HALFWAY TO THE LOVE (COMPLETE...

By TiaraPutriReggina

298K 17.3K 1.9K

A Dangerous Romance Meggy Dallson adalah seorang gadis cantik yang sangat pemberani di lingkaran dunia gelap... More

SINOPSIS
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
CAST
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
PART 28
PART 29
PART 30
PART 31
PART 33
PART 34
PART 35
PART 36
PART 37
PART 38
PART 39
PART 40
PART 41
PART 42
PART 43
PART 44
Q & A
PART 45
PART 46
PART 47
PART 48
PART 49
PART 50
PART 51
PART 52
PART 53
PART 54
PART 55
PART 56
PART 57
PART 58
PART 59
PART 60
PROMOT EBOOK PCU DAN LBU
PART 61
PART 62
PART 63
PART 64
PART 65
PART 66
PART 67
PART 68
PART 69
PART 70 (Finish)
EXTRA PART
EXTRA PART 2
EXTRA PART 3
EXTRA PART 4
EXTRA PART 5
EXTRA PART 6
EXTRA PART 7
EXTRA PART 8
EXTRA PART 9
THE LAST EXTRA PART
Intip NEW STORY

PART 32

3K 217 12
By TiaraPutriReggina

Author Pov.

"Sudah lebih baik?."

Meggy mengangguk seraya mengulas senyum tipisnya pada Gally. Gally membawanya ke salah satu suasana yang tidak Meggy sangka terdapat di markas Stallon Wood selama ini.

Taman yang di hampari rumput hijau dan sebuah danau tepat berada di halaman belakang markas. Indah dan menakjubkan, Meggy bisa melihat bayangan malam di bawah pantulan danau.

"Untuk menenangkanmu sepertinya tempat ini cocok."

Meggy tersenyum, ia senang berada di dekat Gally, Gally pria yang selalu tersenyum dan membawa aura positif. Setelah pertemuanya dengan Miana yang tidak berakhir baik, Gally membawanya ke taman markas dan perasaan Meggy sedikit mulai membaik ketika taman markas menyapanya dengan keindahannya di malam hari.

Untuk sesaat Meggy melemparkan tatapanya pada danau, ia menunduk melihat kakinya yang di balut sepatu, ada bebatuan dan Meggy memungutnya kemudian ia lemparkan ke arah danau dan danau memperlihatkan riaknya.

"Gally."

"Ya?."

Meggy menghela nafas seraya menatap Gally.

"Apa kau bisa memutuskan sesuatu yang membuat kau berakhir tidak bahagia?."

Gally terkekeh, ia menunduk, memungut bebatuan dan melemparnyan ke danau, riak dari lemparanya tercipta menggantikan riak ciptaan Meggy yang mulai menghilang.

"Mengapa kau bertanya demikian? apa kau akan melakukan sesuatu itu dan membuat dirimu tidak bahagia?." Gally justru mengulang pertanyaan Meggy untuk gadis itu.

Meggy menghela nafas untuk yang kesekian kalinya. Mendadak ia tidak mengerti dengan dirinya sendiri, bertemu dengan Miana dan berakhir tahu permasalahan gadis itu membuat Meggy tidak bisa mengerti keadaan dirinya sendiri. Ia bimbang pada sesuatu, ia tahu apa itu tapi bagaimana caranya ia mengungkapkannya?.

"Untuk apa sebenarnya kebahagiaan?." Tanya Meggy pada Gally.

"Penyempurna hidup ini, Meg."

"Jika kita tidak bisa mendapatkanya, apa yang harus kita lakukan?."

Gally menengadah menatap langit malam yang di taburi bintang, malam itu langit malam sangat indah.

"Berjuang untuk mendapatkanya lagi pula siapa yang tidak ingin kebahagiaan? setiap mahluk yang bernafas di muka bumi ini mendambakan kebahagiaan."

Itu benar. Meggy lantas mengikuti arah pandangan Gally.

"Apa itu kebahagiaan bagimu?."

Gally terkekeh.

"Sederhana saja, dapat menikmati hidup dan memiliki yang ku inginkan, itu kebahagiaanku."

Meggy terkekeh.

"Wow, Gally." Meggy menarik pandanganya dari langit malam, beralih menatap danau.

"Tapi aku rasa kebahagiaan tidak akan mudah untuk kita dapatkan."

"Itu benar! tidak ada kebahagian yang instant." Gally pun beralih menatap danau.  Tatapan Gally teralih pada Meggy ketika gadis itu menghela nafas untuk yang kesekian kalinya.

"Apa kau tidak bahagia saat ini, Meg?."

Meggy tersentak, kegiatanya yang sedang menyugar rambut panjangnya terhenti. Ia menatap Gally, pria itu menatapnya seakan tahu apa yang terjadi pada Meggy. Meggy tersenyum tipis.

"Sepertinya." Aku Meggy.

Miana yang telah membuatnya tidak bahagia. Pengakuan berbelit-belit sahabatnya itu mampu menyingkirkan separuh kebahagiaan Meggy. Kebahagiaan yang baru pertama kali ia rasakan bersama seorang pria, kebahagiaan yang ia yakini tidak akan ia dapatkan dari pria lain.

"Kau bisa menceritakanya padaku jika kau tidak keberatan." Gally selalu tersenyum.

Meggy tidak keberatan bahkan ia memang membutuhkan pendengar yang baik dan Gally, pendengar yang tepat bagi Meggy.

"Menurutmu, apakah baik jika aku memberikan kebahagiaanku pada sahabat terbaikku?."

Gally tertegun kemudian terkekeh.

"Oh, Meg itu perbuatan terpuji tapi kau tidak akan pernah bahagia."

Meggy menyeringai, tepat seperti yang ia pikirkan Gally memang tahu apa yang harus pria itu katakan dan membuat Meggy semakin terpuruk pada keadaanya.

Ada rasa sesak di dadanya, rasa sesak kali ini berbeda dari rasa sesak yang ia alami saat kehilangan seluruh keluarganya. Rasa sesak kali ini membuktikan separuh nafas Meggy milik pria itu.

"Kau tidak bisa mengorbankan kebahagiaanmu sendiri pada orang-orang yang kau sayangi, Meg. Meski pun kau lebih mengutamakan mereka tapi kebahagian diri sendirilah yang sementinya harus kau utamakan."

Meggy ingin menangis bahkan ia sudah merasakan panas di pelupuk matanya.

"Tapi, Gally. Bagaimana jika kebahagiaan yang ku dapatkan berasal dari hati-hati yang tersakiti?. Bagaimana kebahagiaan bisa disebut kebahagiaan saat hati lain tidak bisa merasakannya?."

Meggy tidak ingin berbelit, ia ingin menjemput kebahagiaannya tapi jika seperti ini caranya, bagaimana mungkin?. Ia dan sahabatnya menyukai pria yang sama, pria berbahaya namun menjanjikan kebahagiaan. Sialan, Meggy benar-benar ingin menangis. Ia menyialkan keadaan yang mengapa harus terungkap saat ia sudah mulai merasakan kebahagiaan itu bersama Ares.

"Kebahagiaan seseorang tergantung pada dirinya sendiri, Meg. Jika kau bisa bahagia mengapa ia tidak?. Kau tidak perlu memikirkan hati-hati yang tersakiti, seiring waktu rasa tersakiti itu akan pulih dengan sendirinya, hati orang lain yang kau sakiti akan menemukan kebahagiaanya sendiri, dengan caranya sendiri." Gally mencoba lebih membuka pikiran Meggy, ia tahu kemana arah pembicaraan ini.

Tidak bisa Meggy pertahankan lagi, air matanya perlahan luruh. Air mata untuk Ares sebagai kekasihnya dan air mata untuk Miana sebagai sahabatnya. Meggy tidak menyangka pertemuan kembalinya dengan Miana akan membawa kisah perasaan menyakitkan seperti yang ia rasakan. Persahabatan mereka akan menjadi canggung di detik mereka melibatkan perasaan mereka dan itu sudah terjadi.

"Aku menyayangi Mia, Gally tapi aku juga menyayangi Ares. Saat mengetahui perubahan Mia dikarenakan perasaanya pada Ares benar-benar membuatku terguncang. Mereka bagian dari hidupku, masing-masing memiliki peran dalam hidupku tapi jika begini apakah aku sanggup mempertahankan peran mereka?. Miana menyukai Ares sementara aku...aku dan Ares....Oh, Gally! apa yang harus aku lakukan?."

Meggy menghambur pelukanya pada Gally, memeluk pria itu sekuat yang ia inginkan. Meggy tidak bisa tanpa sebuah pelukan, ia tidak bisa melawan kesedihanya sendiri untuk kali ini, karena ini kesedihan terbaru yang Meggy alami.

Usapan lembut hadir di sepanjang punggung Meggy, Meggy semakin tidak bisa menahan air matanya. Gadis itu menangis dalam dekapan Gally.

