Binding destiny

By imaginisa_

108K 9.9K 167

[Romance - Fantasy] Fantasy series #1 Awalnya hidup Maura baik-baik saja, sampai ketika umurnya menginjak usi... More

Prolog
1 || How is begin (1)
1 || How is begin (2)
3 || The incident
4 || sadness
5 || Grandmother
6 || Homecoming and hug
7 || Rencana Ares
8 || Selamat ulang tahun
9 || Pemuda bertopi Hitam
10 || Terkurung
11 || Dua sosok baru
12 || Hello Leta!
13 || Rencana
14 || Kecurigaan Maura
15 || Penobatan Avner
16 || Tersesat
17 || Penyusup
18 || Hukuman mati
19 || Setelah Hukuman Mati
20 || Rencana mereka
21 || Kill Them
22 || Wake Up
23 || Apa yang sebenarnya terjadi?
24 || Adu Argumen
25 || Wanita dalam mimpi
26 || Rencana kabur
27 || Gadis Yang Avner Cintai
28 || Sebuah Jawaban Untuk Isabelle
29 || Iblis Licik
30 || Kaki Kokoh
31 || Kecurigaan Leta
32 || Pelayan menyeramkan
33 || Tanpa Judul
34 || Kilasan memori
35
36
37
38
39
40
41
42
43

2 || After begin and mysterious ring

5K 465 7
By imaginisa_

Indonesia, 10 April



Mata gadis itu menyipit saat cahaya yang menyilaukan menerpa Netra cokelat nya. Ia mengubah posisi nya yang berbaring menjadi duduk. Napasnya tersengal dengan keringat yang membanjiri pelipis hingga lehernya. Maura menatap ke setiap penjuru kamar dengan takut. Ini sudah yang kesekian kalinya ia mengalami mimpi yang sama. Dan lagi, semua itu terasa nyata.

Maura yang semula hendak bangkit mendadak terkejut. Ia menatap ke atas nakas di samping ranjang. Ada nampan berisikan susu dan juga roti cokelat kesukaan Maura. Ia menautkan alis saat menyadari jika sekarang tengah terbaring di ranjang. Padahal Maura ingat benar jika semalam ia masih di ruang tengah menonton TV sampai tertidur disana. Dan lagi, di rumah ini hanya ada Maura. Kedua orang tua nya baru akan pulang pagi ini.

Jadi siapa yang melakukan ini semua?

Maura menjadi bergidik takut. Ia menyingkap selimut berjalan cepat menuju ke kamar mandi. Maura semakin takut sebab ini bukan pertama kalinya hal aneh terjadi pada Maura, sudah hampir seminggu Maura selalu merasakan jika ia diawasi dan diikuti entah oleh siapa. Maura selalu merasakan jika setiap malam tubuhnya selalu hangat seperti dalam rengkuhan seseorang yang jelas-jelas tidak ada. Maura bahkan selalu merasakan jika setiap ia sendirian bayangan berwarna hitam itu selalu mengikutinya. Membuat Maura menjadi paranoid dan selalu berkumpul bersama teman-teman ditempat ramai.

Maura mengerjapkan mata saat sadar tengah melamun. Ia berjalan kembali menuju ke kamar mandi setelah mengambil handuk. Maura sengaja menyalakan musik dengan volume keras untuk mengusir rasa takutnya. Berharap keanehan itu tidak terjadi.

Namun, saar Maura baru saja ingin keluar dari kamar mandi, setelah selesai dengan ritual wajibnya. Ia tertegun sendiri. Pintu itu tiba-tiba saja terkunci dari luar, membuat ketakutan Maura menyeruak kembali. Ponselnya yang semula melantunkan melodi keras mendadak mati begitu saja. Di barengi dengan lampu di kamar mandi yang padam.

