The Vow

By SierraBerwynne

128K 10.1K 785

[END] [18+] Menjelang hari pernikahan Savannah menemukan dirinya hamil tanpa mengetahui siapa pria yang sudah... More

Prolog
1 - Mistake
2 - First meeting? Right?
3 - Not a choice
4 - Pregnant?
5 - We're friend, right?
8 - Welcome to the world, Swan
6 - First time for me, maybe...
10 - Fallin for you,
11 - That guy
12 - Bad dream
13 - Envy?
14 - Our relationship
7 - She's know everything
15 - Swan's daddy
16 - to lose you
17 - Yes, she's right
18 - New life, new beginning
19 - a Son
20 - a good memories
21 - Forgiveness
22 - The Vow
Epilog

9 - Not you again

4.9K 442 16
By SierraBerwynne

Swan menjadi penyejuk mata Savannah setiap hari. Ia akan menatap bayi mungilnya itu berlama-lama, bahkan tidak betah meninggalkan bayinya barang sedetik pun.

Ann yang sudah beberapa kali datang agak kaget dengan sikap Savannah yang sama sekali tidak menunjukkan Baby Blues, walaupun ia tinggal dan mengurus semuanya sendiri. Wanita itu sampai menggeleng-gelengkan kepala karena terlalu takjub dengan sikap Savannah.

Sama seperti Ann, River juga semakin rajin mengunjungi Savannah. Namun beberapa hari ini, Pria itu tampak sibuk dan jarang mengangkat telepon. Suka atau tidak hal itu membuat Savannah tidak tenang.

Savannah menoleh pada putrinya untuk kesekian kali. Walaupun tangannya sibuk melipat pakaian, wajahnya selalu tersenyum dengan tatapan penuh cinta.

Suara ketukan pintu memaksa Savannah untuk bangkit. Ia mengelus pipi Swan sebelum berlalu menuju pintu.

"Selamat ... Siang," ucap Savannah terputus.

River berdiri di depannya dengan tas karton berlogo, boneka, dan sebuket bunga lili merah. Ia tersenyum.

"River, masuklah."

Savannah mundur untuk membiarkan River masuk dan menutup pintu. Suasana berubah canggung saat River sudah meletakkan barang bawaannya. Walau bagaimanapun sudah beberapa hari lamanya mereka tidak bertemu.

Suara Swan yang menangis menginterupsi keduanya, membuat Savannah berterimakasih pada putrinya itu karena membiarkannya lepas dari kecanggungan.

"Ada yang salah dengannya?" tanya River, ada kekhawatiran di suaranya.

Savannah menahan napas saat menyadari River mengikutinya ke dalam kamar.

"Mungkin lapar, aku belum menyusuinya."

Entah apa yang ia pikirkan, karena Savannah langsung membuka kancing bajunya dan menyusui Swan langsung di depan River.

River membulatkan matanya, sebenarnya melihat Savannah menyusui Swan bukan hal yang pertama untuknya. ia pernah melihat itu di rumah sakit setelah persalinan. Tapi melihatnya lagi di dalam sebuah kamar, hanya berdua, minus Swan yang belum mengetahui tentang hal-hal itu, membuat sesuatu di dalam dirinya bangkit.

Buru-buru River mengalihkan tatapannya pada lukisan bunga krisan di atas tempat tidur Savannah.

"Bagaimana pekerjaanmu?"

River mengerjap sebelum berdehem. "Lancar."

River menoleh setelah mendengar suara Savannah yang bernyanyi kecil. Ia menimang Swan yang telah selesai menyusu dan kini sibuk menatap ibunya.

River tersenyum sebelum mendekat, menundukkan wajahnya untuk menatap Swan. Bayi kecil ini telah mencuri hatinya sejak pertama kali melihatnya. Dan yang paling sulit di lalui River beberapa waktu ini adalah tidak bisa melihat Swan karena kesibukannya. Untungnya Ann rajin mengupload foto Swan di media sosial dan membiarkan River menjadi stalker untuk bayi cantik itu.

Savannah menatap River yang masih tersenyum lebar sambil mengelus pipi bayinya, sesekali ia juga menciumnya gemas. Oh Savannah mungkin akan menjadi orang paling bahagia jika yang di lihatnya saat ini adalah interaksi keluarga kecilnya.

"Savannah," panggilan River membuyarkan lamunan.

"Ya,"

"Maukah kau menemaniku ke sebuah acara lelang untuk amal."

Savannah membulatkan matanya. "Aku? maksudku aku tidak pernah datang ke acara seperti itu."

River menegapkan tubuhnya. "Acara ini di hadiri oleh orang-orang yang sudah berpengalaman dalam bisnis, mereka tidak seusia kita. Kupikir aku bisa mengajakmu untuk membuatku mengurangi kebosanan."

"Tapi kenapa aku? Apa tidak sebaiknya kau mengajak Sunny?"

River tertegun, ia bahkan melupakan keberadaan Sunny yang sudah tinggal di apartemennya selama beberapa bulan. Dan saat River menerima undangan itu yang ada di pikirannya hanya Savannah! Bodoh!

"Sunny tidak bisa." Ucapnya asal.

Savannah mengangguk, sedikit kecewa karena itu berarti ajakan River padanya bukan yang pertama pria itu tawarkan. Sebelumnya River pasti sudah mengajak Sunny.

"Baiklah," ucapnya akhirnya. Tidak apa-apakan jika ia menikmati sedikit kebersamaannya bersama River. Toh tidak akan ada yang terjadi di antara mereka berdua.

***

Malam itu Savannah memakai gaun warna plum selutut, ia juga memakai make up tipis untuk menunjang penampilannya dan memilih mengepang rambutnya menyamping melewati bahu agar tidak mengganggu saat mengurus Swan.

River memakai setelan jas berwarna hitam rapi yang membuatnya semakin tampan. Oh Savannah mulai berkhayal apakah mereka sudah terlihat seperti sebuah keluarga sekarang?

Acara lelang amal itu di adakan di sebuah hotel. River menghela Savannah ke dalam Ballroom dan mencengkram pinggangnya yang menggendong Swan.

River menunduk. "Jangan gugup ya."

Savannah mengangguk, itu hanya kalimat sederhana tapi menimbulkan efek yang luar biasa. Ia bisa merasakan jantungnya yang berdebar semakin keras dan berharap River tidak mendengarnya.

Seorang pria setengah baya menghampiri River dan Savannah. Ia tersenyum sopan sebelum menyapa. "Mr. Hoult, senang bertemu denganmu."

"Terimakasih, Mr. Andrew."

"Dan apakah ini ..." Ucapnya menggantung.

"Istri dan anak saya."

Melebarkan kedua mata, Savannah mendongak mencoba menatap River yang memasang senyum kecil di wajahnya. Pria itu tampak nyaman bahkan tidak terganggu dengan pandangan beberapa orang yang kini beralih pada mereka setelah ucapan River barusan.

Sebenarnya River sudah memintanya untuk berpura-pura menjadi 'istrinya' sebelum mereka sampai disini, tapi hal itu tetap tidak membuatnya bisa bernapas normal.

Pria itu mengatakan sudah mulai jengah dengan para orang tua yang sibuk menyodorkan putri mereka untuk River nikahi. Karena itu River mengajak Savannah dan adanya Swan akan lebih menguatkan hal tersebut.

"oh maafkan aku tidak langsung mengenalinya. Selamat malam Mrs. Hoult dan si kecil ..." sekali lagi pria yang di panggil River Mr. Andrew itu menggantung ucapannya.

"Swan." ucap Savannah menyebutkan nama Putrinya.

"Nama yang cantik seperti orangnya." Pria itu menunduk untuk menatap Swan dan mengulurkan jarinya pada tangan Swan yang mulai menggapai apapun di dekatnya. "Dia sangat mirip denganmu Mr. Hoult."

Savannah hampir menumpahkan tawanya. Bagaimana mungkin Swan mirip River saat tidak ada hubungan apapun di antara mereka. Orang ini benar-benar pintar mengambil hati para orang tua.

