07

53K 9.8K 1.7K
                                    

Private jet berlogo LOUISA sudah menunggu mereka di sebuah bandara kecil yang Hana duga milik Jung Jaehyun. Hana tidak melihat orang lain di tempat ini, hanya ada beberapa petugas yang membawakan koper untuk mereka, dan laki-laki berjas yang tampak mengobrol dengan Jaehyun. Suasananya juga sangat nyaman, jauh dari kebisingan. 90% kemungkinan memang benar bandara ini milik Jaehyun.

Hana merusaha menyesuaikan diri, karena ini pertama kalinya ia menaiki jet. Sebelumnya Hana bahkan belum pernah naik pesawat. Tak heran sejak semalam ia sudah grogi.

Jae Han dan Jaehyun sudah masuk mendahului Hana, sedangkan ia sendiri mengikutinya dari belakang. Beberapa pramugari membungkuk ke arah mereka, kemudian melayani mereka dengan ramah. Jae Han sama sekali tidak canggung, dia bahkan langsung berjalan ke arah bed yang terletak di ujung. Anak itu sepertinya sudah terbiasa dengan kemewahan. Hana sedikit iri, tidak banyak orang yang terlahir dengan sendok emas di tangannya.

“Kau terlihat tegang.” Jaehyun duduk di sebuah kursi, sedangkan Hana mengikutinya dengan duduk di depan Jaehyun.

“Ini pertama kalinya saya naik pesawat.”

“Sebelumnya tidak pernah?” Jaehyun menuangkan minuman untuk Hana karena sedari tadi Hana kelihatan gelisah.

“Ah, ye, kamsahamnida. Belum, Sajangnim, saya belum pernah …”

Jae Han yang mendengarnya langsung berlari menghampiri Hana, “Noona serius tidak pernah naik pesawat? Kenapa? Jae Han setiap minggu ikut Halmeoni ke Jepang.” Dia pun duduk di pangkuan Jaehyun.

'Iya, Jae. Keluargamu memang kelebihan uang' Ingin rasanya Hana mengatakan itu, tapi Hana ingat kalau dia belum genap sebulan bekerja di Louisa.

“Noona tidak pernah ke luar negeri.”

Kedua orang itu menatapnya heran. Terutama Jae Han yang langsung mengatupkan bibirnya, “Appa … Nanti kalau kita berlibur ke luar negeri, kita ajak Hana Noona. Kasihan.”

Jaehyun hanya mengusap rambut Jae Han. Hana yang mendengarnya meringis. Terlihat sekali kalau dia miskin.

“Nanti kau akan sering ke luar negeri. Minggu depan kita ke China untuk meeting dengan Nick Young.”

Hana mengangguk, “Ne, Sajangnim.” Kemudian Hana memasang seatbelt-nya, karena pilot sudah menginfokan kalau penerbangan akan segera dilakukan. Dan seperti yang Hana duga, ia tidak bisa memasang seatbelt dengan benar.

Melihat hal itu, Jaehyun berdiri membantu Hana. Pria itu memegang pinggang Hana, sedangkan tubuhnya sedikit menunduk, mendekat ke arah Hana. Meski tidak sampai menempel, jarak mereka cukup dekat, sampai-sampai parfum Jaehyun dan wangi tubuhnya tercium jelas oleh hidung Hana. Wangi pria itu wangi kelas atas. Tidak meyengat, dan terasa menyegarkan.

“Jangan terlalu tegang.”

“Ahh, maaf.” Hana baru bisa bernapas saat Jaehyun menjauh.

Korea-Singapore membutuhkan waktu sekitar 6 jam. Hana menikmati waktunya dengan duduk sambil memandangi awan. Pramugari menyiapkan jamuan makanan untuk mereka, dan Hana benar-benar menikmatinya. Ternyata bekerja di Louisa ada suka dan dukanya.

Meskipun Hana sering kelelahan, tapi matanya selalu dimanjakan oleh kemewahan dari Jaehyun. Bahkan sering kali bosnya itu mengajak Hana makan siang di restoran setelah mereka meeting. Ditambah beberapa hari ini Jaehyun lebih jarang mengomel, Hana merasa semakin panjang umur. Dulu di hari-hari pertama, setiap hari Hana merasa umurnya berkurang beberapa jam, karena tekenan kerja yang mengerikan. Mungkin karena sudah terbiasa, Jaehyun sedikit melunak padanya.

Ne, SAJANGNIM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang