00

127K 11.7K 1.8K
                                    

          Lolos dari ujian masuk perguruan tinggi itu sulit, tapi lebih sulit lagi menyusun skripsi sebagai syarat lulus kuliah. Hwang Hana kira perjuangan akan berakhir ketika menyelesaikan skiripsi dengan nilai A, dan lulus dari perguruan tinggi terbaik dengan IPK 3,8---nyaris sempurna. Tapi ternyata perjuangan hidup tidak hanya sampai pada tahap lulus kuliah. Hana harus berjuang mencari kerja di kota elit sekelas Seoul.

Satu tahun menganggur, membuat Hana pusing. Kurang apa sebenarnya Hana hingga tidak ada satupun perusahaan yang mau menerimanya? Penampilannya tidak terlalu buruk, wajah Hana putih bersih meski hanya memakai skin care 10.000 won. Otak Hana juga tidak kalah cerdas, dia bisa lulus tepat waktu meski kuliah sambil bekerja part time.

Setelah mengirim e-mail kesana-kemari, meletakkan map lamaran ke perusahan-perusahan besar, membuat Hana hampir menyerah karena dia selalu gagal di interview kedua. Sekarang Hana sudah tidak memikirkan cita-citanya sebagai pegawai kantor kelas elit. Bekerja sebagai apapun Hana tidak masalah, karena keuangannya semakin menipis. Bahkan untuk makan bulan depan saja Hana sudah bingung.

Kehidupan di Seoul keras, biaya sewa naik, biaya laundry, air, listrik, bahan makanan, semuanya serba mahal. Jika tahu jadinya seperti ini, Hana tidak akan mau merantau. Tapi mau bagaimana lagi, Hana sudah tidak mempunyai siapa-siapa lagi di kampung halamannya. Ayahnya sudah meninggal menyusul Ibunya yang tiada sejak Hana dilahirkan. Kini mau tidak mau, Hana harus melanjutkan hidup di Seoul.

Demi Tuhan, Hana bahkan tidak mempunyai rumah. Dia nyaris brangkut. Bulan depan Hana mati jika dia tidak kunjung mendapatkan pekerjaan.

"Bong Shim-ah ... Aku tahu nepotisme itu dilarang, tapi kalau seperti ini terus aku mati. Coba kau bujuk manajermu yang tampan itu, siapa tahu dia membutuhkan karyawan. Aku bekerja di bagian mana saja tidak masalah, yang penting aku bekerja."

Bong Shim---sahabat Hana meringis, "Hanya ada lowongan OG, Han. Kau mau?"

Hana mencebik, sambil melipat baju-baju Bong-Shim yang menggunung demi mendapatkan 6.500 won. "Aku sarjana, Bong-bong! Tega sekali kau."

"Tapi di kantorku tidak ada lowongan apapun selain OG."

Hana membenturkan kepalanya di meja. Kenapa nasibnya harus seperti ini? Dulu Hana yang sering memberikan contekkan ke Bong Shim, membantu gadis itu membuat skripsi, tapi yang mendapat pekerjaan malah Bong Shim, bukan Hana. Hidup memang tidak adil!

"Apa tidak ada pekerjaan lain? Bukannya aku pilih-pilih, tapi sayang ijazahku yang tidak dipakai. Kau tahu kan bagaimana perjuanganku agar lulus S1?"

Hana mengangguk, sedikit merasa kasihan, "Aku dengar-dengar ada lowongan sekretaris di kantor Hanbin. Tapi aku tidak yakin kau diterima, Han. Hanbin saja berjuang mati-matian bekerja di sana. Perusahaannya perusahaan internasional, terus yang membuka lowongan di bagian sekretaris Presdir. Minimal lulusan S2 yang bisa diterima di sana."

"Bukannya aku mau merendahanmu, tapi ayolah... Kau tahu sendiri kan, kalau perusahaan seperti itu lebih mengutamakan lulusan luar negeri, pakaian-pakaian pekerja wanita di sana ber-merk semua. Mainan mereka Gucci, Zara, LV, tidak ada yang membeli pakaian bekas seperti kita."

Nyali Hana semakin menciut, "Louisa Group?"

"Iya.... Gaji paling kecil di sana setara dengan 3 bulan gajiku. Hanbin saja bekerja 7 bulan sudah bisa mencicil mobil. Kau tahu, bahkan untuk OG mereka memakai pendidikkan standar S1. Kau cocok menjadi OG."

"Heol!"

"Nanti aku tanya ke Hanbin, siapa tahu masih ada lowongan."

Hana mendengus, agak tidak yakin kalau dia akan diterima. "Aku pesimis, Bong-Bong!"

Ne, SAJANGNIM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang