Mission : Discovering Love

By Levitt1806

1.9M 280K 25.6K

A compilation of novellas 1. Let The Words Fall Out (Raihan&Syifa) 8 chapters 2. Tanya Hati (Vino-Evelyn-Marc... More

Introduction
Let The Words Fall Out (1)
Let The Words Fall Out (2)
Let The Words Fall Out (3)
Let The Words Fall Out (4)
Let The Words Fall Out (5)
Let The Words Fall Out (6)
Let The Words Fall Out (7)
Let The Words Fall Out (8) -TAMAT-
Second Story
Tanya Hati (1)
Tanya Hati (2)
Tanya Hati (3)
Tanya Hati (4)
Tanya Hati (5)
Tanya Hati (6)
Tanya Hati (7) -TAMAT-
Third Story
A New Page (1)
A New Page (2)
Numpang Ya Semuanya
LANGKAH-LANGKAH PO PBP?
A New Page (3)
A New Page (4)
A New Page (5)
A New Page (6)
A New Page (7)
A New Page (8)
A New Page (9)
A New Page (10)
A New Page (11)
A New Page (12) -TAMAT-
Silakan Dipilih
Fourth Story
Pasang Surut (1)
Pasang Surut (2)
Pasang Surut (3)
Pasang Surut (4)
Pasang Surut (5)
Pasang Surut (6)
Pasang Surut (7)
Pasang Surut (8)-TAMAT
Fifth Story
Buku Tahunan (1)
Buku Tahunan (2)
Buku Tahunan (3)
Buku Tahunan (4)
Buku Tahunan (5)
Buku Tahunan (6)
Buku Tahunan (7)
Buku Tahunan (8) - TAMAT
DO YOU WANT TO MEET ME IN PERSON?
Sixth Story
Zero Chemistry? (1)
Zero Chemistry (2)
Zero Chemistry? (3)
Zero Chemistry? (5)
Invitation
Zero Chemistry? (6)
Zero Chemistry? (7)
Zero Chemistry? (8) -TAMAT-
Seventh Story
Since Day One (1)
Since Day One (2)
Since Day One (3)
Since Day One (4)
Since Day One (5)
Live Talk
RAIHAN-SYIFA
KARENA BUKU TAHUNAN
Asking for the Moon

Zero Chemistry? (4)

20.2K 4.2K 268
By Levitt1806

Selamat malam.

Apa kabar?

Enjoy
*
*
*

Galih

Ditelfon nggak ngangkat. Di-WA nggak bales. Video call apa lagi. Cari ribut itu namanya.

Padahal demi apapun, gue nggak bermaksud apalagi sengaja nyium Kikan. Gue sangat menghormati dia sebagai cewek baik-baik. Gue akan dengan senang hati melakukan itu setelah tahu perasaan gue terbalas dan tentu saja dapat approve dari yang punya bibir.

It doesn't mean that I hate her lips. Hell, walaupun cuma mungkin kurang dari tiga detik, tapi gue rasanya senang dan excited banget.

Padahal waktu itu gue cuma mau ngegodain Kikan dengan memasang tampang sok imut. You know, ngerucutin bibir sambil memajukan muka gue. Mana gue tahu dia bakal muter kepala ke kiri.

Dia nggak nampar gue. Dia nggak ngomel kayak yang selama ini dia lakuin setiap gue jailin dia. Dia juga nggak nangis atau ngadu ke abangnya.

Kedua matanya melotot, dia menjauhkan wajah, terus nutupin bibirnya pakai punggung tangan kanan, lalu lari ke kamar tamu di rumah Fachri dan nggak keluar dari kamar tersebut sampai gue memutuskan untuk balik ke rumah.

"Gelisah banget," ucap Fachri datar setelah gue bolak-balik ngecek hp.

Mungkin kalau dia tahu asal muasalnya, mukanya nggak akan se-expressionless sekarang.

"Nunggu balesan chat dari cewek," gue berusaha menjadi Galih yang normal, menjawab dengan santai.

Fachri menganggukkan kepala. "Erin, ya?"

Gue menggeleng. "We're just friends. Gue suka sama cewek lain. Udah lama sih."

"Oh ya?"

Kalau bukan karena bukti kedewasaannya muncul dalam bentuk seorang bayi bernama Raihan, gue pasti bakal mikir Fachri masih anak SMP yang belum mimpi basah.

Terlalu polos dan nggak peka.

"Semoga berhasil."

Amin. Adek lo nih yang mau gue gebet.

"Kecewa dong Nyokap. Padahal dia semangat banget ngejodohin lo sama Erin. Kemarin sebelum pulang dia masih aja ngobrolin itu," lanjut Fachri.

Mari kita tes.

"Nyokap lo perhatian banget sama gue. Nggak mau jadiin gue menantu aja?"

Kening Fachri berkerut. "Yang bener aja. Sama Kikan maksud lo?"

"Ya masa sama Kak Eka. Jadi perebut bini orang dong gue."

"Lucu," itu saja komentarnya, Saudara-Saudara.

Gue cengengesan, berusaha nutupin kegelisahan gue.

"Lagian Nyokap emang suka ngejodoh-jodohin orang, Lih."

Baiklah. Ngirim kode ke kanebo kering-eits, gue dapet istilah itu dari istrinya Fachri sendiri-emang cuma buang-buang waktu. Dia nggak akan paham.

"Kikan masih nginep di rumah lo?" tanya gue sambil mengaduk-aduk bubur kacang ijo.

"Begitu Bokap Nyokap pulang ke Medan, dia balik ke kost. Lebih gampang juga kan ngurus skripsi," jawab Fachri.

Gue mengangguk-anggukkan kepala. "Kayaknya si Mirza-Mirza itu demen sama adek lo, Ri."

"Mungkin."

"Lo nggak khawatir gitu?"

Fachri mengedikkan bahu. "Khawatir nggak khawatir sih. Tapi gue yakin Kikan bisa jaga diri."

"Amin."

"Lagian Kikan udah gede juga. Udah di tahap yang wajar dengan dengan laki-laki," lanjut Fachri.

"Lo setuju Kikan jadian sama Mirza?" tanya gue harap-harap cemas.

"He seems like a good guy. Gue udah minta Indira buat stalk dia. So far aman. Keluarga baik. Pergaulan baik. Dia kan partner Kikan waktu ikut kompetisi di Jepang."

Ya ya ya. Sialan. Sekali muncul aja Mirza langsung dapet approve dari Fachri.

"Bokap Nyokap lo tahu?" tanya gue lagi.

Fachri menggeleng. "Nanti-nanti saja lah. Kikan juga bilang mereka cuma teman."

Alhamdulillah. Makasih, Gusti.

"Adek lo kayaknya nggak mau pacar-pacaran, ya?"

"Mungkin. Tiap orang kan beda-beda. Kami sekeluarga emang nggak yang gampang dekat sama orang."

Iya, sih. Yang gue tahu dari cerita Kak Eka, dia cuma pacaran satu kali. Putus, terus pacaran sama suaminya yang sekarang. Fachri cuma pacaran dua kali sebelum ketemu Indri dan akhirnya nikah. Wajar banget Kikan ngikutin jejak kakak dan abangnya.

Beda banget sama gue. Sebenernya gue malu buat ngakuin ini. Tapi gue udah pacaran dari kelas 6 SD. SMP juga mungkin udah 5 kali. SMA 3 kali. Nah, begitu kuliah, pacar mulai seret. Cuma dua kali.

Yang paling ngenes ya pas kerja. Begitu gue jadi sahabat Fachri, gue kayak butiran debu di mata cewek-cewek di kantor. Cewek yang gue dekatin ternyata demennya sama si PNS setengah ustadz.

Mulai dari penempatan di Ambon sama di Tanjung Priok, yang artinya hampir sebelas tahun, gue cuma pacaran SATU KALI.

Sedih nggak sih nasib gue?

Fachri harus balas semua ini dengan ngizinin gue jadi adik ipar dia. Titik.

***

Gue memutuskan untuk main ke kost Kikan. Kebetulan ini hari Jumat. Gue nggak harus kerja besok. Besides, gue udah mastiin Kikan lagi nggak di rumah Fachri lewat Indri.

Beruntung banget punya teman kayak Indri. Kooperatif. Dia tahu gue demen sama adik iparnya. Jadi dia ngasih gue  jalan. Beda banget sama suaminya.

Indri bilang Kikan lagi di kost. Lagi revisian. Dia bahkan kirim screenshot chat dia dengan Kikan ke gue.

Jantung gue langsung deg-degan nggak keruan begitu Kikan membuka pagar kost-an. Wajahnya keliatan capek. Dia pakai jins di bawah lutut, kaos, dan sweater.

"Hai," sapa gue sambil tersenyum.

Kedua mata Kikan terbelalak. Dia langsung ambil langkah mundur.

Sakit banget. Dia jadi ketakutan.

"Aku nggak akan jahatin kamu, Kikan. Jangan mandang aku gitu dong," pinta gue memelas.

Ketegangan di wajah Kikan berangsur menghilang. Tapi suaranya belum keluar.

"Kamu mau ke mana?" tanya gue lagi.

"Cari makan. Permisi," Kikan langsung kabur dengan berjalan cepat.

Gue mengikuti dia. Tentu saja gue gampang nyusul. Langkah Kikan pendek-pendek. Mungkin cuma setengah dari langkah gue.

"Aku juga lapar. Makan bareng, yuk."

Kikan menggeleng.

"Ayo dong. Masa kamu nyuekin aku terus," aku berbicara sambil berjalan di sebelah Kikan. "Demi Tuhan, aku nggak sengaja, Kikan. Aku nggak akan ambil kesempatan kalau kamu nggak suka. It was purely an accident. Aku sangat menghargai kamu, baik sebagai adik sahabat aku, dan sebagai cewek yang aku suka."

Langkah kaki Kikan terhenti. Dia menatapku tajam.

"Kamu terlalu gampang bilang suka sama cewek. Itu artinya kamu nggak benar-benar suka sama mereka," ucapnya dingin.

Gue menarik nafas dalam. Ya Tuhan. Kenapa sih Kikan selalu meragukan niat gue buat ngedeketin dia?

"Aku mungkin keliatan terlalu santai, tapi aku tahu siapa yang aku suka," balas gue yang mulai habis kesabaran. "Aku datang ke sini. Jauh-jauh dari Tanjung Priok sana untuk dapat maaf dari kamu. Sekalian untuk bilang kalau aku serius sama kamu. Kalau nggak benar-benar suka, I wouldn't be here, craving for your apology."

Tatapan Kikan tidak sedingin tadi. Tapi gantian gue yang menatap dia dingin.

"Cuma karena nggak sengaja nyium kamu, it wasn't even a kiss, I just pecked your lips by the way, aku dateng ke sini karena kamu nggak mau bales chat aku atau angkat telepon aku. Aku nggak mau kamu salah sangka dan mikir yang jelek-jelek tentang aku. Tapi ya emang dari awal kamu selalu negative thinking, sih."

Gue yakin kami pasti diliatin sama orang-orang di daerah Kutek ini. Bodo amat. Paling mereka mikir kami sepasang kekasih yang lagi berantem.

"Yasudah. Kamu lapar, kan? Makan, gih. Maafin aku ya. Maaf juga kalau kesannya aku emosian dan nggak tahu waktu dan tempat. Mungkin karena capek juga baru pulang kerja. Maaf juga karena ganggu kamu padahal lagi sibuk revisian. Pasti capek banget, ya?"

Kikan tidak menjawab.

"Jangan marah sama aku lagi ya, Ki. Walaupun kamu nggak suka sama aku, tapi kita tetap temenan, kan? Mau gimana pun, aku temannya abang kamu. Kita bakal sering ketemu. Toh kalau ditanya-tanya sama yang lain, kamu pasti bingung mau jawab apa."

Gue menyerahkan sebungkus plastik yang sebenarnya dari tadi pengin gue kasih ke Kikan. "Ini ada multivitamin. Supaya kamu tetap fit. Skripsian pasti capeknya nggak kira-kira. Ini rekomendasi dari teman kantor. Katanya bagus banget."

Kikan menerimanya.

"Aku pulang dulu, ya. Bye, Kikan."

"Kamu...nggak makan malam dulu?"

Gue menggeleng kemudian tersenyum kecil. "Nggak laper. Tadi boong aja supaya bisa makan bareng kamu."

I can't face her in this kind of mood. Yang ada malah makin runyam. Gue nggak benar-benar mau nyerah. Cuma kayaknya malam ini nggak tepat aja.

Gue berbalik meninggalkan Kikan kemudian masuk ke dalam mobil. Perut gue keroncongan.

Lapar banget. Kayaknya gue mesti drive thru atau singgah ke warteg dulu deh.

***

Galih yang super ceria bisa emosi juga ya hahahaha.

Oh iya, mau nanya nih. Udah pada nonton video yang ada di akun youtube nya Elex Media belom? Kalo belum, kindly visit akun yutup Redaksi @Elex.Media . Kalau yang udah nonton, pasti tahu kenapa aku nggak bisa update sesering dulu.

Sorry for my 'jutek' face. Itu nggak jutek sebenernya. Tapi mukanya emang songong gitu gimana dong ya :(

Oh iya. Mau nanya nih. Kalau kita ketemuan tanggal 5 oktober jam 5 sore pada bisa nggak ya? Pengin banget deh ketemu langsung sama temen-temen yang mau membaca tulisan-tulisan aku. It's such an honor for me. Tolong dijawab ya para bucin Gandi/Pakde/Fachri/Kahfi atau siapa pun you name it😉

Thank you for reading
See you on the next chapter






Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 91.4K 18
Cara kerja cinta memang terkadang tak munafik. Karena tak jarang semua dimulai dari fisik. Jadi siapa yang bilang jika cinta itu buta? Bullshit! Ci...
1.8M 203K 19
[ Seri Disiden #2] Karena untuk Bara, sekadar jadi cowok baik-baik saja tidak cukup. Copyright © 2017 by Crowdstroia on Wattpad.
271K 28.5K 23
Alya Pradipta, gadis keras kepala yang awam tentang urusan cinta. Kehidupannya seputar kampus dan dunia kerja, tidak ada bau-bau asmara. Hingga di s...
138K 4.8K 9
Sayang, seberapa dalam pengetahuanmu akan cinta dan teka-tekinya? Mungkinkah cukup untuk menghindarkanmu dari luka yang sedemikian hebatnya? Sayang...