Maura gemetar ia semakin gencar berusaha mendobrak pintu sekuat tenaganya. Maura takut gelap, sangat takut sekali. Maura tersentak saat merasakan tubuhnya terdorong pelan hingga menyentuh dinding kamar mandi yang dingin. Maura semakin gemetar takut sekali. Ia hanya mampu menangis sambil memegangi handuknya erat. Maura tak dapat melihat apapun, kecuali Netra merah gelap yang terpampang didepannya.

Maura semakin ketakutan apalagi saat merasakan sebuah tangan mengelus lembut wajahnya. Naik menuju ke Puncak kepala Maura. Mengelusnya lembut dan penuh kasih sayang. Maura ingin berteriak namun ia merasa mulutnya seperti tertutup rapat tak dapat dibuka sama sekali. Tangan Maura ingin terangkat mendorong orang misterius ini, namun sepertinya kedua tangan Maura juga sama tak dapat digerakan.

Maura berulang kali menyebutkan permohonan dan permintaan tolong dalam hatinya, berharap ada yang dapat mendengar. Namun itu terlalu sia-sia. Getaran ditubuh Maura kian hebat saat merasakan terpaan napas hangat yang menyapu wajahnya, melewati pipi lalu berhenti tepat di bibirnya. Maura takut sekali, apalagi saat benda lembut nan kenyal itu bertemu dengan bibirnya. Maura tidak bodoh, ia paham betul apa yang sedang terjadi saat ini.

Maura di lecehkan!

Dan ia hanya mampu diam membeku, seolah ada mantra yang memaksanya tetap diam. Maura hanya mampu menangis dan merasa bodoh. Apalagi saat orang itu melumat bibirnya lembut dan hati-hati, Maura dapat merasakan kasih sayang luar biasa lewat ciuman ini. Tapi ia tetap takut. Ini ciuman pertamanya, dan di rebut orang tak di kenal. Maura takut akan dilecehkan lebih jauh lagi.

Tuhan, tolonglah Maura.



"MAURA! BANGUN UDAH PAGI!"

Lampu menyala, saat suara bernada tinggi itu mulai terdengar masuk melalui gendang telinganya. Maura mengerjap pelan, masih diam dengan pandangan kosong. Maura syok, apalagi saat melihat tak ada siapapun di kamar mandi saat ini. Ia takut dan menangis dalam diam. Tubuhnya semakin gemetar.

Maura pingsan.

**

Hujan pagi ini cukup deras, suasana dingin yang menusuk sangat pas dengan secangkir teh yang hangat. Sembari menikmati rintik hujan melalui kaca jendela. Dimas menyesap tehnya sambil berdiri di balkon kamarnya sendiri. Mendung pagi ini berwarna putih yang sepertinya hujan akan awet hingga nanti.

"Mas."

Dimas menoleh menatap Asti yang berjalan kearahnya dengan wajah gusar. Dimas mencoba tersenyum menenangkan, sembari menuntun sang istri untuk duduk di pinggir ranjang.

"Bagaimana Maura?"

Asti menunduk. "Sepertinya, waktu nya sudah hampir dekat, Mas."

Dimas mengangkat alis tak paham. "Maksud kamu?"

"Maura, tadi dia berkata jika melihat mata merah di kamar mandi. Dan juga, Maura merasa akhir-akhir ini diikuti seseorang. Sepertinya ucapan iblis itu tidak main-main."

"Dia tidak akan bisa mengambil Maura," ucap Dimas yakin.

"Kenapa kamu begitu yakin?"

"Selama kita masih hidup, aku akan menjamin Maura akan tetap bersama kita. Aku sudah melindungi Maura dengan ilmu yang aku punya, iblis itu mungkin bisa menyentuh Maura namun selamanya ia tak akan bisa membawa Maura pergi atau pun mencelakainya."

Asti mengangguk paham meski masih merasa khawatir. "Tapi, Mas. Jika iblis itu membunuh kita agar bisa mendapatkan Maura bagimana?"

Dimas mendadak diam, apa lagi saat cuaca mendadak cerah begitu saja. Ia menoleh pada Asti, meneguk ludahnya takut. Dimas memeluk istrinya erat, ia yakin iblis itu pasti mendengar semuanya.