"Ssttt, Meg. Ini wajar terjadi, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada diri kita di masa depan. Kau, Ares dan Miana mungkin memang ditakdirkan seperti ini, pertemuan kalian melibatkan perasaan dan emosi. Kau hanya perlu menerima semuanya."

"Menerima bagaimana?! menerima persahabatan ku hancur begitu saja?, sialan, Gally. Aku dan Mia benar-benar dalam masalah!." Rutuk Meggy bahkan ia menepuk kuat punggung Gally.

Pelampiasan sesaat Meggy adalah Gally. Yeah setidaknya karena pria itu yang tengah berada di dekatnya.

"Lalu bagaimana dengan hubunganmu dan Ares? apa kau akan menerimanya jika hubungan itu hancur karena kau lebih memilih persahabatanmu?."

Meggy bungkam bahkan tangisanya mereda, ia menarik diri menatap Gally kemudian menggeleng.

Meggy bisa merasakan ia akan hancur tanpa Ares bahkan saat ini pun Meggy bisa merasakan kehancuran itu.

"Persahabatanmu dengan Miana mungkin masih bisa di perbaiki tapi hubunganmu dengan Ares?. Kau bisa melihat bukan bagaimana Ares? dia pria yang misterius, Meg. Sulit menjalin hubungan dengan pria seperti Ares. Kau berhasil menjalin hubungan bersamanya tapi aku tidak yakin kau akan berhasil memperbaiki hubungan kalian jika kau lebih memilih Miana dari pada Ares, pria yang kau cintai." Tutur Gally.

Meggy tertegun. Benarkah Meggy mencintai Ares? tapi selama ini Meggy menyukai Ares dan bisakah rasa menyukai di samakan dengan rasa mencintai?. Perlahan kabut kebingungan menyelimuti Meggy.

Aku mencintai Ares?. Batin Meggy mempertanyakan rasa yang hanya bisa ia rasakan, hanya dirinya yang bisa menentukan apakah ia selama ini mencintai Ares. Tapi mereka menjadi sepasang kekasih karena keduanya mengaku saling menyukai tapi cinta?. Meggy mengerjap, ia tidak mengerti dengan perasaanya saat ini.

"Gally, aku----."

"Bagaimana denganmu, Meg. Apa kau sanggup memberikan kebahagiaanmu pada Miana?."

Meggy menghela nafas, mengedikan bahunya. Gally mendengus.

"Jangan melakukan sesuatu yang membuatmu menyesal di kemudian hari, Meg. Kau harus mengutamakan kebahagiaan dirimu bukan orang lain. Biarkan saja Miana memiliki perasaan pada Ares lagi pula Ares belum tentu memiliki perasaan yang sama terhadap Miana. Sejauh yang ku lihat Ares sangat dingin pada Miana, meski pun Miana cantik dan memiliki segalanya tetap saja tidak membuat Ares tertarik pada gadis itu." Gally menjeda untuk menggenggam kedua belah tangan Meggy.

"Aku sudah cukup lama mengenal Ares, Meg. Ares terlalu selektif dalam memilih pasangan, Miana bukan tipenya, aku bisa melihat tipe wanita yang ia cari selama ini ada padamu. Jika kau masih memikirkan perasaan Miana, cobalah pikirkan perasaan Ares juga. Jika Ares tahu kau akan melepas kebahagiaanmu demi Miana, ia akan murka, Meg. Lagi pula jika kau melepaskan Ares demi Miana, belum tentu Ares akan datang pada Miana, memeluk gadis itu kemudian menjadikanya miliknya, justru mungkin Ares akan datang dan melenyapkan Miana." Tutur Gally lagi.

Meggy membelalak.

"Ares tidak mungkin melenyapkan Miana!." Sergah Meggy.

"Kau tahu seperti apa Ares. Ia tidak akan ragu membunuh siapa pun bahkan anak kecil jika itu mengusik hidupnya." Tukas Gally.

Meggy mengerang.

"Tapi Miana Putri Stallon Wood, pimpinan Ares."

Gally menyeringai.

"Stallon Wood sudah terlalu tua, Meg. Ares bisa mengurus pria tua itu."

Meggy menghela nafas, menatap Gally lebih dalam lagi.

"Lalu aku harus bagaimana?. Miana menyukai Ares, aku tidak tega melihatnya menangis karena hubungan kami."

Gally tersenyum hangat, meremas tangan Meggy di dalam genggamanya.

"Apa pembicaraanmu dengan Miana berjalan baik?."

Meggy menggeleng lemah.

"Miana membentakku memintaku keluar."

Itu kenyataan. Meggy sendiri masih tidak menyangka Miana membentaknya bahkan itu adalah bentakan paling keras yang pernah Meggy terima dari Miana. Gally justru semakin memamerkan senyumnya, salah satu tangannya terulur mengusap puncak kepala Meggy.

"Bicarakanlah pada Ares, katakan padanya hasil pertemuanmu dengan Miana. Aku yakin Ares lebih tahu bagaimana cara menyikapi dirimu saat ini."

Meggy tidak bisa mencegah senyumnya, bola matanya berbinar dengan cara menyenangkan saat menatap Gally yang sudah seperti Kakak baginya.

"Aku akan mengikuti saranmu."

"Ya, aku berharap kau dan Ares akan baik-baik saja."

Meggy hampir meneteskan air matanya saat dalam hitungan detik seperti melihat sosok Steve Dallson, Kakaknya, pada diri Gally. Meggy teringat jika usia Gally seusia Steve, Ares bilang usia Gally 28 tahun sama seperti Steve.

"Kau seperti Kakakku, Gally." Lirih Meggy.

"Oh ya?, apakah kami mirip?." Tanya Gally antusias.

Meggy terkekeh, menyeka air matanya yang sedikit memaksa keluar dari tempatnya.

"Tidak tapi sifat dan usia kalian sama. Jika kau tidak keberatan bolehkah aku menjadikanmu Kakakku?."

Gally tertawa pelan.

"Jadikan aku apa saja, Meg terkecuali kekasihmu. Aku tidak ingin mati sia-sia di tangan Ares."

Meggy tertawa, sejenak melupakan kegelisahan hatinya.

"Hanya Kakak, Gally. Aku membutuhkan kau menjadi Kakakku."

"Aku tidak keberatan." Sahut Gally.

Dan Meggy tidak bisa mencegah pelukanya yang kesekian kalinya pada Gally dan Gally tidak bisa menolak jika memang Meggy sangat membutuhkannya.

"Terima kasih, Gally, terima kasih! aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku jika aku memilih tidak membaginya padamu, kau orang yang tepat."

Gally mengusap surai panjang Meggy.

"Untuk kau dan Ares, aku ras aku tidak bisa diam saja. Ingat Meg, bicarakan pada Ares dan utamakan kebahagiaanmu, lupakan Miana untuk sejenak, Miana akan mengerti suatu saat nanti. Miana tidak bisa memaksakan kebahagiaanmu padanya, ingat itu, Meggy."

Oh Tuhan, Meggy tidak bisa berhenti bersyukur dan lewat pelukan ia mengungkapkan rasa syukurnya bisa mengenal Gally yang ternyata sangat dewasa dalam pikiran.

"Terima kasih, Gally." Lirih Meggy masih tidak melepas pelukanya. Dan Gally pun sama, larut dalam pelukan mereka.

Hingga mereka tidak menyadari kehadirian seseorang. Bersedekap dengan tatapan datar terarah pada mereka.

"Apa aku melewatkan sesuatu?."

Deg. Suara itu.

Meggy mau pun Gally sama-sama tersentak, saling menarik diri kemudian bangkit berdiri. Meggy berdiri menatap pria yang tidak asing lagi untuknya, sementara Gally berdiri sambil mengangkat tangannya seakan-akan tatapan pria yang tengah menatapnya dengan Meggy, bisa menembakan peluru.

Ares, berdiri tegap menatap mereka.

******************************

UP!.

DI GANTUNG dulu yaaakkkk, biar rame, biar pada nunggu. 😆😆😆 Hihihi.

Semoga sukaaa.😊😊😊😊

See u 😘😚😙

Continue Reading

You'll Also Like

3.3M 28.8K 29
Tentang jayden cowok terkenal dingin dimata semua orang dan sangat mesum ketika hanya berdua dengan kekasihnya syerra.
2M 13.6K 17
[Wajib follow dulu sebelum baca!] (Kubaca, goodnovel, Karya Karsa) Sebuah permainan truth or dare berujung petaka, atau mungkin cinta? Kala itu Clar...
4.2M 53.8K 40
Cerita Dewasa! Warning 21+ Boy punya misi, setelah bertemu kembali dengan Baby ia berniat untuk membuat wanita itu bertekuk lutut padanya lalu setela...
1.1M 35.6K 33
Bagaimana jadinya jika seorang gadis menikah dengan ayahnya? Tidak, bukan ayah kandung tetapi ayah angkat. Bermula dari kejadian dimana Giya seorang...