Bagian 3

54.2K 2.1K 83
                                    

Mata Nara tak pedih lagi, gadis itu memasuki ruangan yang hingar bingar oleh suara musik. Dia duduk di dekat segerombolan pria, dimana Dika berada. Mereka masih asyik menikmati lagu yang dimainkan oleh band local. 

Setelah beberapa menit, salah satu teman Dika menghampiri Nara dan mendekatkan bibirnya di telinga Nara.

"Ra, kamu pulangin Dika dech. Kita masih mau lanjut!" ucap seorang pria. Maklum, saat di ruangan seperti itu, jika kita bicara harus dengan jarak dekat dan sedikit berteriak.

"Bantuin masuk mobil ya!" pinta Nara dengan suara keras juga, lalu dia mengemas jaket Dika, ponsel, rokok dan pemantik.

Teman Dika memapah pria yang sudah hilang kesadarannya sambil terus meracau yang tak jelas menuju mobilnya.

Dan sekarang tugas Nara mengantar Dika ke rumah, dan memastikan nyampek di kamarnya dengan selamat. 

Sudah melewati jam 12 malam, untuk memasuki perumahan mewah agak susah. Tapi karena mobil yang di bawa Nara sudah dikenal oleh securiy, maka mereka dengan mudah melewati pos penjagaan tersebut.

Rumah Dika yang ada di seberang Pos juga memudahkan Nara untuk meminta tolong pak Satpam memapah Dika menuju pintu utama. Setelah Dika diterima oleh ART, Nara kembali ke pos Satpam untuk menunggu taksi.

Sama hal nya seperti Nara, para Satpam tidak bertanya suatu hal apapun tentang Dika, atau mungkin mereka lebih tau dari Nara? Gadis itu tak peduli.

1 unit taksi menghampiri pos satpam, dan Nara berpamitan kepada para penjaga pos. Setelah jalan beberapa meter keluar dari gapura, sebuah mobil memotong jalannya Taksi, dan berhenti didepannya. Hingga driver taksi terpaksa mengerem mendadak.

"Ada apa Pak?!" tanya Nara dengan jantung berdetak kencang.

"Kurang tau Non." jawab si driver.

"Kunci pintu Pak! Siapkan kamera ponsel!" pinta Nara yang makin gemetar.

Terlihat seorang pria turun dari sisi pintu pengemudi, karena gelap dan minim penerangan,  Nara tidak bisa melihat siapa sosok itu.

Dia berjalan dan menuju taksi. Nara membawa ponselnya, siap menekan nomor darurat sambil merapalkan doa dan memejamkan mata.

'Ya Allah, aku bukan orang kaya, aku juga ga cantik, dia mau apa Ya Allah? Tolong jaga Nara sampek wisuda seperti keinginan Mama!'

Pria itu membungkukkan badannya.

"Byan, pulang sama aku! Buruan!" pria itu mengetuk jendela kaca penumpang. Nara membuka matanya, rasanya suara itu tak asing.

"P-Pak Angga?" Nara tak percaya siapa yang mengetuk jendelanya.

"Byan! Buka jendelanya!" Nara mematuhi perintahnya, dan membuka sedikit jendela, dia masih ragu dan siaga.

"Turun By!"

"Bapak ngapain?" Nara terheran kenapa Angga bisa berdiri diluar taksi yang disewanya.

"Pulang sama aku!" perintah Angga

"Nara pake taksi aja Pak" Nara takut ada siapa lagi selain Angga di mobil itu.

Driver taksi pun menurunkan sedikit jendela kaca.

"Non kenal sama bapak ini?" tanya si driver menoleh ke arah Nara.

"Saya suaminya Pak" jawab Angga dengan cepat.

"Pak Angga?!" Nara terkejut mendengar ucapan Angga yang diluar perkiraan.

"Buruan Byan!"

"di mobil ada sapa?" tanya Nara yang tak mudah percaya.

#5 A Drama (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang