01

63K 10.3K 3.5K
                                    

          Musim dingin tahun ini menjadi musim dingin paling ekstream di Korea. Orang-orang lebih memilih untuk tinggal di rumah, karena hujan badai terjadi setiap saat. Salju-salju tebal menutupi jalanan, hingga sebagian besar jalanan besar di Seoul terpaksa ditutup.

Bagi mereka yang memiliki banyak uang, mungkin salju bukanlah masalah. Mereka akan tetap hangat karena memiliki pakaian dengan bahan kualitas tinggi yang menciptakan hawa hangat bagi si pemakai. Tapi bagi Hana, badai salju adalah neraka. Ia harus memikirkan berapa banyak won yang harus ia keluarkan untuk membeli briket batu bara yang semakin hari semakin mahal. Pakaian musim dingin Hana pun sederhana, ia hanya mempunyai mantel berbulu yang tidak begitu tebal dan sepatu boots cekelat yang sudah ketinggalan zaman. Bahkan untuk syalpun Hana merajutnya sendiri, hitung-hitung menghemat pengeluaran.

Dua bulan ini Hana hidup dengan serba hemat. Ia bahkan tidak memikirkan skincare, kosmetik atau apapun itu. Hana bekerja serabutan siang dan malam, dengan wajah yang tidak dipolesi apapun. Masa bodoh dengan pegawai kantor, sekarang Hana menjadi pengantar ayam di salah satu restoran cukup terkenal di pusat kota. Ia bekerja dari jam 10 pagi hingga jam 11 malam, dan pagi harinya Hana menjadi pengantar koran dan susu.

Seharusnya sarjana tidak berkerja paruh waktu seperti ini. Hana mengumpati Presdir Jung dari Louisa Group yang sudah membuat hidupnya semakin susah. Bagaimana bisa seorang Presdir dengan pendidikan tinggi, menyeret Hana keluar dari ruangannya dengan tak beradab.

Pria itu tidak memperdulikan anaknya yang menangis keras meminta Hana untuk membawanya pergi dari hadapan Ayahnya. Selama Hana hidup, baru pertama kali Hana melihat pria sekasar Jung Jaehyun. Pria itu menjauhkan anaknya dari Hana, dan memandang Hana layaknya kuman yang akan menularkan penyakit untuk anaknya.

Mengingat Jaehyun membuat mood Hana semakin buruk. Percuma tampan, tapi sombong. Jika pria itu bangkrut, Hana yang akan tertawa paling keras.

"Kalian tahu Presdir Jung dari Louisa? Heol! Dia tampan."

"Orang itu bertambah kaya setiap tahunnya, nilai sahamnya yang sekarang mencapai milyaran won. Wanita itu gila meninggalkan pria sekaya Jung Jaehyun."

"Jika aku menjadi istrinya, aku akan mengabdikan seluruh hidupku untuk dia seorang. Aku dengar-dengar istrinya selingkuh."

Hana yang sedang mengelap meja menajamkan telinganya. Gosip tentang Presdir Jung memang sedang hangat diperbincangkan sejak pria itu mengekspos wajahnya di sebuah majalah bisnis terkemuka di Korea.

"Mungkin Jaehyun terlalu sibuk. Aku dengar dia gila kerja."

Tiga orang yang ada di meja sebelah mengangguk serentak, lalu bercerita lagi. "Aku punya teman, dan anak teman dari temannya, temanku itu pernah menjadi sekretaris Jaehyun. Katanya Jaehyun perfeksionis, suka seenaknya dan kepribadiannya juga menyebalkan. Ya, seperti chaebol pada umumnya. Mereka bebas melakukan apapun karena mereka kaya."

Pria itu berdehem, "Jadi, dia hanya bertahan 2 bulan menjadi sekretaris Presdir. Katanya setiap hari, sepulang kerja dia menangis karena tertekan."

"Wah... Kepribadiannya terselamatkan oleh wajahnya yang tampan." Wanita paling pojok menanggapi.

"Hem, orang tampan cenderung bebas melakukan apapun yang mereka inginkan."

Hana yang mendengar percakapan tiga orang itu mendesah pasrah. Jadi benar gosip yang sering ia dengar, Jaehyun bukan orang yang baik. Tapi di satu sisi Hana sedikit kasihan dengan Jae Han, anak itu menjadi korban broken home di usia yang masih belia.

Tangisan Jae Han masih menggema di telinga Hana. Semoga anak itu dirawat dengan baik oleh Ayahnya, hanya itu harapan Hana.

***

Ne, SAJANGNIM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang