Ne, SAJANGNIM!

By Dekdi_A

1.6M 260K 67.6K

[TERSEDIA DI TOKO BUKU] Bagaimana rasanya memiliki bos otoriter, galak, dan seenaknya? Setelah menjadi pengan... More

00
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32 [END]
OPEN PO & TRAILER

21

50.2K 7.2K 3.2K
By Dekdi_A

          Suara biola mulai redup ketika pastor menyuruh kedua pempelai untuk mengucapkan sumpah pernikahan di atas kitab suci. Tangan Hana mulai mengeluarkan keringat dingin. Dia memejamkan mata sebentar saat mendengar suara tegas Jaehyun yang mengucapkan sumpah pernikahan. Ditatapnya pria itu yang kini terlihat menawan dengan tuxedo hitam, dipadukan kemeja putih dari Vero Wang. Hari ini Jaehyun memakai riasan tipis, yang meyebabkan ketampanannya bertambah berkali-kali lipat.

"Saya Jung Jaehyun, mengambil Hwang Hana sebagai istri dari pernikahan yang sah, untuk dimiliki dan dipertahankan sejak hari ini dan seterusnya, dalam suka dan duka, pada masa kelimpahan dan kekurangan, sewaktu sakit maupun sehat, untuk dikasihi, diperhatikan serta dihargai seperti Tuhan mengasihi umatnya sampai maut memisahkan."

Setelah janji Jaehyun terucap, kini Hana maju selangkah, meletakkan tangannya di atas kitab suci. Pandangannya menatap ke arah Jaehyun. "Saya Hwang Hana, menerima Jung Jaehyun sebagai suami dari pernikahan yang sah, untuk dimiliki dan dipertahankan sejak hari ini dan seterusnya, dalam suka dan duka, pada masa kelimpahan dan kekurangan, sewaktu sakit maupun sehat, untuk dikasihi, diperhatikan serta dihargai seperti Tuhan mengasihi umatnya sampai maut memisahkan."

Pastor yang berdiri di tengah-tengah mereka mengatakan sahnya pernikahan, diikuti iringan doa untuk mereka. Jaehyun maju selangkah untuk menyematkan cincin di tangan Hana, kemudian mencium kening wanita itu sebelum berambat ke bibir.

Suara sorakkan para saksi dan tamu undangan terdengar meriah. Meskipun hanya ada 30 orang yang diundang khusus oleh Jaehyun, Hana merasa pernikahannya terasa luar biasa. Mulai dari konsep cherry blossom di salah satu gereja paling besar di Jepang, ditambah dengan megahnya gaun pernikahannya, Hana merasa semua ini terasa seperti mimpi.

Jaehyun kini berdiri di samping Hana, menggenggam tangannya erat, sembari berbicara kepada tamu VVIP yang Hana duga sebagai rekan bisnis penting dari Louisa Group. Jaehyun kini mengenalkannya sebagai seorang istri, bukan lagi sekretaris ketiga yang merangkap sebagai pesuruh. Hana merasa bagai Cinderella dalam satu malam.

Dia sudah berjalan begitu jauh. Dulu Hana makan saja susah, apa-apa yang dia inginkan harus berjuang dulu mati-matian, sampai mengurangi jatah makannya untuk membeli sesuatu. Tapi sekarang, Hana merasa ada kehidupan lain di depannya.

Kehidupan yang tidak pernah Hana bayangkan. Kehidupan yang terasa indah,namun di sisi lain kehidupannya yang sekarang terasa menakutkan. Hana selalu berpikir apa ini adalah akhir dari perjalanannya, atau sebuah awal dari kehidupannya yang baru?

"Hei, melamun terus," ucap Jaehyun sembari menyentuh pundak Hana. "Kau lelah? Heelsmu tinggi sekali."

"Tidak. Aku hanya berpikir."

'Aku' Hana bersemu. Rasanya masih aneh memanggil dirinya sebagai aku di hadapan Presdir Jung.

"Berpikir apa? Malam pertama kita?"

"Bukan itu!" Hana membalikkan tubuhnya membelakangi Jaehyun. Kini mereka masih di tengah-tengah pesta dansa setelah upacara pernikahan.

"Memangnya berpikir apa?" Jaehyun berjalan mengikuti Hana.

"Hanya tentang ini dan itu. Oh iya, Jae Han kemana? Aku tidak melihatnya."

"Sedang makan dengan Eomma. Kita akan terbang ke Maldives tanpanya."

"Kenapa? Kasihan Jae Han, apalagi kita di sana selama 1 minggu. Aku tidak masalah Jae, malah bersama Jae Han rasanya lebih seru. Pasti dia senang sekali. Jarang-jarangkan Jae Han bisa liburan," seru Hana. Dia berhenti melangkah untuk berbicara lebih serius.

Jaehyun mengerutkan keningnya. Wajahnya yang tampan kini menyeringai kecil tanda tak percaya dengan ucapan Hana. "Yakin ingin mengajak Jae Han?"

Hana mengangguk cepat.

"Baiklah, nanti tidak masalah'kan kalau Jae Han tidur di tengah-tengah kita saat malam pertama? Nanti kalau Jae Han bangun saat kita melakukan aktivitas itu, kau yakin tidak malu?"

"Jaehyun-ssi! Bukan begitu maksudnya."

"Jae Han itu rasa ingin tahunya besar, Hana. Bahkan dia menanyakan ke Eomma tentang aktivitas kita di kantor."

"Oh God." Rasa malu Hana bertambah besar.

"Kau tenang saja, Jae Han tidak akan kebosanan, karena Eomma sangat memanjakannya. Dan juga dia lebih sering pergi jalan-jalan dibanding kita berdua."

"Tapi tetap saja kita di sana selama satu minggu."

Jaehyun tersenyum kecil, dia mengangkat tangannya untuk mengelus pipi Hana pelan. "Terima kasih sudah mau menjadi Ibu dari anakku."

Hana terpaku selama beberapa detik. Dia menatap tangan Jaehyun di pipinya. Rasanya lega sekali. Hana mengambil tangan Jaehyun lalu menggenggamnya erat, "Terima kasih juga sudah memilih wanita sepertiku. Aku akan belajar menjadi lebih baik, agar nanti tidak mempermalukan keluarga Jung."

"Kata siapa? Kau yang terbaik di antara wanita lainnya."

"Jaehyun-ssi ..." Hana bisa melihat ketulusan di mata itu. Meskipun Presdir Jung belum mencintainya, tapi dengan sikapnya yang sekarang membuat rasa takut Hana semakin pudar. Dia akan berusaha sebaik mungkin untuk membuat pernikahan mereka menjadi sesuatu yang abadi.

"Aku akan menjadi istri yang baik. Bimbing aku, Jae."

Jaehyun tersenyum mendengarnya. Dia menarik tubuh Hana mendekat lalu mengajaknya berdansa di hall. Saat lantunan biola mulai berkumandang memenuhi ruangan, Jaehyun berbisik di telinga Hana, "Istriku, ingatkan aku nanti kalau aku salah," ujar Jaehyun pelan.

Hana yang mendengarnya merah padam. Dia mengangguk kecil, kemudian menyerukkan wajahnya di dada Jaehyun. Rasanya malu sekali.

***

         Pagi-pagi sekitar pukul 05.30, Jaehyun membuka matanya dan mendapati sosok perempuan yang berbaring di sebelahnya. Hamparan sunrise membuat tubuh telanjang wanita di sampingnya semakin indah. Jaehyun tersenyum kecil, dia tidak menyangka Hana semenakjubkan itu. Kemana saja dia selama ini? Sosok sekretaris yang dia suruh ini-itu, ternyata sangat lembut, terasa pas saat berbaring di bawah kuasanya. Dengan selimut yang menutupi punggung telanjang Hana, Jaehyun merasakan percikan itu datang lagi.

Saat ini tubuh lembut itu terasa begitu rapuh. Jaehyun tentu saja tahu diri, dia tidak akan membuat tubuh itu lebih rapuh lagi karena kelelahan. Alhasil, Jaehyun membiarkan Hana untuk tidur lebih lama. Mereka masih mempunyai 6 hari untuk menikmati sunset dan sunrice di pulau pribadi yang Jaehyun dapat dari Harry--suami dari Felicity yang menjadi rekan bisnisnya.

Beranjak dari ranjangnya, Jaehyun duduk di teras sembari menikmati matahari yang mulai merangkak mengeluarkan rona jingga.

Setelah beberapa menit berdiam di luar, Jaehyun masuk kembali ke dalam kamar yang berhadapan langsung dengan view laut. Hana masih tidur. Mungkin dia kelelahan karena aktivitas mereka tadi malam.

Jaehyun sempat khawatir tubuh Hana tidak menerimanya, karena kenangan mereka sangat buruk. Tapi tadi malam, Hana terlihat mendamba. Jaehyun tidak menikmatinya seorang diri, karena Hana meresponnya dengan baik.

Depeluknya wanita itu, kemudian ditariknya mendekat ke dada Jaehyun. Rasanya lebih hangat, apalagi sinar mentari mulai menerpa ke tubuh telanjang dada mereka berdua.

"Heeemm ... Jaehyun-ssi." Hana menggeliat saat merasakan otot perut Jaehyun terlalu menekannya.

"Iya, kenapa?" Jaehyun melepaskan bahu Hana. "Terlalu erat?" tanyanya yang dibalas anggukkan oleh wanita itu.

"Perutku sakit," ujar Hana pelan.

Jaehyun langsung beranjak dari tempat tidurnya, "Kenapa? Apa efek operasi kemarin?"

"Tidak tahu, hanya seperti kram saja. Berikutnya jangan terlalu kasar, oke? Hati-hati, kata dokter boleh tapi jangan terlalu banyak guncangan."

Jaehyun meringis pelan, "Maaf, aku tidak melakukan itu dalam waktu yang sangat lama. Sakit sekali, Han?"

"Tidak terlalu. Nanti juga hilang."

"Aku akan menghubungi dokter. Tunggu sebentar." Jaehyun menyikap selimutnya. Tapi Hana melarangnya dengan mencegat tangan Jaehyun, "Tidak perlu Jae. Aku baik-baik saja."

"Kau yakin?"

Hana mengangguk mantap. Jaehyun menyandarkan kembali tubuhnya di kepala ranjang. "Tadi malam aku terlalu kasar Han?"

"Hei, tidak, sama sekali tidak. Mungkin efek rahimku yang baru dibersihkan, jadi belum terbiasa. Tadi malam tidak sakit."

"Kalau misalnya kau tidak suka bilang, oke? Jangan berpura-pura suka, padahal nyatanya tidak suka."

"Aku suka!" Hana menjawab terlampau cepat.

"Eh, maksudnya ...."

"Syukurlah kau suka." Jaehyun tersenyum hingga membuat rona merah kembali menjalar di pipi Hana.

"Iya, suka," jawab wanita itu.

"Aku juga suka. Tubuhmu lembut, dan aku suka responmu."

Hana menyerukkan wajahnya di dalam bantal, "Suami istri pembahasannya memang seperti ini Jae?"

"Kenapa memangnya?" tanya Jaehyun. "Malu?"

Hana mengangguk samar. Dia menggigit bibirnya, lalu menatap Jaehyun yang kini balas menatapnya.

"Aku hanya tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Bantu aku menjadi suami yang baik, Han. Aku juga penuh kekurangan."

"Kau baik."

Jaehyun menggeleng, "Tidak, kadang aku mengerikan," ujar Jaehyun pelan. Dia mengalihkan pandangannya ke arah laut. "Salah satu alasan Jennie selingkuh juga gara-gara tempramenku yang buruk."

"Aku percaya padamu," ujar Hana. Dia beranjak sedikit dari ranjang, "Dulu kau juga boss yang mengerikan Jae. Rasanya ingin resign saja, tapi saat tahu bahwa kapan lagi aku mendapatkan pekerjaan yang sebaik Louisa? Jadi aku diam di sana. Pernikahan juga seperti itu, misalnya nanti kita berdua melakukan kesalahan, kita berjuang dulu sama-sama, karena menikah tidak seperti pasangan yang bisa putus jika ada masalah."

Jaehyun mengangguk, "Aku akan belajar lebih baik. Aku tidak ingin mengulang kesalahan yang sama."

"Belajar mencintaiku, apa bisa Jae?" gumam Hana pelan. Tatapannya menyendu ke arah Jaehyun.

"Bantu aku, ya?" ujar Jaehyun pelan.

Hana yang mendengarnya tersenyum, "Hem. Kita usaha pelan-pelan."

***

          Selama 3 hari ini, Tiffany mengajak Jae Han berlibur di Bali. Mereka menghabiskan malam di salah satu resort di Ubud, setelah itu pergi ke Seminyak karena Jae Han bosan dengan suasana hutan. Anak itu bersikeras ingin bermain pasir di pantai.

Tiffany mendudukkan tubuhnya di salah satu tempat di mana dia bisa memantau Jae Han. Seharusnya hari ini mereka pulang karena Tiffany harus menghadiri undangan peluncuran brand baru salah satu sahabatnya. Tapi, Jae Han bersikeras tidak mau pulang. Bahkan anak itu berkata kalau dia tidak apa-apa sendirian di sini, Tiffany pulang saja. Jae Han bersikap seolah-olah dia sudah besar. Padahal nyatanya, berbicara saja masih tidak lancar.

"Tuan Muda, jangan lari-lari!" teriak Chenle sembari mengejar Jae Han yang berlari setelah berhasil melempar bola mengenai kepala Chenle.

Tiffany yang melihatnya bernafas lega, "Untung ada Chenle," gumamnya. Jika tidak, Tiffany lah yang menggantikan posisi laki-laki itu.

Chenle yang sudah berhasil menangkap Jae Han membopong anak itu, lalu berjalan ke arah Tiffany yang duduk santai sembari menikmati kelapa muda. "Nyonya, saya sudah tidak kuat lagi!" erangnya dengan nafas terengah-engah.

"Pulang ya Jae. Kita diam di dalam. Main pasirnya besok lagi."

Jae Han yang ada di gendongan Chenle menggeleng, "Tidak mau."

"Kasihan. Chenle Hyung lelah," pinta Tiffany lembut.

Jae Han tetap menggeleng, padahal matahari sudah mulai terbenam. "Tuan muda Haechan akan datang Nyonya?" tanya Chenle.

Jika Haechan datang tugas Chenle akan lebih ringan, mengingat Haechan adalah hyung kesayangan Jae Han.

"Anak itu sebentar lagi sampai. Dia terbang memakai pesawat komersial, jadi lumayan lama. Nanti kalian jangan sampai lengah mengawasi Jae Han. Aku tidak mau cucuku kenapa-napa."

Chenle mengangguk, "Berapa lama Tuan Jaehyun berbulan madu Nyonya?" tanya Chenle lagi.

"1 minggu. Untuk pertama kalinya dia cuti selama itu."

Wajah Chenle memerah. Jae Han yang mendengarnya mengerjit, "Berbulan madu itu apa Hyung?"

"Aaahhh bukan apa-apa," jawab Chenle, lalu segera menyingkir saat melihat Tiffany menerima telepon.

Dia meletakkan Jae Han di samping istana pasir yang mereka buat, lalu mengambil bola yang Jae Han lempar agar tidak dibawa air laut.

"Jae Han di sini ya, jangan lari-lari lagi."

Jae Han mengangguk, "Berbulanan madu itu apa?" tanyanya lagi.

Sepertinya Jae Han tidak akan berhenti sebelum mendapatkan jawabannya. Akhirnya mau tidak mau Chenle harus menjelaskan, "Jae Han ingat tidak beberapa hari yang lalu Appa-nya Jae Han menikah dengan Hana Noona? Otomatis sekarang mereka menjadi pasangan suami istri. Nah, setelah menjadi suami istri, mereka melakukan bulan madu. Bulan madu itu semacam ritual untuk pasangan. Mereka biasanya membuat keturunan saat bulan madu," jelas Chenle dengan bahasa yang sebisa mungkin tidak vulgar.

Jae Han membuka mulutnya sebentar lalu menutupnya kembali.

"Tidak mengerti, ya?" tanya Chenle.

Jae Han menggeleng.

"Tidak apa-apa nanti setelah dewasa pasti Jae Han akan mengerti."

Jae Han tidak bertanya lagi. Kini dia sudah sibuk dengan mainan mobil-mobilannya yang menabrak istana pasir yang Chenle buat.

"Chenle!" teriak Tiffany dari arah resort.

Chenle yang mendengarnya menyuruh Jae Han untuk diam, lalu menghampiri Tiffany. "Kenapa Nyonya?" tanyanya.

"Aku akan ke Korea sekarang. Haechan sudah di Ngurah Rai. Dan juga aku baru mendapat kabar kalau Jennie ada di Bali. Kau jangan biarkan mereka bertemu."

Chenle mengangguk paham, "Ada lagi Nyonya?"

"Itu Jae Han bopong dia ke dalam. Sudah petang, nanti dia sakit."

"Baik, Nyonya," ujar Chenle, lalu berlari ke arah Jae Han yang sudah berjalan ke arah air laut.

Anak itu tidak diawasi barang sedetik saja sudah aneh-aneh. Chenle kini tahu alasan kenapa Jaehyun memilih meninggalkan Jae Han di Korea.

"Kan sudah Hyung suruh untuk diam. Tuan Muda ini tidak bisa diam ya?" geram Chenle. Peluh menetes di dahinya karena kaget saat melihat Jae Han menyentuh air laut.

Kalau sampai anak itu kenapa-napa dia yang mati.

"Pantas tidak diajak bulan madu. Tidak bisa diam ternyata," ejek Chenle.

Jae Han yang mendengarnya hanya mengerjitkan alis, lalu memberontak ketika sadar dia akan dibawa masuk ke dalam resort.

Di hari-hari bulan madu Presdir Jung dan Hana yang indah, di sini ada Chenle yang kelelahan karena tiap hari mengurusi monster kecil keras kepala ini. Kini suara tangisan memenuhi pantai, dan kepala Chenle tambah sakit.

Sebenarnya part ini gak terlalu penting. Semoga gak bosen bacanya, konfliknya masih aku sembunyiin. Aku gak mau tabrakkan sama The Proposal. Di sana masih konflik soalnya, maki-maki di sana aja dulu. Ne Sajangnim ada gilirannya kok😂

Btw jangan lupa vote dan komen yang banyak biar aku semangat update❤

Oh ya, setelah salah satu ceritaku tamat, aku mau nulis cerita NCT lagi. Kalian mau aku nulis siapa? Niatnya nulis satu aja. Lebih enak ngambil di unit mana nih?

Sebutin orangnya di inline, ya :

1. NCT Dream

2. NCT 127

3. NCT U

4. WayV

Continue Reading

You'll Also Like

230 88 6
Jangan lupa Follow sebelum membaca yaa!! ⋆。‧˚ʚɞ˚‧。⋆ Keluarga Wrahaspati, keluarga yang dikenal terpandang karena seluruh ke...
1.7M 304K 122
☾ Ft. Lee Eunsang ヾ2O19 ☽ Suka sama orang yang udah punya pacar, salah gak sih? 𝘤𝘤 : 𝘴𝘬𝘢𝘵𝘦𝘩𝘰𝘰𝘯
867K 101K 62
[COMPLETED] "Let's stop seeing and texting each other... and if by chance we met in the street, let's pretend like we didn't know each other." Start...