You Belong With Me

By axeliousbolton

1.1M 30.9K 539

Sean Mitchell adalah sahabat masa kecil Fiona Richards. Semenjak Sean mengalami pubertas di kelas delapan, ia... More

Cast
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45

Chapter 5

66.8K 1.1K 5
By axeliousbolton

Photo: Amanda Francess

Setelah pertandingan football pada Jumat malam, Leonard langsung mengantar Fiona kembali ke rumahnya. Sepanjang perjalanan menuju rumah Fiona, di dalam mobil Leonard tidak berhenti membentak dan memarahinya karena Sean menyapanya.

Pemuda itu membuat Fiona merasa seperti seonggok sampah hanya dengan perkataannya. Jadi semalaman bahkan sepertinya sampai jam 3 dini hari, Fiona menangis hingga akhirnya pun tertidur. Ketika pagi hari gadis itu mendengar Jacob menggenjreng gitar berkali-kali, ia merasa jengkel karena kurang tidur.

Fiona berjalan ke kamar adiknya sambil bergumam jengkel. Fiona menggedor pintu itu sehingga Jacob berhenti menggenjreng gitarnya dan ia membuka pintu kamar adiknya. "Bisakah kamu memelankan suara gitarmu? Kamu-"

Seluruh perkataan Fiona buyar ketika gadis itu tersadar bahwa Jacob tidak sendirian di kamarnya. Di tempat itu ada Sean Mitchell yang sedang memegang gitar sambil memandangnya. Pemuda itu sedang mengajarkan Jacob untuk bermain gitar.

Fiona hanya tidak percaya bahwa mamanya benar-benar mempekerjakan Sean untuk mengajari Jacob bermain musik. Bukannya itu hal buruk, tapi ini terlalu mendadak karena mereka baru saja berbicara kemarin malam. Ia jadi bertanya-tanya kapan mama dan adiknya itu meminta Sean untuk mengajarkan.

"Hey," Sapa Sean sambil tersenyum kecil ketika melihat Fiona di depan pintu. Sean yakin bahwa gadis itu baru saja bangun tidur karena ia bahkan tidak sempat menyisir rambutnya.

Ketika Fiona melihat Sean Mitchell duduk di kamar adiknya sambil memegang gitar dan tersenyum, jantungnya tiba-tiba saja berdebar. Sean terlihat sangat tampan dengan senyum kecilnya yang manis, kedua mata birunya terlihat sedikit berbinar dan pipinya kemerah-merahan.

Pemuda itu menggunakan hoodie berwarna biru muda yang sudah agak lusuh, celana pendek putih setinggi lutut dan sandal flipflop. Fiona mengaduh dalam hati, ini masih pagi. Tapi ketika melihat senyum Sean semanis itu bisa membuatnya gemetar.

Ia tampan sekali! Jerit Fiona dalam hati, lalu segera tersadar apakah memuji seorang pemuda lain tampan sama dengan berselingkuh? Gadis itu berusaha untuk menenangkan jantung dan tubuhnya, mengingatkan bahwa pemuda itu hanyalah teman lamanya.

"Hey, apa yang kamu lakukan di sini?" Tanya Fiona berusaha terlihat santai setelah beberapa detik terpana karena ketampanannya. Gadis itu hanya berusaha berbasa-basi, lagi pula ia baru bangun jadi sedikit kagok karena situasi baru ini.

Sean sedang terpana ketika melihat betapa menggemaskannya Fiona yang tidur menggunakan piyama berwarna merah muda lembut dan bergambar, ia seperti gadis berumur dua belas tahun karena gadis itu tidak terlalu tinggi.

"Tidakkah kamu bisa lihat? Sean sedang mengajariku cara bermain gitar." Bukan Sean tetapi adiknya sendirilah yang menjawab pertanyaan bodoh Fiona. Meskipun gadis itu tahu bahwa Sean sedang mengajari adiknya, ia hanya bermaksud berbasa-basi.

"Lagipula ini sudah jam sembilan. Ini sudah siang. Jadi bangunlah Lazy Bones." Lanjut Jacob sambil memicingkan kedua matanya terlihat jengkel karena kakak perempuannya itu mengganggu pelatihan gitar itu. Tentu saja, tidak ada yang mengetahui bagaimana perasaan Fiona karena gadis itu berusaha sekuat tenaga untuk tidak bersuara saat menangis tadi malam.

Jadi Jacob jelas tidak tahu bahwa Fiona kurang tidur karena ia menangis. Fiona tidak mengatakan apa-apa, ia hanya memandang adik laki-lakinya itu dengan kemarahan. Kedua mata abu-abunya memicing ketika memandang Jacob, rahangnya mengeras dan ia mengeraskan pegangannya di kenop pintu.

Seandainya saja Sean sedang tidak berada di sini, Fiona pasti sudah masuk ke dalam kamar adiknya dan menghabisinya dengan bergulat dengannya. Fiona hanya merasa jengkel, adik laki-lakinya itu seperti dua orang yang berbeda.

Jika ia hanya berdua dengan Fiona atau ada orang tuanya mereka, Jacob pasti menjadi adik laki-laki yang penyayang. Tapi jika ada orang lain di sekitarnya, entah itu temannya atau teman Fiona, anak itu menjadi lebih menyebalkan daripada biasanya. Bicaranya jadi tidak sopan, perkataannya kasar, dan terkadang anak itu memukul Fiona.

"Jangan bicara seperti itu pada kakak perempuanmu, Jakey." Tegur Sean pada anak laki-laki itu.

Meskipun Fiona merasa senang karena Sean membelanya, gadis itu harus mengingatkan dirinya sendiri bahwa kemarin pemuda itu mencium Amanda di depan semua orang. Itu berarti Sean hanya berbasa-basi dan berusaha terlihat sopan.

"Jadi sekarang kamu memihak kepadanya?" Tanya Jacob terdengar seperti seseorang yang baru saja dikhianati oleh sahabat baiknya. Sean tidak dapat menahan diri dan tertawa pelan mendengar nada suara Jacob padanya.

Sean langsung berhenti tertawa ketika mendengar Jacob melanjutkan pertanyaannya dengan nada sarkastik. "Apakah kamu menyukai kakak perempuanku, Sean?"

Kedua pipi Sean dan Fiona merona ketika mendengar pertanyaan anak itu, mereka bahkan tidak berani untuk saling lirik. Sebelum Sean sempat menjawab pertanyaan tersebut, Jacob kembali mengatakan kalimat yang cukup menggemparkan kedua orang tersebut.

"Karena aku tahu, bahwa ia sangat menyukaimu." Tambah Jacob terdengar asal. Kedua mata Fiona membelalak ketika mendengar informasi palsu yang dikatakan oleh adiknya. Masalahnya, ini menyangkut tentang dirinya. Gadis itu langsung bangun seratus persen, seluruh kantuk dan keinginannya untuk kembali ke tempat tidur sirna karena kalimat itu.

"Apa yang kamu bicarakan? Jangan gila! Aku punya pacar." Kata Fiona terdengar marah. Gadis itu bahkan mendorong pintu kamar Jacob dan bertolak pinggang menatap keduanya.

"Kamu sebut Leonard butut itu, pacarmu?" Tanya Jacob lagi dengan nada dan ekspresi wajah tidak percaya. Sean merasa seperti berterima kasih karena pertanyaan yang ada di otaknya ditanyakan oleh anak itu. Semua orang di sekolah tahu bahwa Leonard adalah pemuda yang payah.

"Leonard tidak butut!" Balas Fiona berusaha membela kekasihnya. Sekarang gadis itu sudah berjalan masuk ke kamar Jacob dan berdiri tepat di depan keduanya. Jakun Sean bergerak ketika ia menelan, pemuda itu menurunkan gitar dari pangkuannya sambil terus memandang Fiona yang baru bangun itu.

Gadis itu tidak terlihat seperti para gadis cantik di dalam film atau seperti yang dideskripsikan dalam buku, karena Sean dapat melihat ada rona merah di pipi kanannya sebab ia terlalu lama tidur menghadap ke kanan.

"Tapi, ia bukan pemuda yang baik." Ujar Sean yang membuat Fiona mendengus merendahkannya. Wow, komentar buruk itu keluar dari seorang yang suka memainkan perasaan perempuan. Pikir Fiona sarkastik.

Jika Gabriella atau Madison yang mengatakan hal tersebut, Fiona merasa bisa menoleransinya. Karena keduanya sudah sering melihat bagaimana Leonard bersikap. Baik kepada teman-temannya, kepada Fiona maupun kepada orang-orang disekitarnya.

Tapi Sean sama sekali tidak berhak untuk menghakimi Leonard seperti itu. Seakan pemuda itu lebih baik dari Leonard. Ketika mendengar komentar Sean, Jacob langsung berdiri dan menunjuk pemuda itu dengan wajah bersemangat.

"Benarkan? Aku dan mama juga tidak menyukainya." Umum Jacob terlihat sangat setuju dengan perkataan Sean. Anak itu terlihat sangat semangat seakan Sean baru saja setuju menjadi pasukannya.

"Memangnya kamu tahu apa tentangnya?" Tanya Fiona sarkastik. Lagi pula, kenapa mereka semua bersikap seakan Fiona dan Leonard akan menikah esok hari? Seakan Fiona harus mendapat restu dari semua orang sekarang juga.

"Dari anak nakal ke anak nakal, ia jauh lebih buruk dari padaku." Jawab Sean yang sebenarnya setengah bercanda. Pemuda itu bahkan terkekeh ketika mengatakannya. Tapi bagi Fiona, penghakiman tentang kekasihnya adalah hal yang tidak patut untuk dipermainkan.

"Well, aku akan menghakimi hal tersebut!" Jawab Fiona sambil mendengus merendahkan lalu membalik badannya hendak meninggalkan kamar Jacob. Ketika mendengar Fiona berkata bahwa ia akan menghakimi siapa yang lebih buruk, Sean atau Leonard, pemuda itu jadi merasa bersalah mengingat apa yang telah ia lakukan kepada Fiona dimasa lampau.

Mungkin di mata orang lain antara Sean dan Leonard, Sean mungkin terlihat lebih baik daripada pemuda itu. Tapi di mata Fiona, Leonard mungkin lebih baik daripada Sean. Karena setidaknya Leonard tidak pernah menyakiti Fiona dengan meninggalkannya.

"Oh Fio, ayolah. Apakah kamu masih marah perihal kelas delapan itu?" Tanya Sean dengan nada membujuk, pemuda itu sudah berdiri seakan hendak mengejar Fiona jika gadis itu melarikan diri.

"Hah? Memangnya apa yang terjadi di kelas delapan?" Tanya Jacob terdengar penasaran, begitu pula ekspresinya. Sean dan Fiona saling tatap ketika mendengar pertanyaan itu. Fiona mungkin menyimpan dendam pada Sean karena kelas delapan itu, tapi ketika harus menjelaskan kepada adiknya, ia tidak mau.

"Sama sekali bukan urusanmu." Jawab Fiona agak terlalu ketus, mendengar hal tersebut membuat Jacob merasa lebih penasaran dari sebelumnya. Jadi anak itu mengulurkan tangannya untuk membujuk Sean supaya pemuda itu menceritakan apa yang terjadi saat kelas delapan.

"Itu terlalu memalukan bagiku untuk aku bicarakan denganmu." Jawab Sean tenang dan sederhana. Baru saja Jacob menurunkan bahunya karena kecewa, Fiona melipat kedua tangannya sambil memandang sinis ke arah Sean.

"Kenapa? Karena kamu berbuat kesalahan dengan tidak berbicara denganku lagi sampai.. kemarin? Karena kamu membutuhkan bantuanku?" Tanya Fiona dengan nada suara sarkastik. Gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada dengan ekspresi jengkelnya.

"Hey!" Seru Sean sambil melotot ke arah sahabat kecilnya itu sebelum melirik ke arah Jacob, seakan Sean memperingatkan Fiona untuk tidak membahas hal tersebut di depan Jacob. Sean tidak ingin anak itu tahu apa yang telah diperbuatnya kepada Fiona, yaitu membuat hubungan mereka menjadi senggang.

"Tapi kamu tidak bisa jadi polisi baik selamanya, Sean." Jawab Fiona sambil mengangkat kedua bahunya tidak peduli. Gadis itu berjalan meninggalkan kamar tersebut dan menutup pintu kamar Jacob.

Maksud Fiona dengan mengatakan polisi baik adalah seseorang yang selalu menjadi panutan bagi Jacob, padahal Sean juga berbuat hal yang buruk. Karena tidak setiap saat orang dapat menjadi panutan.  

///\\\

Don't forget to vote!⭐️
And give me some comments!❤️
Happy Reading!🌈

Little Note From The Author:
Terima kasih yang sudah bersedia untuk klik cerita ini lagi ya.

Cerita ini telah diperbaharui dan semoga dapat menjadi lebih layak untuk dibaca oleh teman-teman pembaca semuanya ya.

Vote & Commentnya ditunggu ya.

Continue Reading

You'll Also Like

30.2K 1.3K 13
Highest Rank #1-men 22/7/18 #6-women 22/7/18 #15-perfect 22/7/18 #72-first love 22/7/18 gimana kalo punya bos yang narsisnya luar biasa,sombong,tapi...
4.8M 46.1K 7
Arletta memergoki sepasang murid tengah bermesraan di Sekolah, yang ternyata adalah Sang Ketua OSIS, Elang Aldrich Altar. Gara-gara kejadian itu, Ela...
1.7M 123K 18
Series #1 Fiksi Remaja Ideal Boyfriend . Blurb : Kata Mama, aku gak boleh pacaran sampe tamat kuliah nanti. Tapi larangan itu gak berlaku saat Bayu...
4.2M 253K 61
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...