JUNI

By vanillahimalayacat

593K 28.6K 1.4K

[WARNING] [Harap bijak membaca cerita ini. Terima kasih.] Juni adalah seorang perempuan biasa yang tidak jauh... More

= PROLOG =
= SATU =
= DUA =
= TIGA =
= EMPAT =
= LIMA =
= ENAM =
= TUJUH =
= DELAPAN =
= SEMBILAN =
= SEPULUH =
= SEBELAS =
= DUA BELAS =
= TIGA BELAS =
= EMPAT BELAS =
= LIMA BELAS=
= ENAM BELAS =
= TUJUH BELAS =
= DELAPAN BELAS =
= SEMBILAN BELAS =
= DUA PULUH =
= DUA PULUH SATU =
= DUA PULUH DUA =
= DUA PULUH TIGA =
= DUA PULUH EMPAT =
= DUA PULUH LIMA =
~ ANNOUNCEMENT ~
= DUA PULUH ENAM =
= DUA PULUH TUJUH =
= DUA PULUH DELAPAN =
= DUA PULUH SEMBILAN =
= TIGA PULUH =
= TIGA PULUH SATU =
= TIGA PULUH DUA =
= TIGA PULUH TIGA =
= TIGA PULUH EMPAT =
= TIGA PULUH LIMA =
= TIGA PULUH ENAM =
= TIGA PULUH TUJUH =
= TIGA PULUH DELAPAN =
= TIGA PULUH SEMBILAN =
= EMPAT PULUH =
BUKAN UPDATE SIH, TAPI SEKILAS INFO AJA
= EMPAT PULUH SATU =
= EMPAT PULUH DUA =
= EMPAT PULUH TIGA =
= EMPAT PULUH EMPAT =
= EMPAT PULUH LIMA =
= EMPAT PULUH ENAM =
= EMPAT PULUH DELAPAN =
= EMPAT PULUH SEMBILAN =
= LIMA PULUH =
= LIMA PULUH SATU =
= LIMA PULUH DUA =
= LIMA PULUH TIGA =
= LIMA PULUH EMPAT =
= LIMA PULUH LIMA =
= LIMA PULUH ENAM =
= LIMA PULUH TUJUH =
= LIMA PULUH DELAPAN =
LIMA PULUH SEMBILAN
= EPILOG =

= EMPAT PULUH TUJUH =

7.8K 471 23
By vanillahimalayacat

— Planning Honeymoon... Or Babymoon? —

***

Mira menghirup udara banyak-banyak sebelum memasuki ruang dosen pembimbingnya. Termasuk jajaran guru besar di fakultas FISIP, membuat nyali Mira menciut untuk menemui sang dosen. Belum ada banyak revisi yang ia ubah untuk bahan skripsinya. Tapi, ia udah terlanjur di sini. Ia nggak bisa pulang ke kos dan melanjutkan galaunya. Ia sedang terancam nggak bakalan dikasih bimbingan skripsi lagi oleh Pak Joko apabila tidak hadir sekarang juga.

"Huuuh.... rileks, Mir. Rileks..." Gumamnya.

Sambil berdoa dalam hati, perlahan tangan Mira mengetuk sekilas pintu ruangan bertuliskan 'wakil kepala departemen' tersebut. Ada sahutan 'masuk' dari dalam. Membuat kinerja jantung Mira semakin cepat.

"P-Permisi, Pak Joko..." Ucap Mira lirih.

"Oh, Miranda. Sini, sini, masuk. Sini duduk." Ucap laki-laki paruh baya dengan kacamata bundar di pangkal hidungnya.

Mira salah jika mengira yang berada di ruangan tersebut cuma ada Pak Joko. Nyatanya di depan  Pak Joko, terdapat sosok laki-laki tegap yang sedang duduk membelakanginya. Karena tak mau ambil pusing untuk memikirkan siapa cowok itu, Mira akhirnya mengikuti perintah dosennya untuk duduk di kursi kosong samping laki-laki tadi. Wajah cowok itu kurang begitu jelas karena saat ini sedang membungkuk sekilas sambil memainkan ponsel. Nggak sopan, pikir Mira.

"Nah, Miranda. Jadi, gimana progres skripsi kamu? Revisi sebelumnya udah kamu perbaiki?" Tanya Pak Joko.

"Em, itu... anu... Pak..." Mira gugup saat ini. "Sebelumnya... saya ingin meminta maaf sama Pak Joko, karena sejujurnya revisi tersebut masih saya kerjakan sedikit, Pak. Belum ada perubahan signifikan. Dan data-datanya juga masih belum saya tambah banyak." Di bawah meja, Mira meremas kuat lututnya karena gugup dan merasa bersalah.