**

"Demi apa?? Lo lagi nge halu kayaknya."

Maura menatap teman didepannya kesal. Setelah kejadian tadi pagi Maura langsung pergi keluar rumah guna mengusir takut. Ia memilih nongkrong di cafe bersama Leta yang tengah menyeruput cappucino dengan tatapan tak percaya. Maura baru saja menceritakan apa yang ia alami tadi pada Leta. Namun ia justru mencibir dan tak peduli.

"Ish, beneran tahu, rasanya tuh nyata banget! Gue bahkan masih inget gimana rasanya," ucap Maura menyakinkan.

"Duh, Ra. Lo kayaknya emang mesti cek kejiwaan deh, otak lo udah mulai gak beres," ledek Leta lagi.

Maura berdecak kesal, ia meminum jus stroberi yang tadi di pesan dengan rakus. Meski ucapan Leta sama sekali tak membantu namun Maura senang karena ia tak takut lagi. Setidaknya saat sekarang.

"Eh, lo sejak kapan pake cincin?"

Maura tersentak saat Leta menyentuh tangan kirinya. Ia menunduk menatap kaget pada jari manisnya yang terdapat cincin bertaburkan berlian. Terlihat sederhana namun elegan. Tapi mengapa seperti ada yang aneh?

"Kok mirip cincin nikah, ya?" tanya Leta lagi.

Maura kaget. "Gue aja kagak tahu kenapa ada ni cincin," katanya, "lagian siapa juga yang nikah, kalau mau nih ambil."

Maura menyodorkan tangannya yang langsung di tarik dengan semangat oleh Leta. Gadis itu mengangkat tangan menarik cincin itu keluar. Leta agak berdecak saat merasakan cincin itu susah di lepaskan. Ia bahkan sudah mengerahkan seluruh tenaganya namun seperti ada lem yang terletak di sana. Membuat cincin itu susah terlepas.



Jari Maura sudah memerah, ia meringis saat merasakan tulang jarinya seperti akan terbagi dua saat Leta menariknya dengan penuh tenaga. Maura menarik tangannya lalu mengelus jari manisnya berharap rasa sakit itu hilang. Ia menatap Leta yang tampak keheranan.


"Lo gendutan deh, Ra," ucapnya gamblang.

Maura kesal lalu menepuk kepala Leta pelan. "Kagak elah, ni cincin aja yang kekecilan."

"Jujur deh, Ra! Itu cincin dari siapa?"


Leta masih tetep kekeuh sementara Maura sudah berdecak malas. Ia memasukkan tangannya kedalam saku celana jeans. Dengan bosan meminum minuman diatas meja.


"Kan udah gue bilang, gue kagak tau," jawab Maura.


Leta menyipitkan mata memastikan apakah Maura berbohong atau tidak. Namun gadis didepannya bersikap biasa saja dan terlihat sangat tenang. Sepertinya Maura memang jujur. Namun ia masih merasa janggal. Apalagi saat diam-diam Leta bisa merasakan jika Maura menatap ke arah pintu masuk cafe dengan tatapan takut dan cemas.



Sebenarnya ada apa?







***



Jadi gaes, ini tiga hari sebelum ulang tahun Maura. Dan maafkan aku kalau ada typo atau mungkin bab ini gaje, huhuuuu mengertilah aku masih berusaha untuk bisa menulis cerita fantasi seperti ini.



With love,

Imaginisa<3

Continue Reading

You'll Also Like

230K 596 9
konten dewasa 🔞🔞🔞
246K 21K 20
Follow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya k...
2.2M 113K 39
Menjadi istri dari protagonis pria kedua? Bahkan memiliki anak dengannya? ________ Risa namanya, seorang gadis yang suka mengkhayal memasuki dunia N...
118K 285 13
21+++ Mengandung unsur kekerasan sexual, bdsm, boundage dan lainnya. Monic yang terpaksa menjadi budak selama 1 tahun karena ia harus membayar hutang...