Savannah menoleh, namun tidak seperti yang ia duga reaksi River justru membuatnya mengangkat alis. Pria itu menatap Swan lekat-lekat, seolah mencari bukti apapun yang menunjukkan kemiripan mereka.

"apa sekarang kau yang gugup?" goda Savannah menahan tawa.

River mengerjap, mulai mengembalikan fokusnya. "Tidak." jawabnya singkat.

Savannah tersenyum dan sedikit mengangkat Swan untuk mencium pipinya.

Suara beberapa instrumen yang mulai di mainkan membuat Swan kaget dan sedikit merengek. Ia memejamkan matanya sambil menggapai-gapai ke arah River.

River tersenyum dan mengambil alih Swan ke dalam gendongannya. "Hey baby, its okay, daddy's here."

Savannah hampir pingsan mendengar kata-kata itu keluar dari River. Mungkin pria itu hanya mengatakannya untuk menguatkan akting mereka, tapi hal itu berbanding terbalik dengan yang Savannah rasakan saat ini.

Acara amal itu berlangsung cukup meriah, River juga mengeluarkan uangnya dengan jumlah yang tidak sedikit untuk sebuah tempat tidur anak yang masuk list lelang malam ini.

Savannah sempat melotot melihat harga tempat tidur dengan rangkaian kayu dan kelambu yang menjuntai-juntai itu, apalagi saat River mengatakan bahwa ia membelikannya untuk Swan.

"Itu terlalu mahal," gumam Savannah untuk kesekian kali walaupun saat ini mereka sudah berada di dalam mobil.

Swan sudah tidur di pangkuannya, dan River yang fokus mengemudi menoleh ke arahnya.

"Itu juga salah satu bentuk bantuanku untuk acara amal, tidak perlu terlalu di pikirkan."

Savannah mengangguk, walaupun perasaannya masih tidak nyaman.

"Savannah," panggil River setelah terdiam cukup lama. "Apa berat merawat Swan seorang diri?" ucapnya dengan nada ragu.

Savannah tidak mengerti ke arah mana maksud pembicaraan mereka, namun ia menggeleng, "tidak sama sekali."

"Kau pernah berfikir untuk menikah?"

Menggeleng, Savannah tersenyum kecut.

"Kenapa?"

"Aku belum tau apakah ada pria yang mau menerimaku sepaket dengan Swan. Dan yang lebih penting aku tidak tau apakah Swan bisa menerima pria yang mungkin akan menjadi ayahnya seumur hidup."

"Kau hanya memikirkan Swan?"

Mengangguk, Savannah menatap wajah anaknya yang terlelap. "Awalnya aku menginginkan seorang pria untuk mendampingiku, aku masih muda untuk merasa kesepian, tapi setelah Swan lahir pandanganku sedikit berubah." Savannah menoleh pada River dengan mata berbinar. "Kebahagiaannya adalah prioritas utamaku sekarang."

River terdiam, hanya menatap ke jalanan di depannya dengan bayangan Savannah dan Swan di dalam kepalanya. Ia tidak tau bahwa tetangganya itu punya pengaruh besar dalam hidupnya dan kini membiarkan River bingung dengan perasaannya sendiri.

***

Sunny menggiling biji kopi di dapur saat pintu depan apartemen terbuka. River muncul dari sana dengan senyum yang membuat Sunny mengernyit.

Menghilangkan apapun yang mengganjal di hati, Sunny menghampirinya. "Aku sedang membuat kopi, kau mau?"

River mengerjap, melepaskan senyum di wajahnya. "Aku akan langsung istirahat."

Sunny memaksakan diri untuk balas tersenyum. "Baiklah, kau harus segera tidur."

River menaiki tangga untuk mencapai kamarnya yang ada di lantai dua, meninggalkan Sunny yang masih mematung sambil menatap punggungnya.

Menggelengkan kepala, Sunny membuang semua prasangka di dalam kepalanya, ia hanya harus memikirkan hal-hal baik di antara mereka.

