You Belong With Me

By axeliousbolton

1.1M 30.9K 539

Sean Mitchell adalah sahabat masa kecil Fiona Richards. Semenjak Sean mengalami pubertas di kelas delapan, ia... More

Cast
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45

Chapter 22

18.1K 905 24
By axeliousbolton

Pada hari Jumat setelah sekolah, Leonard menyuruh Fiona datang ke tempatnya latihan band. Henry dan Moses masih mengikuti latihan football, rencananya mereka akan mengganti hari latihan menjadi hari Kamis.

Tapi hari ini Leonard dan teman-temannya memutuskan untuk nongkrong di tempat mereka latihan band, sementara mereka menunggu kesembuhan Roman. Fiona sudah memiliki firasat buruk ketika ia bersiap-siap untuk memberikan kejutan kepada Leonard dengan datang lebih awal. Namun ia tetap ingin melakukannya.

Fiona menggunakan sweater tebal berwarna putih dan celana panjang ketat. Ia memasukan ponsel, dompet, parfum dan lip balm ke dalam tas selempangnya. Gadis itu membutuhkan lip balm bukan untuk mempercantik diri, tapi karena udara sudah mulai dingin, ia harus menggunakan lip balm supaya bibirnya tidak kering.

Gadis itu menata rambutnya dan merapikan poni sebelum memutuskan untuk berjalan ke tempat latihan band Leonard dan teman-temannya. Ketika Fiona sudah dekat, ia melihat mobil pemuda itu terparkir di sebelah tempat tersebut. Fiona mengetahui bahwa Leonard ada di dalam mobil karena ia mendengar suara mesin mobilnya menyala.

Ia mendekati mobil itu dengan perasaan bersemangat sebelum ia melihat seorang gadis berjalan masuk ke dalam mobil itu. Fiona langsung mengenali gadis itu karena ia adalah satu-satunya penggemar band Leonard. Nama gadis itu adalah Elle Thomas.

Fiona menelan, memberanikan diri untuk mengintip apa yang tengah gadis itu lakukan dengan kekasihnya berdua saja di dalam mobil itu. Tidak perlu usaha banyak untuk mengetahui apa yang mereka lakukan di dalam mobil Leonard karena benda itu berguncang hebat.

Fiona mengeraskan rahangnya dan mencoba membohongi dirinya sendiri bahwa Leonard tidak mungkin mengkhianatinya seperti itu. Jadi Fiona mencoba untuk menelepon pemuda itu, mungkin Roman lah yang ada di dalam mobil itu. Pikir Fiona berusaha untuk tetap positif.

Gadis itu sebenarnya masih mau memaafkan Leonard, ia hanya ingin tahu apakah pemuda itu akan mengangkat teleponnya atau tidak. Fiona tidak tahu harus merasakan apa ketika mobil itu berhenti bergoncang dan suara nada dering Leonard berbunyi keras dari dalam.

Awalnya Fiona merasa secercah kesenangan bahwa Leonard bersedia untuk berhenti melakukan itu hanya untuk menjawab teleponnya. Tapi gadis itu sudah tidak kuasa menahan isakannya, ketika mendengar Leonard memaki dari dalam dan mematikan ponselnya sebelum melemparnya dengan asal ke kursi belakang lalu melanjutkan hal yang sedang ia lakukan bersama Elle.

Hal yang Fiona rasakan selain sakit hati adalah lututnya terasa lemas, rasanya ia ingin menghampiri pemuda itu dan meluapkan seluruh amarahnya. Tapi yang bisa Fiona lakukan sekarang adalah menangis.

Karena Fiona merasa terlalu bodoh dengan terus mendengarkan kebohongan-kebohongan yang dirinya buat sendiri. Ia mengatakan bahwa Leonard hanya seseorang yang disalahpahami oleh orang-orang. Pemuda itu adalah orang baik.

Fiona berjalan kembali ke rumah sambil menangis. Padahal tadi ia sudah susah payah datang ke tempat ini dengan berjalan kaki. Gadis itu berhenti di undakan depan rumahnya lalu duduk. Ia merenung selama satu menit sebelum menangis.

Gadis itu tidak sadar bahwa dengan melakukan itu di depan rumahnya justru akan mengundang lebih banyak perhatian dari tetangga. Beruntunglah bahwa tetangganya tidak ada yang penasaran atau mengintip apa yang terjadi dengan gadis itu.

"Loh, apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Jacob ketika anak itu membuka pintu rumahnya dan menemui kakaknya yang duduk di undakan tangga rumah mereka. Kepalanya tertunduk dan kedua lengannya menutupi wajahnya sehingga Jacob tidak tahu apakah ia mengantuk atau menangis.

"Kita sebaiknya masuk, udaranya dingin. Nanti kamu bisa sakit." Kata Jacob terdengar perhatian. Sangat berbeda ketika ada Sean di sekitar mereka.

"Ya." Jawab Fiona dengan suara serak. Ia hanya berharap bahwa adiknya tidak menyadari suaranya.

"Cepat masuk! Besok hari jadi pernikahan mama dan papa loh. Kamu mau sakit?" Tanya Jacob yang membuat Fiona langsung mendongak dari posisinya. Gadis itu benar-benar melupakan bahwa dirinya sedang berderai air mata dan wajahnya memerah karena menangis.

Jacob yang melihat wajah kakaknya terlihat sembab karena menangis, tidak mengatakan apa-apa. Jika Fiona ingin mengatakan apa yang terjadi kepada Jacob, ia pasti sudah melakukannya. Anak itu hanya merasa marah dan penasaran siapa yang membuat Fiona menangis.

"Aku lupa!" Seru Fiona terlihat panik. "Apa yang harus kita lakukan?" Jacob mengusulkan untuk membuat sarapan esok hari. Tapi untuk melakukan itu, mereka harus bangun lebih pagi daripada kedua orang tua mereka. Padahal Fiona tidak bisa bangun pagi, setidaknya tidak lebih pagi dari mamanya.

"Ugh, kamu tahu aku tidak bisa bangun pagi. Aku bukan morning person seperti mama." Gerutu gadis itu.

"Ya, makanya kamu harus tidur lebih cepat dan berhenti menonton film sampai pagi!" Jawab Jacob ketika mendengar Fiona mengeluh. Hal itu membuat Fiona memutarkan bola matanya karena ia baru saja dinasehati oleh seorang anak kecil berusia sepuluh tahun.

"Bagaimana jika aku tetap tidak bangun?" Tanya Fiona sambil bangkit berdiri. Berharap balasan Jacob seperti, tenang saja aku akan membangunkanmu atau semacam itulah. Tapi adiknya itu justru melipat kedua tangannya dan menatap Fiona dengan jengkel.

"Makanya, pasang alarm. Dasar pemalas." Jawab Jacob sambil berbalik sambil berjalan masuk ke rumah mereka. Seluruh kesedihan Fiona lenyap, seketika gadis itu sama sekali melupakan kejadian tadi. Fiona yang merasa gemas dengan sikap adiknya yang sok dewasa setengah berlari dan memukul pelan pundak Jacob.

Seperti biasanya, Jacob langsung bersikap berlebihan. Seakan-akan Fiona baru saja memukulnya dengan sekuat tenaga sampai membuatnya kesakitan. Anak itu mengerang sambil memegang pundaknya dan berpura-pura kesakitan.

"Halah, kamu lemah sekali." Ujar Fiona namun rasa bersalah menggumpal di hatinya. Meskipun ia sendiri tahu bahwa adiknya hanya berpura-pura. Fiona jadi khawatir jika ia ternyata memang menyakiti adiknya itu.

Tepat ketika melihat kakak perempuannya itu lengah, Jacob segera mengejarnya hendak balas memukul. Ternyata tidak semudah itu untuk memukul Fiona, karena gadis itu segera mengelak dan berlari. Seperti inilah yang biasa Fiona lakukan ketika sedang melarikan diri dari perasaannya. Bermain-main dengan Jacob.

Sementara keduanya berlari-larian di dalam rumah, mereka mendengar suara deru mesin mobil di depan rumah. Ketika melihat papanya yang membuka pintu, Fiona segera berlari dan berlindung di belakangnya.

"Pa!" Adu Jacob ketika melihat kakak perempuannya itu menjulurkan lidah ke arahnya. Bukannya bereaksi atas tingkah kedua anaknya, papanya itu justru bertanya. "Loh mama kalian belum pulang?"

"Belum." Jawab Jacob, lalu ia berjalan meninggalkan papa dan kakaknya. Setelah berhenti berlari-larian, otak Fiona memutar kembali kejadian tadi. Gadis itu tidak murung, hanya terdiam.

"Pa aku lapar. Fiona tidak memasak apa-apa. Lagipula masakannya tidak bisa dimakan." Lanjut Jacob yang membuat Fiona kembali melupakan kejadian Leonard dan Elle. Gadis itu hanya bisa melotot ke arah adiknya karena ia tidak bisa memukulnya karena sekarang ada papa mereka.

"Bagaimana kalau kita beli pizza saja?" Tanya Jacob sok mengusulkan, padahal papanya tahu bahwa itulah tujuan utama Jacob. Pria itu tertawa mendengar permintaan anaknya lalu mencibir, "Yee, itu mah memang tujuan utama kamu."

"Let's go." Lanjut papanya setelah melihat wajah senyum Jacob yang terlihat baru saja tertangkap basah. Mereka membeli seloyang besar pizza pepperoni dan memakannya di sofa depan televisi.

Jika Mrs. Richards melihat situasi ini, wanita itu pasti akan mengomel tentang kebersihan sofa dan tidak makan di meja makan. Selama memakan pizza itu, Fiona memandangi layar ponselnya terus-menerus. Sejujurnya gadis itu masih berharap bahwa Leonard akan menghubunginya dan menanyakan dimana Fiona berada sekarang.

Tapi selama hampir tiga jam ia pulang, pemuda itu sama sekali tidak menghubunginya. Fiona mencoba merendahkan dirinya satu kali lagi untuk menghubungi pemuda itu. Siapa tahu, Leonard akan menanyakan keberadaan Fiona. Ia masih berharap bahwa mereka tidak perlu putus hubungan meskipun dirinya sudah melihat apa yang dilakukan Leonard dan Elle di mobil itu.

Fiona berjanji kepada dirinya sendiri jika Leonard tidak mengangkat teleponnya yang ketiga kali ini, ia akan memutuskannya pada hari Senin. Gadis itu dibanjiri rasa syukur ketika ponsel itu akhirnya diangkat. Tapi ia segera di guyur kekecewaan ketika mendengar suara seorang gadis di baliknya.

"Hallo?" Fiona mengenali suara Elle karena beberapa kali gadis itu datang untuk menonton band mereka berlatih dan Fiona sering mengobrol dengannya. Fiona hanya tidak tahu bahwa gadis itu mengincar kekasihnya.

Ketika menyadari bahwa yang mengangkat telepon Leonard adalah gadis itu, Fiona kadi bertanya-tanya dalam hatinya. Kenapa Leonard memberi akses bebas ponselnya kepada Elle? Padahal Fiona sendiri sama sekali tidak diperbolehkan memegang ponselnya.

"Hai." Jawab Fiona berusaha untuk tidak menangis. Tapi suaranya terdengar sedikit gemetar.

"Ada apa ya?" Tanya Elle yang membuat Fiona merasa semakin terluka.

Elle bertingkah seakan-akan Leonard dan dirinya telah menjalin sebuah hubungan, lalu Fiona adalah seorang gadis asing yang tiba-tiba menghubungi kekasihnya serta berusaha untuk merusak hubungan mereka. Atau apakah gadis itu sengaja membuat Fiona merasa tergeser dari posisinya sebagai seorang pacar?

"Aku mau berbicara dengan Leo. Sekarang." Kata Fiona terdengar dingin, bahkan di telinganya sendiri. Ia sempat mendengar Elle berteriak di tengah kegaduhan musik sebelum suara kasar menjawab Fiona dari sambungan telepon itu.

"Kemana saja kamu? Ditungguin justru tidak datang. Kamu memang tidak pernah ada usahanya ya padahal aku hanya memintamu datang. Rumahmu dan tempat latihan juga tidak terlalu jauh." Omel Leonard yang membuat Fiona terdiam. Ia merasa sangat sedih, bukan hanya karena Leonard sedang memarahinya tapi tentang Elle juga.

"Ya sudah. Kalau kamu memang merasa bahwa aku tidak punya usaha dan sebagainya. Bukankah lebih baik kita sudahi saja hubungan ini?" Tanya Fiona terdengar sangat kelelahan. Gadis itu sudah berjalan naik ke lantai dua untuk masuk ke dalam kamarnya.

"Yeeh, apakah kamu gila? Kamu mengatakan ini supaya kamu bisa berkencan dengan si ba***gan Mitchell itu sajakan? Aku tidak akan membiarkanmu!"

"Tapi kamu sendiri main-main dengan Elle! Memangnya kamu kita aku tidak melihatnya? Aku sudah datang ke tempat latihan. Tapi kamu justru melakukan hal-hal aneh dengan Elle! Kenapa pula ia bisa memegang ponselmu?" Cerocos Fiona yang sudah tidak sanggup membendung kekesalannya.

"Itu bukan urusanmu!"

"Ya sudah! Bukan urusanmu juga aku mau menjalin hubungan dengan siapa!"

"Nah kan terbongkar. Kamu memang cewek ja***g! Lagi pula ya, jika dibandingkan, kamu dan Elle in bed juga lebih baik Elle!" Teriak Leonard dari sambungan telepon itu.

Fiona memandang layar ponselnya dengan tatapan kosong. Karena ia jelas belum pernah tidur dengan Leonard. Itu berarti Leonard sudah pernah tidur dengan gadis lain selain Elle.

///\\\

Don't forget to vote!⭐️
And give me some comments!❤️
Happy Reading!🌈

Little Note From The Author:
Terima kasih yang sudah bersedia untuk klik cerita ini lagi ya.

Cerita ini telah diperbaharui dan semoga dapat menjadi lebih layak untuk dibaca oleh teman-teman pembaca semuanya ya.

Vote & Commentnya ditunggu ya.

Continue Reading

You'll Also Like

759K 4K 7
Rachel Adams, seorang model pendatang baru yang namanya sedang naik daun. Ia terlibat insiden tak menyenangkan dengan Daniel Taylor, pewaris Taylor G...
15.5K 1K 75
#14 in action (01-02/02/2019) Setiap kali mata ini terbuka, semua orang akan berkata betapa indahnya dunia ini. Tuhan menghiasnya dengan hangat s...
The Only One By Hai You

General Fiction

554K 43.7K 78
[#1 THE ONLY SERIES] [TERSEDIA DI DREAME] Audrey paling tidak suka dengan pria sok kegantengan dan playboy. Menurutnya tak ada yang bisa dibanggakan...
7.9K 1K 61
Megan diam-diam menyukai Aiden dan tidak pernah sekali pun memimpikan untuk berkencan dengan sang Bintang Lapangan. Namun, bagaimana jika satu ciuma...