci motor mark ditangannya, sedangkan mark sibuk merapikan seragamnya, padahal sudah rapi.
"Pagi kak mark" sapa salah satu siswi.
Mark tersenyum membalas sapaan adik kelasnya "gue gak disapa juga nih?" celetuk haechan.
"Pagi haechan" ucapnya dengan nada suara datar serta raut wajah dingin.
"Kok nggak pake 'kak'" protes haechan bikin si cewek melengos malas.
"Gue sama lo sekelas ya" katanya.
"Oh gitu hehe. sorry gue lupa, soalnya seingat gue, dikelas gue gak ada manusia sejenis ular"
"Anj—"
Haechan menjulurkan lidahnya meledek si cewek yang sudah mengepalkan tangannya siap menonjok wajah haechan seandainya tak ada mark.
"sono masuk kelas, jangan bikin ribut mulu" ucap mark saat mereka sampai didepan kelas haechan.
"Asal lo tau aja ya, hidup tanpa keributan tuh bagaikan martabak tanpa gula, gak ada manis manisnya"
Mark menggelengkan kepalanya "ngaco" lalu mark mengangkat tangannya berpamitan, lalu melanjutkan langkah kakinya menuju kelasnya sendiri.
"Morkli!!"
Mark yang sudah jalan cukup jauh dari haechan seketika berhenti, mark memejamkan matanya sambil menggeram samar.
Lagi lagi haechan memanggil mark dengan sebutan 'morkli' yang jujur aja mark tak suka.
"APA!!" jawab mark ngegas sambil menatap haechan malas.
"Cuma mau bilang, jangan rindu berat kamu gak akan kuat, nanti kamu gumoh"
"Apasih lo gak jelas" sungut mark kembali berjalan sedangkan haechan malah cekikikan tak jelas didepan pintu kelasnya.
•••
"
Waahhhh kita sekelas lagi nih?"
Haechan yang lagi asik menggoda cewek-cewek, menoleh kearah pintu ketika jaemin dan jeno tiba. Keduanya menatap haechan dengan mata berbinar.
"Wah bener-bener keajaiban dunia" jeno segera menghampiri haechan yang masih melongo duduk diatas meja siswi yang barusan dia goda.
"Maaf situ sapa yah?"
"Kampret"
"Gak usah sok lupa lo, mau gue bongkar rahasia lo sama mak munah, kalo lo sering makan bakwan lima tapi yang dibayar cuma dua" ancam jaemin.
"Unch sayang aku cuma becanda" haechan turun dari meja kemudian mencolek pipi jaemin yang langsung ditepis oleh jeno.
"Jijik"
Haechan mencibir, duduk dikursinya yang berada dibelakang jaemin.
"Lo duduk disini?" tanya jaemin.
"Kagak, diatap" jawab haechan asal, membuat jaemin mendelik sebal.
Jeno duduk disebrang haechan menarik tangan jaemin supaya duduk disampingnya.
"Duduk sini jaem" jaemin menurut.
"Udah kek orang pacaran aja lo" cibir haechan.
"Nyinyir aja lo" balas jeno.
•••
Setelah diantar jaemin sampai kedepan kelasnya, jisung segera masuk kekelas baru nya yang sudah diisi sama beberapa murid, jisung celingukan mencari tempat duduk yang menurutnya pas. Setelah menemukan tempat yang cocok, jisung segera duduk disalah satu kursi dekat jendela sisi kanan. Tiga kursi dari depan.
Posisinya jisung duduk disisi kanan dibagian tengah kebelakang dua baris kedepan juga dua baris, kebetulan disekolah ini pakai sistem satu meja satu kursi.
Jisung mengeluarkan bukunya iseng coret-coret buku sambil menunggu gurunya masuk.
Hingga beberapa menit kemudian, guru nya datang dengan seorang cowok yang mengikutinya dibelakang. Jisung dan murid lain segera menegakkan punggung menatap lurus kedepan memerhatikan seorang cowok yang memiliki aura kebangsawanan yang kuat.
"Selamat pagi anak-anak" sapa sang guru.
"Selamat pagi pak!!!"
"Selamat datang disekolah baru kalian, Neocity school. Bapak harap kalian bisa lebih berkembang lagi disekolah baru kalian ini dan bapak harap kalian mematuhi segala peraturan disini dan juga menjaga kedisiplinan dengan baik"
"Iya pak!!"
"Oh iya, kebetulan hari ini juga kalian kedatangan teman baru. Pindahan dari china semoga kalian bisa berteman baik ya"
Suara bisik-bisik dari para siswa dan siswi mulai terdengar "perkenalkan nama kamu" suruh nya pada cowok yang sejak tadi diam memerhatikan setiap wajah yang beberapa tahun kedepan akan sering ia lihat dan mungkin akan menjadi temannya.
"Halo nama saya zhong chenle, saya pindahan dari shanghai china"
"Kok bahasa indo nya lancar?" gumam jisung.
•••
Bel masuk berbunyi, jeno dan jaemin segera menegakkan punggung merapikan meja nya yang sempat berantakan. Beda lagi sama haechan yang masih sibuk menggoda cewek-cewek, apa lagi kebetulan yang duduk didepannya cewek cantik.
Sampai pak guru masuk haechan masih asik dengan dunianya sendiri sampai kena tegur, padahal ini hari pertama dia masuk sekolah sebagai murid 11 IPA 2, tapi jiwa tengilnya tak hilang malah makin bertambah.
pak andre berdehem sebentar, matanya menelisik setiap murid dengan tenang.
"Selamat datang di 11 ipa 2, bapak harap kalian bisa lebih berkembang lagi dan lebih disiplin teruma lee haechan " pak andre melirik haechan.
Haechan yang lagi memainkan kuku langsung mendongak, menegakkan punggung saat namanya disebut "dan hari ini selain hari pertama kalian sebagai murid 11 ipa 2 kalian juga kedatangan teman baru" sambungnya membuat beberapa murid saling bisik terutama cewek-cewek.
"Silahkan masuk"
Sesosok cowok mungil masuk, berdiri disamping pak andre menatap Orang-Orang yang akan menjadi teman sekelasnya dengan tenang namun ekspresi wajah nya cenderung datar.
"Anjir mini banget" celetuk haechan pelan.
"Dia akan menjadi teman kalian, dia pindahan dari china, bapak harap kalian bisa berteman dengan baik dan jangan sampai bapak dengar ada hal-hal aneh apa lagi pembullyan, kalo bapak dengar bapak gak akan segan-segan buat skors kalian, mengerti?"
"Mengerti pak" jawab para murid dengan kompak.
"wah dari china ya, pantesan mukanya mulus" ucap jeno.
"Pasti bahasanya wacinghong nih" celetuk haechan lagi.
"Halo nama saya huang renjun saya pindahan dari jilin yuwen high school terima kasih" ucap renjun mempersingkat.
"Singkat bener, gak ada pidato keterangan diri atau status gitu" jaemin melirik haechan yang sejak tadi menggerutu sendiri.
"Renjun kamu duduk disamping haechan ya" ucap pak andre diangguki renjun, karena hanya kursi disamping haechan yang masih kosong.
Renjun segera berjalan kearah haechan dan duduk disamping haechan dengan tenang, haechan menatap renjun lekat membuat si empu balas menatap haechan.
Berakhir dengan mereka yang saling tatap hingga beberapa saat.
"Lo beneran orang china?" tanya haechan meragu.
"Iya, kenapa?"
"Kok bisa bahasa Indo sih, lancar banget lagi"
"Kenapa emang? gak boleh orang china bisa bahasa indo"
"Ya boleh"
"Judes amat sih" cibir haechan pelan.
Disebrang meja mereka, jaemin memerhatikan renjun dengan dahi berkerut samar "bukan nya ni anak yang pagi tadi didepan rumah mewah itu ya" gumamnya.