The Vow

By SierraBerwynne

128K 10.1K 785

[END] [18+] Menjelang hari pernikahan Savannah menemukan dirinya hamil tanpa mengetahui siapa pria yang sudah... More

Prolog
1 - Mistake
2 - First meeting? Right?
3 - Not a choice
4 - Pregnant?
5 - We're friend, right?
8 - Welcome to the world, Swan
9 - Not you again
6 - First time for me, maybe...
10 - Fallin for you,
11 - That guy
12 - Bad dream
13 - Envy?
14 - Our relationship
7 - She's know everything
16 - to lose you
17 - Yes, she's right
18 - New life, new beginning
19 - a Son
20 - a good memories
21 - Forgiveness
22 - The Vow
Epilog

15 - Swan's daddy

4.4K 443 30
By SierraBerwynne

Setelah 'permainan' singkat itu, River berubah menjadi sosok yang agak menyebalkan. Yah bagaimana tidak, ia bahkan meminta Savannah bermalam di apartmentnya malam ini bersama Swan.

Oke, kalian boleh mengatakan Savannah bodoh karena dengan mudah menyetujui permintaan 'bermalam' itu. Yah entahlah, ia bahkan bingung kenapa tidak bisa mengatakan 'tidak' pada pria menyebalkan yang kini duduk di sampingnya di depan meja makan itu.

Savannah baru selesai membuat makan malam. Swan juga sudah di dudukkan di kursi khusus balita sambil memainkan sendok dan serutan apel di piring kecilnya.

"Kita akan menemui mereka secepatnya," ucap River dengan telpon menempel di telinga.

Pria itu sedang membicarakan tentang bisnis atau semacamnya dengan Noah yang di kenal Savannah sebagai tangan kanan River di perusahaan gamenya. Sebenarnya ia tidak terlalu tertarik dengan dunia bisnis itu, hanya saja ucapan River tentang pergi ke Beijing membuatnya sedikit penasaran.

Oh apakah ia sudah memasang peran sebagai kekasih yg posesif? Savannah hampir tergelak, ia bahkan belum menerima pengakuan apapun dari River mengenai hubungan mereka.

"Apa tidak ada cara lain?"

River memijit pelipisnya sambil memejamkan mata, membuat Savannah menghentikan kegiatannya menyendok makanan di piring.

"Aku mengerti, kita pergi lusa." River mengakhiri telponnya tanpa mendengar jawaban di seberang sana. Dari sini Savannah tau bahwa pria itu sangat dominan di dalam pekerjaannya.

"Ada masalah?"

River tersentak, seakan baru menyadari kehadiran Savannah dan Swan di sini.

"Urusan pekerjaan," ucapnya malas, "Aku akan ke Beijing."

"Sendiri?"

"Bersama Noah, mungkin," ucapnya tidak yakin.

"Mungkin?"

River mengendikkan bahu, "Banyak yang harus kami selesaikan di sini sebelum peluncuran game musim depan. Salah satu dari kami mungkin harus tinggal."

Savannah mengangguk.

River menatapnya, cukup lama sampai membuat Savannah agak salah tingkah. "Tapi mungkin aku bisa mengajakmu."

Savannah menunjuk wajahnya sendiri. "Aku?"

Mengangguk, River mengangkat gelas jus sebelum meminumnya. "Saat ini kau orang yang paling dekat denganku."

Hanya dekat? tidak lebih? gumam Savannah dengan perasaan kecewa.

"da.. Dda...Dad!" Swan menggapai ke arah wajah River, membuat dua orang yang sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri itu tertegun cukup lama.

River yang sadar lebih dulu dan mengelus puncak kepala Swan. "Coba ulangi sayang? Dad? Daddy?"

Savannah melupakan kekecewaannya, kini matanya mulai bersinar menatap putrinya.

"Dia jadi semakin pandai." ucap River setelah memindahkan Swan ke pangkuannya, membiarkan bayi yang mulai besar itu bermain-main dengan kancing kemejanya dan meninggalkan noda apel di sana.

"Ya, dan waktu tidurnya juga semakin berkurang."

River tertawa, menghadiahi Swan dengan ciuman di pipi gembulnya.

"Apa tidak apa terus seperti ini?" Pertanyaan River membuat Savannah mendongak.

"Apa?"

River mengendikkan bahu. "Terus bersamamu dan Swan dengan cara seperti ini."

Savannah terdiam. Cara seperti ini katanya?

"Aku menyayangi Swan, aku tidak keberatan kalau dia menganggapku sebagai ayahnya."

Savannah tersenyum hambar. "Kita hanya teman, tidak mungkin Swan akan berpikiran kau ayahnya dengan status hubungan kita yang... "

"Aku menyukaimu."

Hanya menyukai? bukan cinta? Savannah mengernyit.

"Aku tidak yakin bisa melalui sebuah pernikahan seperti kebanyakan orang lakukan."

Karena kau tidak benar-benar memikirkannya. Putus Savannah dalam hati.

"Savannah," River menggenggam tangannya yang dingin. "Apa hal itu menganggumu?"

Savannah mengangkat wajah, memaksakan senyum sebisanya. "Aku mengerti." Ia meringis dengan kalimatnya sendiri, apa kau gila! rutuknya dalam hati.

River menghela napas lega. "Kalau begitu bisakah kita merayakannya sekarang?"

"Merayakan apa?"

"Kebersamaan kita?"

Savannah bingung harus tertawa atau justru menangis. Kebersamaan yg diinginkan River memiliki arti lain dengan kebersamaan yang ia inginkan, tapi kenapa lidahnya mendadak kelu.

Bahkan saat pria itu mulai kembali menciumnya, Savannah tidak menolak. Saat sebelah tangannya mencengkram pinggangnya, Savannah tidak bereaksi. Tubuhnya beku dan hal itu membuatnya mengernyit di dalam cumbuan pria itu.

Well ia bisa menolak lelaki manapun di dunia ini termasuk Shane, tapi kenapa hal itu tidak berlaku untuk River?!

***

Pagi-pagi sekali Ann sudah menerobos pintu apartment Savannah dengan langkah gusar.

"Ada apa?" tanya Savannah yang menghentikan langkahnya menuju kamar mandi, hendak memandikan Swan.

"Apa kau sudah selesai memakai laptopku?"

"oh," Beberapa hari lalu Savannah memang meminjam laptop Ann untuk melihat isi flashdisk yang di berikan Shane padanya. "Aku meletakkannya di lemari pakaian."

Ann tidak menyahut dan buru-buru berjalan menuju kamar Savannah untuk menemukan laptopnya.

"Semalam kau pergi? pulang jam berapa? aku mondar-mandir mengetuk pintu setiap 15menit tapi kau tidak ada."

Savannah meringis. "Aku memandikan Swan dulu ya." Ucapnya. Tidak perlu kan ia menjelaskan apa yang ia lakukan semalaman.

Ann hanya mengedikkan bahu tidak tertarik karena pekerjaannya lebih mendesak. Ia duduk di sofa menghadap tv dengan laptop di pangkuannya.

Savannah sudah selesai memandikan Swan saat menyusul Ann dan duduk di sebelahnya.

"Aunty sedang sibuk sayang, main sama mama dulu ya." ucapnya saat Swan menggapai-gapai ke arah Ann, mencoba menarik perhatiannya dari laptop.

Ann menoleh ke arah Savannah dengan wajah pucat. Ia membuka bibirnya tapi tidak ada satupun kata yang keluar dari sana.

"Aku benar-benar tidak sengaja melihatnya." gumam Ann akhirnya setelah diam cukup lama hanya menatap Savannah dan Swan bergantian.

Savannah mengerutkan keningnya. "Apa?"

"Apa flashdisk ini milikmu?" tanyanya sambil menunjuk flashdisk yang masih menempel di laptop.

Tubuh Savannah menegang. "Darimana kau mendapatkannya?"

"Kau meletakkannya di atas laptop yang tersimpan di lemari, maksudku itu tidak penting sekarang. Yang ingin kutanyakan dari mana kau dapatkan flashdisk ini beserta isinya?"

Savannah berdeham berusaha bersikap normal. "Ada beberapa hal yang tidak perlu ku ceritakan padamu."

Ann mengangguk, menyetujui, tapi saat ini bukan waktu yang tepat untuk berdebat. Tidak, saat ia melihat isi file yang ada di dalamnya. "Kau tau bukan isi flashdisk ini lebih penting dari pada itu."

"Kumohon simpan kembali Ann, aku tidak ingin melihatnya!"

Ann menaikkan sebelah alisnya. "Jadi kau belum melihat isinya?"

Savannah menggeleng ragu. Siang itu saat Shane mengembalikan flashdisk itu ia memang berusaha untuk membuka file video yang ada di dalamnya. Namun setelah 5 detik belum menemukan gambar apapun, Savannah kembali mengurungkan niatnya. Ia memilih tidak melihat rekaman apapun yang ada di dalamnya. Mungkin saat itu juga ia tidak sengaja meletakkan flashdisk itu di tempat penyimpanan yang sama dengan laptop sampai akhirnya Ann menemukannya.

"Kau harus melihat ini," putus Ann sambil memutar layar laptopnya.

"Tidak Ann, aku sedang bersama Swan!" tolaknya keras.

"Lihat ini Savannah, kau harus melihatnya untuk mengetahui kebenaran siapa ayah anakmu!"

Savannah tidak menemukan kata sanggahan apapun untuk kata-kata Ann yang ia akui kebenarannya. Ia memang harus mengetahui ayah dari anaknya. Ada atau tidaknya pria itu nanti di hidup mereka, ia tetap harus mengetahuinya.

Savannah mengangkat wajahnya menatap layar laptop yang menampilkan video rekaman cctv di dalam lift. Kualitas gambarnya tidak terlalu baik namun cukup untuk membuatnya mengenali sosok pria yang tertangkap kamera cctv sedang berada di dalam lift itu. Tidak butuh waktu lama seorang gadis juga muncul di sana, Savannah tidak perlu menjadi cerdas untuk mengetahui siapa gadis yang sedang berdiri membungkuk di depan tombol pintu lift itu.

Hanya beberapa detik, kebingungan Savannah berubah menjadi tatapan tak menyangka. Ia terkesiap dengan apa yang diperlihatkan Ann kepadanya.

Lalu seperti ingatannya di segarkan kembali, Savannah mulai mengingat kejadian malam itu. Bagaimana bibirnya di cium dengan begitu intim dan dalam, bagaimana gaun bagian atasnya terlepas dengan begitu mudahnya. Bagaimana ia membiarkan seseorang menyentuhnya, merampas sesuatu yang sangat berharga juga kehormatannya.

Savannah melarikan tatapannya kembali ke layar laptop. Menyaksikan bagaimana pria itu terus-terusan menyalurkan hasrat di tubuhnya. Ia meringis perih, membiarkan lelehan air matanya kembali mengalir dan berubah menjadi isakan.

River Hoult adalah ayah dari anak yang berada di dekapannya!

***

Jadi penghargaan untuk Pria ter egois tahun ini jatuh pada River 👏

Selamat Tahun Baru untuk semuaaa, semoga di tahun 2020 ini apa yang di cita-citakan bisa tercapai semuanya. Aamiin...

Sampai ketemu di bab selanjutnya yaaa😊

Continue Reading

You'll Also Like

6.1K 832 5
Mengandung konten dewasa. Bijaklah dalam memilih bacaan. Spin-off: Dikejar Om-Om! Sebagai salah satu peserta "BPJS" alias Barisan Para Jomblo Sukses...
350K 23.1K 44
WARNING! 21++ ( Due to some mature scene and content, underage is not allowed to read this story... please be a responsible reader) Natalie Kim, 27...
1M 36.4K 20
Berisi kumpulan cerpen random karya ©mslostinlove [tersedia juga cerpen side part Marriage with(out) Sex & Love between Hate!]
18.6K 1.8K 33
Morgan mengalami kecelakaan di hari pernikahan suaminya yang kedua. Hal itu membuat Sienna, adik Morgan--menaruh dendam terhadap Diego--suami Morgan...