"Haduh, Miranda, Miranda." Pak Joko geleng-geleng kepala sekilas sambil melepas kacamata. "Kamu ini bagaimana sih? Niat lulus tepat waktu nggak?" Tanya Pak Joko.

"Ya tentu saya ingin lulus tepat waktu, Pak." Ucap Mira sambil menunduk.

"Ya kalau kamu niat mau lulus tepat waktu, ya selagi ada waktu, dikerjakan dong revisinya. Ambil berapa mata kuliah semester ini?" Tanya Pak Joko.

"Saya sekarang ambil 4 mata kuliah, Pak."

"Berapa sks*?" Tanya dosennya lagi.

"15 sks itu totalnya sekalian skripsi, Pak."

"Wong ya cuma 15 sks aja gitu lho." Terdengar Pak Joko menghela napas. "Udah, mulai sekarang harus lebih rajin ya. Kudu utun!"* Ucap Pak Joko.

"U-utun...?" Mira tampak kebingungan dengan maksud dosennya.

Sementara pria yang duduk di sebelah Mira terdengar seperti sedang menahan tawa. Ingin Mira menoleh dan mendelik pada pria itu, tapi Mira urungkan. Kalau sesama mahasiswa sih, selepas dari ruangan Pak Joko bisa ia habisin. Tapi kalau ternyata orang itu tamu Pak Joko, ya... alamat auto nggak dapat ACC dari Pak Joko untuk ujian skripsi.

"Ya utun itu artinya kamu harus lebih rajin, lebih berusaha gitu lho." Jelas Pak Joko.

Mira hanya mengiyakan sambil menyengir. Baginya, baru kali ini dia mendengar istilah 'utun'.

"Oh iya, Miranda. Ini sebenarnya saya ada kabar yang bikin kamu mungkin kaget ya, tapi," Pak Joko menjeda ucapannya, "mungkin dalam tiga bulan ke depan, saya sepertinya nggak bisa bimbing kamu sama temen-temen yang lain." Lanjut Pak Joko.

Mira langsung mengernyitkan dahinya. "Maksud Bapak itu gimana ya?"

"Begini, saya sebenarnya sedang ada proyek penelitian yang bekerja sama dengan salah satu dosen Public Administration UC Berkeley. Kebetulan proyek kolaborasi saya ini lolos dan dapat pendanaan dari pemerintah Amerika Serikat. Tetapi, selama turun lapangan untuk penelitian ini, saya harus berada di California selama tiga bulan full. Karena risetnya juga di sana. Makanya, saya bilang saya nggak bisa bimbing kamu sampai tiga bulan ke depan." Jelas dosen tersebut.

"T-terus gimana dengan skripsi saya dong, Pak?" Mira tampak gelisah mendengar penjelasan dosennya tadi.

"Nah, begini. Saya sudah bikin rencana agar kamu dan teman-teman lain masih bisa bimbingan. Yaitu, kamu dan lainnya nanti bisa bimbingan sementara dengan dosen baru kita. Kebetulan dia mulai masuk dan mengajar pas sehari sebelum saya berangkat ke Amerika minggu depan ini."

"Dosen baru, Pak?"

"Iya. Ini dosen barunya yang duduk di sebelah kamu. Ayo, salaman dan kenalan dulu."

Menuruti ucapan Pak Joko, Mira lantas memutar tubuh dan melihat ke arah laki-laki tadi. Matanya langsung mendelik lebar dan kaget saat tahu siapa laki-laki yang dimaksud oleh Pak Joko.

"Nah, Miranda. Kenalkan, ini namanya Revando. Meskipun masih muda gini, tapi Revando udah lulus S3 lho. Dia dulu salah satu anak bimbing saya yang jenius." Pak Joko berucap bangga.

Kalau bisa dideskripsikan, mungkin rasa syok dan ketidakpercayaan adalah dua rasa yang saat ini sedang dirasakan oleh Mira. Ya bagaimana ia bisa percaya kalau ternyata dosen baru yang dimaksudkan adalah si Revan, cowok yang beberapa hari lalu yang nggak sengaja tempatnya Mira datangi karena ia pingsan.

"Halo, Miranda." Sapa cowok itu sambil tersenyum. Atau mungkin senyum yang dipadu pandangan mengejek.

***

Akmal membuka pintu kamar dan ikut bergabung dengan Juni di ruang tengah. Laki-laki itu lantas mengambil posisi duduk tepat di samping Juni. Kali ini Akmal menemani Juni yang sedang menonton salah satu serial televisi di HBO.

"Tumben nggak maratonan drama Korea lagi?" Tanya Akmal.

Juni menggeleng. "Lagi nggak ada drama Korea yang bagus. Makanya nonton serialnya HBO aja." Ucap Juni.

"Ooh..."

Akmal tidak lagi bertanya. Ia melihat Juni seperti sedang serius menatap layar televisi di depan sana. Takut mengganggu, ya mending Akmal menyandarkan punggungnya ke sofa sambil menikmati Tortila yang ada di toples. Ia berniat untuk gabung dengan Juni dan menikmati tontonan tersebut bersama. Yaa... sekaligus berusaha mendekatkan diri dengan Juni sih.

Dan baru ada sekitar lima menit Akmal bergabung, Juni mengangkat remot dan mematikan televisi. Akmal mengerjap heran. Ia lalu menatap istrinya. Terlihat Juni sedang menghela napas.

"Kenapa dimatiin? Aku kan baru mau ikutan lihat."

"Alur ceritanya datar. Nggak seru kayak drama Korea." Tutur Juni.

"Hm. Stok drama Korea kamu kosong ya?" Tanya Akmal.

Juni mengangguk. Ia pun ikut menyandarkan tubuhnya pada sofa. Ia terdiam sambil sesekali melirik Akmal yang masih asyik dengan Tortilanya.

Sebenarnya, Juni ingin membahas mengenai masalah antara dirinya, Akmal dan Mira. Juni merasa Akmal mungkin kelewat sangat santai menghadapi masalah serius ini. Terlebih, mungkin sudah ada 3 harian ini Akmal tidak kembali murung seperti beberapa hari yang lalu. Aura gloomy yang biasanya Akmal bawa, kini tidak tampak. Ia jadi penasaran.

"Aku... sebenarnya penasaran..." Ucap Juni memecah keheningan.

"Penasaran soal apa?" Akmal menatapnya.

Juni menautkan jari-jarinya. "Soal kamu dan Mira."

Akmal nggak lagi bertanya. Toples isi Tortila ia taruh kembali di meja. Kembali, ia menatap Juni. Menunggu ucapan selanjutnya yang keluar dari bibir istrinya.

"Apa kamu dan Mira udah baikan? Apa... kamu udah jelasin semuanya ke Mira?" Tanya Juni hati-hati.

Akmal tidak segera menjawab. Lelaki itu justru memposisikan diri duduk menghadap istrinya. Kakinya ia silangkan di atas sofa. Membuat Juni pada akhirnya ikut menoleh dan merasa gugup karena menunggu jawaban suaminya.

"Itu aja yang ingin kamu tahu?" Akhirnya, Akmal membuka suara.

"Hmm." Juni mengangguk.

Akmal menganggukkan kepala paham. Sangat wajar kalau Juni ingin sekali tahu bagaimana keadaan hubungan Akmal dan Mira saat ini. Tapi, nggak tahu kenapa, Akmal sepertinya sedang tidak ingin membahasnya. Ia hanya ingin menemani Juni dan duduk bersama istri mungilnya.

"Udah yuk, kita jangan bahas Mira dulu. Urusan Mira kamu serahkan aja ke aku. Daripada itu, em..." Akmal menjeda ucapannya. Tak lama kemudian, ia menyambung kalimat lanjutan, "gimana kalo kita liburan ke luar kota?" Tawar Akmal

"Kok liburan ke luar kota?" Juni menatapnya bingung. Ini kenapa Akmal mendadak jadi bahas masalah liburan ke luar kota ya?

"Karena sebenernya aku penat juga mikirin Mira. Kayaknya butuh refreshing sekalian buat mikir solusinya sih." Bohong Akmal. Sebenarnya, ia hanya ingin menghindari pembahasan topik mengenai masalahnya dengan Mira.

"T-tapi kan..."

"Lagian selama kita nikah, kita belum pernah liburan kan? Kalau ke luar kota kayaknya nggak buruk juga. Lagian, kamu nggak bosen di sini aja?"

Ditanya seperti itu oleh Akmal membuat Juni berpikir sejenak. Sebenarnya, ia juga merasa jenuh juga sih selama ini ada aja masalah di depannya. Mungkin ada benarnya juga kata Akmal. Sesekali liburan dan traveling mungkin bisa mengurangi beban pikiran. Dan sebenarnya, dia juga bosan sih karena sehari-hari cuma di rumah aja.

"Yaa... bosen sih. Bosen banget malahan." Jujur Juni.

"Nah makanya kita liburan yuk. Biar nggak suntuk juga." Akmal mengulas senyum.

"Harus keluar kota banget?" Tanya Juni.

Akmal mengerjap. "Eh, kamu keberatan ya? Yaudah kalo kamu keberatan keluar kota, di sekitaran Surabaya juga nggak papa sih."

Juni menggeleng. "Nggak. Bukannya keberatan sih. Cuma... tumben aja gitu kamu ngajak aku liburan keluar kota. Emang mau kemana sih?" Tanya Juni.

"Bali gimana? Kebetulan kita kan pernah dapet paket liburan dari saudara aku buat liburan 3 hari 2 malam. Masih berlaku juga." Aku Akmal. "Jadi gimana?"

Juni terdiam sejenak. Ia memikirkan tawaran Akmal. Dan sepertinya nggak ada salahnya juga. Toh hitung-hitung dapat menjadi kenangan bagi Juni dan Akmal nanti. Setidaknya, Juni nggak ingin ada penyesalan lagi saat ia mulai menjalankan rencananya kelak.

"Okay. Nggak papa sih kita liburan ke luar kota. Tapi, jangan Bali ya. Aku sebenernya pengen ke tempat lain selain Bali." Pinta Juni.

Akmal mengerjapkan mata. "Ke mana?"

"Kota Batu, gimana? Tapi... kita naik kereta ya?" Ada pancaran penuh harap pada kedua mata Juni.

Senyum Akmal melebar. Ia lantas mengusap puncak kepala Juni. "Okay, nggak papa kita ke Batu. Disana juga nggak buruk. Lokasinya masih di sekitaran dataran tinggi, udaranya pasti masih sejuk. Bagus juga buat kandungan kamu. Habis ini aku bakalan reservasi kereta ke Malang. Nanti kalau sampai sana, kita bisa sewa mobil untuk ke Batu. Kebetulan juga Om Firman punya salah satu vila kosong di sana. Kita bisa tempatin vila itu 3 hari 2 malam." Jelas Akmal dengan mimik muka girang, penuh kebahagiaan.

Juni menggeleng-geleng maklum. "Kamu kok seneng banget sih kayaknya sama liburan kita ini?" Jujur, Juni penasaran.

"Iya dong. Yaa... anggap aja kita sedang honeymoon gitu. Toh juga selama ini kita belum pernah honeymoon kan."

Pipi Juni memerah mendengar kata honeymoon. Astaga, jadi Akmal menganggap liburan mereka itu honeymoon? Padahal yang namanya honeymoon itu kan...

"Oh, atau mungkin kita bisa menganggapnya sebagai babymoon, maybe?" Cengir Akmal.

***

*sks (sistem kredit semester) : salah satu sistem yg diterapkan di perguruan tinggi. Biasanya sks ini digunain buat ukuran besar beban studi mahasiswa, ukuran besarnya pengakuan atas keberhasilan usaha belajar mahasiswa, ukuran besarnya usaha belajar yg harus ditempuh mahasiswa dalam menyelesaikan studi pada program dalam semester yg disediakan. Yaah intinya semacam kayak target yang harus bisa dipenuhi mahasiswa gitu lah. Yg udah kuliah jelas paham, yang mau kuliah ya silakan jelajah2 google ya biar paham 😂

*utun: rajin, lebih berusaha (kata dosenku sih 😂)

Eh eh... ada yg mau ngajak babymoon Juni nih. Kira-kira bakalan seru nggak ya? Ditunggu aja yaa next partnya 😉









⚠️⚠️⚠️Spoiler alert⚠️⚠️⚠️

Awas buat beberapa chapter depan mungkin akan menyebabkan beberapa pembaca dan authornya sendiri baper 😂😂😂

Continue Reading

You'll Also Like

5.8M 337K 17
"Ayang pelukkk" "Yang kenceng meluknya" "Ayang mau makannn" "Ayangg ciummm" "Ayanggg ikutt" "Ayanggggg" Pertamanya sok-sok an nolak.. Ujung-ujun...
8.4M 1M 48
"𝙷𝚞𝚓𝚊𝚗 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚝𝚞𝚛𝚞𝚗." -𝓐𝓶𝓮𝔂𝓼𝓲𝓪𝓪, 01.00 ••• "Kematian yang mencintai kehidupan." - 01.00 ...
7.2M 660K 76
Dia Kayla Lavanya Ainsley, sosok gadis remaja berusia 18 tahun yang harus terpaksa menikah dengan Rakadenza Zayn Haiden sang saudara tiri akibat wasi...
29.2M 2.5M 70
Heaven Higher Favian. Namanya berartikan surga, tampangnya juga sangat surgawi. Tapi sial, kelakuannya tak mencerminkan sebagai penghuni surga. Cowo...