14

57.6K 9.6K 1.9K
                                    

           “Presdir Jung!!!” Sapa Ajumma Lee saat Jung Jaehyun masuk ke gedung miliknya. Perempuan paruh baya itu berbondong-bondong menghampiri Jaehyun sambil mengibaskan rambut kritingnya dengan gerakkan slow motion. “Anda sudah sampai rupanya. Kita minum dulu atau bagaimana?”

Jaehyun hanya menatapnya sekilas. Pria itu berjalan dengan cepat sambil menanyakan di mana tempat tinggal Hana.

Aduhh … sudah dandan cantik-cantik, tidak dilirik juga.’ Ajumma Lee menggumam kecil, lalu tersenyum seolah menguatkan dirinya. Tidak apa-apa masih ada kesempatan, pikirnya.

“Hana tinggal di lantai tiga. Anda jangan khawatir, setiap pagi saya selalu memasakkan Hana makanan 4 sehat 5 sempurna. Kalau dia tidak mau makan, saya mengancamnya seperti yang anda perintahkan.” Ajumma Lee yang terkenal galak dan otoriter kini bagai kacung yang mengikuti langkah panjang Presdir Jung. “Oh, ya bagaimana kalau sebelum menjemput Hana, anda mampir dulu ke kamar saya yang ada di lantai atas. Kebetulan saya baru memasak sup rumput laut.”

Sekali lagi Jaehyun hanya menatapnya sekilas, “Apa kondisi psikologis Hana baik-baik saja?”

“Oh! Tentu saja baik. Tidak ada alasan kondisi psikologis Hana memburuk. Orang saya tidak pernah membentaknya. Kamar punya Hana juga kamar terbaik di gedung ini. Bagaimana Presdir? Mau kan? Jarang-jarang saya mengajak pria ke kamar.”

“Sepertinya kau menjalankan tugasmu dengan baik,” ujar Jaehyun, lalu membuka dompetnya. “Aku tidak membawa uang tunai. Cek bisa?”

Wajah Ajumma Lee bersinar. Dengan cepat perempuan paruh baya itu mengangguk.

“Nanti kalau Hana tidak mau ikut denganku, kau awasi dia.” Jaehyun menyerahkan cek yang dengan nominal 10 juta won.

Ajumma Lee menerimanya dengan kepala pusing. Dia hanya perlu menjaga Hana selama 1 minggu dan lihat sekarang? OMG! Jika Hana lebih lama tinggal di sini, bisa kaya dia.

“Sepertinya anda tidak mau ikut ke kamar saya untuk minum kopi atau sekedar sarapan? Tapi tidak apa-apa Presdir. Mungkin lain kali?” ujar Ajumma Lee.

Lagi-lagi Presdir Jung mengabaikan tawarannya. Pria itu langsung menaiki tangga sampai di lantai tiga, lalu menatap 5 pintu yang ada di sana. “Yang mana punya Hana?”

“Ahhh … yang paling kanan.”

Jaehyun lalu berhenti di pintu tersebut. Ia mengkode Ajumma Lee untuk pergi, tapi wanita itu malah semakin mempepet ke arahnya, “Mau saya ketukkan pintunya?”

“Sebaiknya kau pergi saja.” Jaehyun berusaha bersikap selembut mungkin. Orang di sampingnya ini orang tua, pikirnya.

“Tidak apa-apa. Saya bisa menemani Presdir di dalam.”

“Tidak perlu. Angkat kakimu dari sini.”

Ya Tuhan galak sekali’ Ajumma Lee gemas. Di matanya pria semakin galak semakin mempesona.

Dengan cepat Ajumma Lee menggeser tubuhnya. “Kalau begitu semoga beruntung Presdir. Kalau Hana masih marah-marah, cukup cium saja biar diam.” Ajumma Lee mengibas rambutnya sekali lagi, “Hubungi saja jika ada tugas lain … dan Oh ya, kalau kalian melakukan itu, harap jangan berisik. Dindingnya tidak kedap suara,” ujar Ajumma Lee lalu dengan pergi sambil mencium cek yang Jaehyun berikan.

Jaehyun yang melihatnya merinding. Ada-ada saja ibu-ibu zaman sekarang.

Tidak ingin menunda waktu lebih lama, Jaehyun mengetuk pintu unit milik Hana. Ia menunggu beberapa menit, tapi tidak kunjung ada jawaban. Sepertinya tidak ada orang di dalam.

Ne, SAJANGNIM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang