#5 A Drama (END)

Od happyfantasi

1.3M 46.4K 2.5K

Adult Story. Be Wise. Viac

Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
EXTRA PART

Bagian 14

49.1K 1.6K 46
Od happyfantasi

Minggu pagi.

Angga terbaring sambil menopang kepala dengan satu tangannya.

Pria itu tersenyum melihat pemandangan pagi ini.

'Kamu disini.' batin Angga yang masih belum percaya ada orang lain di ranjangnya.

Angga mencium pipi Nara dengan lembut dan pelan, wanita itu belum ada respon. Dia kembali mendaratkan ciuman berkali-kali di pipi mulus Nara. Dengan gemas dia mengigit pipi istrinya.

"Hmmmmm" respon Nara mengulet tubuhnya membuat Angga tersenyum riang.

Sambil mengerjapkan matanya, Nara membuka matanya perlahan. Wajah tampan suaminya akan menjadi suguhan hari-harinya.

"Pagi istrinya Angga!" sambut Angga dengan senyuman yang mempesona.

Nara membalas dengan senyuman dan memejamkan matanya lagi, mengumpulkan nyawa.

"Kamu gemesin !" Angga mengigit pipi Nara dengan bibirnya.

"Mas....!" Nara merengek.

Nara melihat wajah tampan suaminya dengan sumringah, dan menangkup sebelah rahangnya.

"Mas bangun jam berapa? kok uda berkeringat?" tanya Nara saat mengetahui rambut suaminya sedikit basah. Angga terlihat lebih tampan dan macho dengan rambut yang acak-acakan.

"Subuh, baru kelar olahraga pagi. Kita olahraga yuk!"

"Olahraga apa?!" tanya Nara polos.

"Olahraga dalam selimut." Angga memainkan alisnya naik-turun.

"Masih pagi suamikuuuuu!" Nara mencubit hidung mancung Angga.

Angga menurunkan sedikit selimut Nara, hingga suaminya bisa melihat puting yang coklat ke merahan itu. Dia menatap bekas remasan tangannya, membuat payudara Nara terlihat kemerahan. Dan tentu saja bercak merah keunguan akibat kecupan dan gigitan Angga sejak semalam.

"Tuh liat! Dia godain, minta di apa-apain!" Telunjuk Angga menunjuk puting Nara.

"Modus !" sahut Nara cepat dan hendak menutup payudaranya.

Namun si suami terlebih dulu meraup puting Nara dan membuat pemiliknya mengerang. Nara melihat suaminya seperti bayi yang menyusu, wanita itu menyibak helai rambut yang menutupi kening Angga. Dan Nara mencium lembut kening Angga yang mulai berkeringat.

Angga menyibak seluruh selimut yang menutupi tubuh Nara. Dia tersenyum melihat tubuh polos istrinya.
Angga tak bisa menahan, dia mulai mencium lembut bibir istrinya. Nara merespon dengan mengusap rahang Angga. Pria itu memberi beberapa lumatan sambil mengusap tubuh Nara.

Angga berdiri dengan kedua lututnya dengan mengunci paha Nara.

"Byaaaannnn" Angga menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan perlahan, dia mengontrol gairahnya.

Pria itu mengagumi tubuh ranum istrinya. Cahaya matahari yang menembus dari kaca jendela membuat kamar Angga menjadi lebih terang dari semalam.

Nara cukup shock saat  melihat milik Angga yang tegak dan berotot, sekejap dia membayangkan benda itu yang membuatnya sakit dan nikmat saat malam pertama. Dan entah kenapa, hanya melihat milik Angga, dia merasakan gelenyar didalam tubuhnya. 

Nara hanya terdiam, melihat wajah Angga, dadanya berdetak kencang. Seolah dia waspada dengan pria yang ada di atasnya, karena sewaktu-waktu akan melakukan suatu gerakan yang diluar dugaannya.

Dan benar saja, hampir secara bersamaan Angga melumat bibirnya, meremas kasar payudara Nara dan memasukkan miliknya ke dalam lubang surgawi. Dengan keliarannya Angga menyerang Nara dengan sentuhan kenikmatan, membuat kamarnya menjadi rame.

Bekali-kali Angga menyebutkan nama istrinya, Nara hanya bisa mengerang dan mendesah saat menerima sentuhan nikmat suaminya. Tak ragu Angga membuat tanda cinta lagi di dada Nara, pria itu sangat gemas dengan puting istrinya, benda kecil itu tak luput dari bibir atau tangan suaminya.

"sakit?" tanya Angga usai bercinta, saat dia melihat puting Nara yang membengkak.

"Nggak." jawab Nara. 

Angga mencium kening istrinya yang tidur disebelah dadanya.

"Tadi mas olahraga dimana?" lanjut Nara.

"Di teras."

"Ga pakai baju? telanjang dada gitu?!" 

"Tadi mas pake baju lengkap, By. Liat kamu masih tidur, mas lepas semuanya lagi. Lagian malu lah ada bekas gigitanmu di dada mas, belum lagi luka di lengan atas." Nara tertawa mendengar kata bekas gigitanmu lalu melihat dada Angga yang memang benar ada bekas kecupan dan gigitannya.

"Lengan atas? aku enggak gigit lengan mas." elak Nara.

"Kukumu menancap di lengan waktu mas masuki kamu pertama kali. Semalam sakit banget ya?"

"Emang kalo aku bilang sakit, mas ga jadi ngelakuin?"

"Ya engga lah. Nanggung banget." ucap Angga dan mencium kening Nara berkali-kali.

"Harusnya aku gigit juga leher mas."

"Jangan donk! Ga enak kalo diliat ibu-ibu. Ntar mereka kepo."

"Ibu-ibu sapa?"lanjut Nara.

"Di depan rumah kalo pagi ada tukang sayur, ya seperti biasa, banyak ibu-ibu yang ngumpul."

Nara menjauhkan tubuhnya dari dada Angga, dia menopang kepala dengan sebelah tangannya dan menghadap ke Angga.

"Sejak kapan tukang sayur boleh masuk komplek elite seperti ini?" tanya Nara penuh selidik.

"Aku ga tau. Setelah beberapa bulan di sini, tau-tau ada jual sayur depan rumah. Mau ngusir juga ga enak. Lagian beberapa meter ada security, kalo ga boleh, pasti mereka uda di usir."

"Sampe kapan mereka disitu?"

"Aku ga tau, sayang. Aku berangkat kerja mereka masih ada."

"Terus mas olah raga di depan ibu-ibu itu? supaya dibilang WOW gitu?!" cecar Nara.

"Bukan didepannya, di teras rumah. Kalo males olahaga paling aku cuma sapu pekarangan aja."

"Terus ngobrol gitu kan?!"

"Enggak, cuma sapa aja."

"Mas genit dech!"

"Hah?! Genit? cuma sapa doank dibilang genit?!"

"Maaaassss, ibu-ibu itu ngeliatin mas. Mas ngerasa ga sich?"

"Ya ngerasa, karena aku ganteng kan?!" balas Angga dengan percaya diri.

Nara mengusap kasar wajah Angga membuat si suami terkejut. Lalu Nara turun dari ranjang dengan telanjang, dan masuk ke kamar mandi. Nara kesal, Angga dengan sengaja memperlihatkan ketampanannya dan kebugaran tubuhnya.

Kucuran shower membuat Nara tak sadar jika suaminya menyelinap masuk.

"Ehhhmmmmm" erang Nara yang tiba-tiba mendapat pijatan lembut di dadanya. Angga berdiri di belakang Nara sambil meremas payudara dan mencium tengkuk lehernya.

"Not again mas!" ucap Nara saat merasakan milik Angga sudah mengeras di pantatnya.

"Maaaaaaaaas!" jerit Nara disusul tawa kecilnya, Angga kembali menggauli istrinya lagi di kamar mandi.

Mereka kini sedang menikmati waktu berdua di depan TV. Angga merebahkan tubuhnya di sofa dengan bantalan paha istrinya.

"Mas....laper." ucap Nara sambil menyisir kasar rambut Angga dengan jarinya. Satu tangan Nara digenggaman Angga.

"Setengah jam yang lalu baru makan roti." Angga memainkan jari Nara.

"Roti ga kenyang. Harusnya aku tadi masak aja, biar ga bingung gini."

"Ga usa masak, aku ga mau kamu capek. Kita pesan makan lewat online aja. Atau makan diluar?"

"Mas, kita ga mungkin makan di luar,leher kayak gini." balas Nara. Tampak leher Nara hampir penuh dengan kecupan suaminya.

Angga tertawa kecil.

"Kalo bisa aku bentuk tulisan MILIK ANGGA."

"Selain ganteng, mas ternyata juga gila." 

"Kamu yang buat membuat aku gila. Dan semua di tubuhmu membuat aku ketagihan. Aku jadi ingat yang pernah kamu ucap waktu di villa Aji, waktu Nesa ga ada cutengnya..."

"Emang aku ngomong apa?" Tanya Nara, dia mencoba mengingat kalimat apa yang di ucapkan kala itu.

" Kamu bilang , kalo masuk lubang bocah ini, pasti ketagihan!  Aku lupa tepatnya, pokoknya gitu dechDan emang bener, aku ketagihan lubang mu. Ntar abis maem ngadon lagi ya?"

" Ngadon?" tanya Nara.

"Bikin anak Byan...."

"Mas ga capek?!"

"Kan kita pengantin baru...maklum lah!"

"Pinter aja cari alasan." Nara meremas kasar rambut Angga, pria itu hanya meringis.

"Apalagi kalo di villa, yang punya pasangan saling bermesraan, saling kasih kehangatan. Sedangkan aku? Cuma bisa liat aja. Tapi ntar aku bisa seperti mereka, kan aku uda punya istri." ucap Angga mendongak dan memperlihatkan senyum manisnya.

"O....jadi itu alasannya? Untuk kehangatan?" Tanya Nara dengan nada tinggi.

"Itu salah satunya, sayang. Banyak alasan lainnya. Mas cari teman hidup, temani mas seperti sekarang ini. Coba bayangin, mas sering kesepian di rumah ini. Untuk mengalihkan rasa sepi ya sama 3 burung itu."

"Mas kenapa ga dari dulu-dulu nikahnya?"

"Mungkin banyak orang beranggapan, punya wajah gini maka sangat gampang cari pendamping hidup. Tapi beda yang aku jalani. Aku mudah aja cari teman wanita, tapi cari pendamping hidup itu susah sekali. Cantik, tapi kita ga klik. Ketemu yang klik, tapi ga mau di ajak nikah. Ada yang takut punya anak. Kamu sendiri, kamu takut kan menjalin komitmen sama mas? Kamu ragu."

"Aku takut mas selingkuh. Dan sampai sekarang aku masih ragu, ga percaya, orang seganteng mas mau sama aku."

"Byan, justru mas yang takut kamu tergoda pria lain. Kamu masih muda, pergaulanmu juga luas. Orang yang ngobrol sama kamu itu pasti seneng, itu terbukti di keluarga mas. Jangan tinggalin mas ya.... lebih baik mas mati kalo kamu tinggalin mas." Angga mencium beberapa kali tangan Nara.

"Seperti yang aku minta, mas ja_"

"Jangan berdua dengan wanita, lebih baik mas dengan 10 wanita." Potong Angga. Setelah menerima lamaran Angga, setiap hari Nara selalu mengingatkan pesan itu.

Dan terdengar suara ponsel Angga, bahwa kiriman makanan akan tiba.
Dan tak lama mereka sarapan.

Angga sangat bahagia, karena dia tak sendiri lagi di rumah ini. Nara memberikan perhatian Angga, sesuai dengan harapannya.

Mereka bekerjasama membersihkan rumah.

Sore itu mereka duduk santai bersama.

"Besok mas pengen maem apa?" Tanya Nara yang sedang duduk di sebelah Angga.

"Beli aja." Jawab Angga singkat yang matanya menatap layar kaca, jari nya bermain dengan stick game.

"Beberapa kebutuhan rumah tangga uda tipis, kapan beli?"

"Sabtu."

"Aku laper."

"Makan yang ada di kulkas aja."

Nara meninggalkan Angga yang sedang berkutat dengan permainannya.

Tak lama Nara kembali dengan tangan kosong, dia kembali duduk di sebelah suaminya.

"Ga ada apa-apa di kulkas." Rengek Nara.

"Online aja."

"Beli sekalian buat makan malam ya?"

"Hm"

"Saldonya masih banyak?"

"Hm"

'Ternyata begini aslinya?! Katanya kesepian di rumah. Ada orang, malah di cuekin. Dasar pria!' Nara mulai jengkel dengan suaminya yang mengabaikannya.

Nara mengambil ponsel Angga, dia menekan tombol. Tak lama dia meletakkan kembali ponsel suaminya di meja.

Nara menuju kamar, dan tak lama dia keluar.

Sekitar 30 menit kemudian.

Terdengar suara ketukan pintu.

"Byan! Ada orang di depan!" Teriak Angga.

Tak ada jawaban.

Orang di balik pintu itu makin gencar mengetuk.

Mau tak mau Angga menghentikan permainannya.
'Byan kemana?!' batin Angga.

Usai menerima paket makanan online yang cukup banyak. Dia mencari istrinya.

"Byan!"

Angga meneriakkan nama istrinya beberapa kali. Namun tak ada jawaban.
Dia mengambil ponselnya dan menghubungi Nara.

Angga : Hallo, kamu dimana?

Nara (dengan nada kesal): kenapa?!

Angga : Byan....kamu dimana sayang?

Nara : Baru nyadar aku ga ada?! apa peduli mas? Mas kan asyik sama game nya ..

Angga menepuk keningnya, dia baru sadar mengabaikan istrinya yang kadang manjanya kelewatan.

'Baru kemarin nikah, sekarang uda gini' Angga membatin nelangsa, disisi lain dia juga kecewa terhadap dirinya sendiri.

Angga : mas minta maaf, kamu dimana sayang...pulang ya?

Nara : Ga mau! Lebih baik Nara di sini, walaupun sempit, kecil, disini Nara merasa nyaman. Nara bisa dengar tawa orang, Nara bisa dengar orang lagi ribut. Daripada di rumah mas, bagus, besar tapi anyep.

Angga : kamu di kos?

Nara : Nara bobok di sini.

Angga : Byan.....jangan main-

Nara mematikan sambungan ponselnya sebelum Angga menuntaskan kalimatnya.
Angga terkejut yang dilakukan istrinya. Baru kali ini ada wanita yang memutuskan pembicaraan dengan Angga, dan tanpa kalimat pamit.

Angga pun meluncur ke kos Nara dengan membawa makanan yang dipesan oleh Nara. Saat perjalanan pria itu berharap Nara tidak marah pada dirinya. Apa kata keluarga kalo baru sehari nikah sudah ada acara ngambek-ngambekan.

"Byan! Buka sayang." Pinta Angga dibalik pintu dengan suara agak keras.

Nara tersenyum mendengar suara suaminya. Wanita itu masih terbaring di atas kasurnya. Dia belum berniat membuka pintu.

"Byan... please buka pintu! Aku ga mau ada keributan di kos ini."

"Ga papa, sekali-sekali Nara jadi bahan gosip." Balas Nara dengan senyum.

Angga menggelengkan kepala mendapat jawaban di luar nalarnya. Hingga pemilik kos pun turun tangan karena melihat sosok Angga yang tampan memohon untuk dibukakan pintu.

"Ra, ini ibu. Suaminya kasian nunggu diluar, banyak nyamuk."

Nara tak menjawab. Ibu kos kembali merayu Nara.

"Ra, ntar suaminya di godain wanita lain lho!"

"Kalo sama-sama mau ga papa. Baru sehari nikah aja uda di anyepin." Teriak Nara.

"Ibu tinggal aja, biar saya aja yang bicara sama Byanara." Ujar Angga.

Ibu kos meninggalkan Angga sendiri di depan kamar Nara.
Beberapa orang yang melintas depan kamar itu sedikit menoleh ke arah Angga, mereka cukup heran, karena selama ini kamar Nara tidak pernah terjadi keributan.

"Byan, ntar kalo mas Dito tau, pasti kita dimarahi. Karena sudah melibatkan orang lain di rumah tangga."

"Ya uda! Kalo mas mau masuk buka aja! Dari tadi ga dikunci kok!"

Angga melongo, tak bisa berkata apa-apa. Tak lama dia menertawakan dirinya sendiri.

'Bocah ini......' Angga menggelengkan kepalanya. Pria itu membuka kenop pintu, disitu terlihat Nara sedang melihat ponselnya sambil terbaring.

"Kenapa ga bilang dari tadi kalo ga dikunci?!" Tanya Angga duduk di pinggir kasur.

"Mas ga tanya." sahut Nara enteng.

Nara ikut duduk di sebelah suaminya. Dia membuka tas plastik yang dibawa suaminya.

"Sapa yang suruh buka plastiknya?!" tanya Angga dengan nada pura-pura sewot, tapi dihati tersenyum karena tidak ada kemarahan di mata istrinya.

'Syukur ga marah, ntar malam tetep bisa ngadon' batin Angga dengan menahan senyuman.

"Kan Nara yang pesan!" jawab Nara dengan cuek tetap membuka bungkusan.

"Kan mas yang bayar!"

"Jadi aku ga boleh makan?! Biar aja 3 hari berikutnya ada berita, Istri meninggal karena kelaparan di komplek perumahan elite." Nara menatap Angga dengan raut muka yang menggemaskan.

"Kamuuuuuuu......" Angga mencium berkali-kali pipi Nara.

"Mas geli." Nara tertawa mengikik.

Bagi Angga, Nara wanita istimewa, kalimat atau perbuatannya kadang di luar dugaan dan membuatnya tertawa bahagia.

Usai makan malam seperti biasa Nara membereskan sisa makanan. Dia juga membersihkan dapur yang ditinggal beberapa hari.
Angga baru saja mandi, hanya menggunakan boxer, tanpa kaos, duduk lesehan di depan TV dengan bersandar kasur Nara.

Tak lama Nara keluar kamar mandi hanya menggunakan bathrobe.
Nara duduk di sebelah suaminya yang sedang melihat ponsel. Tak lama Angga meletakkan ponselnya.

Angga menghadap ke arah Nara, jemari Angga menyibak rambut istrinya yang menutupi wajahnya, dan menyelipkan di telinganya.

"Rasanya Dito sangat berpengaruh dalam hidupmu. Tiap aku mengucapkan nama dia, kamu selalu patuh."

"Sementara ini, hanya dia pria yang mengerti tentang diriku."

"Apa kalian tidak pernah sedikitpun punya perasaan ingin memiliki?"

" Mas cemburu?"

"Wajar kan mas cemburu! Kalian ga ada hubungan saudara, tapi kalian sangat dekat."

Nara duduk menghadap ke arah Angga.

"Mas jangan cemburu sama dia. Aku bukan tipe mas Dito, dia suka wanita pasif, seperti ibunya. Dan aku ga suka pria over protective, cerewet. Mas uda tau kan gimana dia ke aku?" Nara menangkup kedua rahang suaminya dan mencium ringan bibir Angga.

"Mas takut kehilanganmu lagi." Angga mempertemukan kening mereka.

"I am here Mas." Nara mencium ujung hidung Angga lalu mencium lagi bibir suaminya.
Angga menjauhkan tubuhnya.

Pria itu mengambil dompetnya. Dia mengeluarkan 2 kartu dari bank yang berbeda.

"Ini dari income bulanan mas, untuk kebutuhan rutin bulanan kita." Angga memberikan sebuah kartu.

"Dan ini dari pendapatan tidak tetap." Angga memberikan sebuah kartu lagi.

"Maksudnya tidak tetap?" Tanya Nara tidak mengerti.

"Mas punya rumah kecil di Malang dan Batu. Tidak sebesar Villa Aji. Seperti homestay, ada yang ngurusin. Masuknya ke rekening itu. Kamu kelola baik-baik." Angga mengangkat dagu seolah menunjukkan kartu yang dimaksud.

"Kebutuhan mas sendiri gimana?"

"Aku masih ada income dari kos-kosan dekat kampus U."

"Lainnya itu, mas punya apa lagi?" tanya Nara dengan sumringah.

Angga tertawa kecil mendengar pertanyaan Nara.

"Mau mengorek aset mas? Kamu beruntung, mas sekarang sudah agak ada duit. Mas juga mengambil sisi positif dari perceraian dulu. Kalo ga cerai, mungkin mas cuma punya 1 rumah aja."

"Jadi 2 kartu ini jadi milikku? Terserah aku mau beli apa-apa? Boleh foya-foya?"

"Boleh, pokoknya kamu bahagia. Aku percaya sama istriku. Kamu tidak akan membuat mas bangkrut. Pin nya tanggal ulang tahun istriku." Angga tersenyum dan melumat bibir Nara. 

"Terimakasih suami." Ucap Nara menghentikan lumatan sesaat, lalu melanjutkan lagi. Nara memejamkan mata menikmati ciuman Angga yang penuh kelembutan.

Angga memainkan lidahnya, tentu saja Nara menyambut dengan mengulumnya dan membuat suaminya mengeram. Lidah mereka saling bergumul memberikan sensasi yang menggairahkan.

"Ya Ampun!" Tiba-tiba Angga menghentikan lumatannya. Nara sedikit terkejut. Dan Angga meraih remote TV lalu mengganti channel.

"Untung belum kelar!" Lanjut Angga.

Nara ternganga melihat tingkah suaminya yang kini fokus menatap layar TV.
'bagaiman bisa saat kita bermesraan dan dia ingat kompetisi sialan itu?' Batin Nara yang sekarang kembali di abaikan.

"GOAAAAAAALLLLL!" teriak Angga mengepalkan tangannya, mengayun-ayunkan ke atas beberapa kali lalu mencium pelipis Nara yang ada di sebelahnya.

"Mas! Kita di kos. Jangan berisik!" Nara memperingatkan.

"Maaf!" jawab Angga dengan riang dan mencium pipi Nara.

Nara memperhatikan wajah Angga yang sumringah, kadang raut wajahnya berubah.

'segitu senangkah dia?' Nara berusaha memahami suaminya.

"Mas, ponselnya mana?" Tanya Nara.

"Di meja laptop" balas Angga tanpa melihat ke arah istrinya.

Dia melihat sosial media suaminya. Tampak di sana ratusan notifikasi.
'rasanya dia ga pernah main sos med.'

Di akun pribadinya, hanya ada 1 postingan. Dan itu foto pergelangan tangan mereka saat mengenakan gelang konser.
Tanggal posting sehari setelah konser, dengan caption. ' perfect night, miss you already'. Angga mematikan kolom komentar.

'sehari setelah konser dia sudah merindukan aku?' Nara membatin dengan girang.

Terdengar Angga sering mengomentari pemain atau wasit yang Nara tidak ketahui maksudnya.

"Mas....." Panggil Nara.

"Ya?"

"Ini maksudnya apa?" Tunjuk Nara pada foto pergelangan tangan itu.

"Aku kangen." Jawab Angga enteng melihat sekilas postingan tanpa melihat ke arah Nara.

"Sehari setelah konser? Mas kangen aku?"

"Iya." Jawab pria itu singkat.

"Kok ga bilang?!"

"Takut." Tetap tidak melihat Nara.

"Takut apa?"

"Ya takut aja." Angga masih fokus ke layar.

Nara mencium lengan atas suaminya,dia tak menyangka Angga menyimpan rasa itu sejak konser, entah kapan tepatnya tak penting untuk Nara.
Wanita itu tidak berniat bertanya atau mengungkit 'ketakutan' suaminya saat itu.

'Yang penting kamu disini!' batin Nara dan menatap suaminya dari samping.
Dia melanjutkan membuka aplikasi chat suaminya, di sana banyak wanita yang menggoda atau memancing suaminya, namun Angga mengabaikan dengan tidak membalas.










Pokračovať v čítaní

You'll Also Like

6.1M 318K 73
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
770K 10K 31
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
958K 46.7K 47
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
4.4M 32.5K 29
REYNA LARASATI adalah seorang gadis yang memiliki kecantikan yang di idamkan oleh banyak pria ,, dia sangat santun , baik dan juga ramah kepada siap...