Jika di ingat kembali waktu itu, sebulan yang lalu, Sunny menghabiskan waktunya di kamar untuk menangis. Menyesali kebodohannya setelah melihat River yang menolong Savannah yang akan melahirkan. Waktu itu, sebanyak apapun Sunny mengingatnya adalah saat-saat yang tepat untuk meyakini bahwa perasaan pria itu sudah berubah. River sudah tidak mencintainya.

Sunny menoleh ke tangga sebelum nekat naik dan masuk ke dalam kamar River yang tidak terkunci. Suara kran air di kamar mandi menandakan pria itu sedang mandi, Sunny memilih menunggunya dan duduk di tempat tidur.

River keluar beberapa menit kemudian dengan celana piyama dan tshirt putih. Ia melebarkan matanya saat melihat Sunny, namun tidak bersuara dan hanya memasang wajah datar.

"Pulang menemui Swan?"

Mengangguk, River menggantung handuk dan menghindari tatapan Sunny.

Menghela napas, Sunny kembali bersuara. "River, bolehkah aku meminta sesuatu?"

"hmm katakanlah."

"Aku ingin kau bercinta denganku."

River kehilangan suaranya. Apa gadis itu sudah gila, bagaimana bisa ia meminta hal itu dengan begitu santainya pada River.

"Kembalilah ke kamarmu." Gumamnya, memilih tidak menanggapi.

Sunny mencengkram sprai, berusaha keras untuk tidak menangis. "Aku mencintaimu."

Deg!

River merasakan tubuhnya membeku, kata apapun yang barusan di dengarnya adalah kata yang selalu ia harapkan keluar dari mulut Sunny, bahkan saat pertama kali mereka bertemu hampir 20tahun yang lalu.

Sunny bangkit dan berjalan mendekati River. Ia mengalungkan tangannya di leher River sebelum berjinjit dan mencium bibirnya.

River masih membeku, baru saat Sunny mulai membuka bibirnya, River mulai membalas ciumannya dengan lebih dalam. Mereka berpagutan cukup lama sampai Sunny menarik tubuh River ke ranjang. Mereka terus berciuman dengan River yang menindih tubuh Sunny.

River meremas payudara Sunny hingga membuat gadis itu mengerang dalam ciumannya. Ia siap untuk membuka kancing piyama Sunny saat bayangan Savannah dan Swan memenuhi kepalanya. Ia tersentak, segera melepaskan ciuman dan menjauhkan tubuhnya dari Sunny.

"River," Panggil Sunny yang masih berbaring dengan napas memburu. Bibirnya basah dan memerah dengan dua kancing piyama yang sudah terbuka.

River menggeleng, mencengkram kepalanya yang mendadak pening. Dengan sisa kesadaran River mendongak untuk menatap Sunny. Ada kegamangan di sana yang membuat Sunny kembali mengernyit.

"Maafkan aku Sunny." gumam River sebelum meninggalkan Sunny di kamar yang kembali sunyi.

***

Aku kembali 😭
Terimakasih buat yang masih menantikan kisah Savannah dan River ini, mohon sabar tunggu kelanjutannya ya 😁

Aku berencana up ini seminggu sekali -setiap hari Sabtu- Doain aku bisa selalu up tepat waktu ya man teman 🙏 Terimakasih 😊

Continue Reading

You'll Also Like

177K 11.9K 16
√ Completed √ Rosaline Gail telah bertahan dengan status lajang selama hampir dua puluh tujuh tahun hidupnya karena tak ingin lagi berurusan dengan p...
1M 36.4K 20
Berisi kumpulan cerpen random karya ©mslostinlove [tersedia juga cerpen side part Marriage with(out) Sex & Love between Hate!]
350K 23.1K 44
WARNING! 21++ ( Due to some mature scene and content, underage is not allowed to read this story... please be a responsible reader) Natalie Kim, 27...
3.9M 135K 24
Sudah terbit. Silakan cari di Gramedia atau toko buku online. Sebagian bab dihapus. ••• Kami menikah karena terpaksa. ••• #1 Special Story Series Sta...