05

52.4K 9.8K 1.7K
                                    

          "Maafkan Tuan Jaehyun, Nona. Anda pasti kaget karena perintahnya," ujar pelayan tua yang membantu Hana menyiapkan makanan untuk Jae Han.

Jujur, Hana memang masih tidak terbiasa dengan sikap Jaehyun yang bossy, dan terkesan tidak menghargai orang lain. Tapi Hana mencoba untuk mengerti, kepribadian setiap orang berbeda, Hana mencoba untuk tidak menghakimi, apalagi memberikan orang itu nasehat. Siapa Hana yang berhak menasehati orang lain? Meskipun nasehatnya mungkin benar, tapi tindakan itu tidak sopan. Di Korea, orang-orang tidak menasehati orang asing yang bukan keluarganya. Karena tidak semua dari mereka suka dinasehati, ada orang yang akan merasa risih dan terganggu. Lagipula apa yang benar menurut kita, belum tentu benar di mata orang lain. Hana mencoba untuk tidak ikut campur terlalu jauh, tindakannya yang tadi saja sudah terbilang nekat.

"Tuan Jaehyun sebenarnya baik, Nona. Beliau memiliki feeling yang kuat, beliau tahu pelayan-pelayan yang tadi tidak menyukainya, maka dari itu beliau memecat mereka."

Dahi Hana mengkerut, "Ahjumma sudah lama bekerja di sini?"

"Sekitar 30 tahun," ujarnya sembari menyiapkan jus untuk Tuannya.

"Saat masih kecil Tuan sangat ramah, beliau selalu berbicara dengan orang-orang kecil seperti kami. Tapi karena tuntutan pekerjaan dan segala kejadian buruk yang menimpa keluarganya, beliau menjadi seperti sekarang."

"Aku takut dipecat..." seru Hana.

Pelayan bernama Byeon itu tersenyum, "Cara mendekatkan diri dengan Tuan Jaehyun sebenarnya cukup mudah. Beliau akan penuh kasih dengan orang yang tulus. Beliau tahu bagaimana cara memperlakukan orang yang bekerja untuknya dengan sepenuh hati, tanpa niatan lain." Byeon mendekatkan diri ke Hana, lalu berbisik, "Sekretarisnya yang lain dipecat karena suka berbicara buruk tentang Tuan, jadi hati-hati ketika berbicara. Telinga Tuan di mana-mana."

"Jadi bukan karena lipstik atau parfum?" tanya Hana mulai antusias.

Byeon terkekeh, "Itu salah satunya."

Bahu Hana kembali merosot. Parfum apa yang harus ia pakai untuk besok. Jelas, Hana tidak mempunyai uang untuk membeli sesuatu yang mahal, sesuai dengan selera Tuannya.

"Ahjumma... Apa Ahjumma memakai parfum?" Hana mendekatkan hidungnya mencium bau pelayan Jaehyun. Wangi tubuhnya sangat enak.

"Ah iya... Saya memakai Chanel no 5, wangi vintage classic yang dihasilkan oleh parfum tersebut cocok untuk orang tua seperti saya."

Hana mengaga, "Gaji pelayan di sini pasti sangat banyak."

"Bukan seperti itu, Nona. Tuan Jaehyun membelinya untuk kami saat beliau liburan di Paris. Setiap pelayan mendapat parfum sedangkan security mendapatkan jam tangan. Tuan memang royal," aku Byeon.

Hana mangut-mangut. Ia tercenung beberapa saat. Jika pelayan saja memakai Chanel, sekretaris harus memakai apa?

"Sepertinya buburnya sudah jadi. Nona bisa mengantarkannya ke ruang makan," ujar pelayan tua tersebut.

Hana menganngguk, "Terima kasih, Ahjumma. Senang berbicara dengan anda."

Pelayan itu hanya membungkuk. Tubuhnya yang tampak renta dengan balutan setelan pelayan segera menjauh dari pandangan Hana.

***

           Dengan hati-hati, Hana meletakkan bubur beras merah yang dimasak dengan kaldu  kuah abalone yang langsung didatangkan dari laut pulau Jeju. Hana juga mencampur bubur tersebut dengan berbagai macam jenis sayuran yang baik untuk kesehatan dan perasan jeruk nipis sebagai penggurih. Setelah matang, Hana menambah taburan ikan tuna dan udang yang sudah dibumbi. Kata Byeon, Tuan muda sangat menyukai ikan laut.

Ne, SAJANGNIM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang