Diabolus

Dillaft

576K 86.6K 19.6K

(Mengandung adegan kekerasan dan kata-kata kasar) Bona, gadis keturunan campuran manusia-iblis yang seratus t... Еще

Prolog
One: I am Diabolus
Two: Blood
Three: History Of Diabolus
Four: Akennaton
Five: Right hand
Seven: Good bye, Papa
Eight: The Real King
Nine: Blue Eyes
Ten: Seducer
Eleven: The Fake Princess
Twelfe: Defeat or Death?
Thirteen: Not a Slap, But a Hug
Fourteen: The New Lie
Fifteen: Raxil
Sixteen: The Dark Side Of Psycho
Seventeen: Become a Queen
Eighteen: Women and Weapon
Nineteen: Socialite Woman
Twenty: Angel Of Death
Twenty One: War Of the Underworld
Twenty Two: The King Of The North
Twenty Three: Mine
Twenty Four: Gossip
Twenty Five: An Aroggant Man
Twenty Six: Not Now
Twenty Seven: Crazy Suggestion
Twenty Eight: We Are Family
Twenty Nine: Someone Between You and Me
Thirty: Dangerous Man
Thirty One: Crazy Speculation
Thirty Two: An Enemy
Thirty Three: Great King Of The Past
Thirty Four: Love Is Weakness
Thirty Five: Wasted Women
Thirty Six: What Do You Know About Me?
Thirty Seven: Dark Version of Cinderella
Thirty Eight: Another Ruler
Thirty Nine: Life For Life
Forty: Dark and Light
Forty One: Innocent Creature
Forty Two: Mystery Of The South
Forty Three: Concubine Charade
Forty Four: Secret in the Hereditario Book
Forty Five: Cruel Past
Forty Six: Akennaton Woman
Forty Seven: The Gladiator
Forty Eight: The Dark Side Of Sacrifice
Forty-Nine: Happines Becomes Disaster
Fifty: The Stupidest Creature on Earth
Fifty One: Despair
Fifty Two: Hope and Help

Six: Why?

15.2K 2.2K 92
Dillaft

Pagi telah tiba, tapi Bona tak kunjung memejamkan mata sejak tadi malam. Ia lebih memilih duduk di daun jendela sembari memandang laut daripada tidur. Hal itu membuat pelayan-pelayannya khawatir. Terutama Damares, yang kukuh tak mau tidur sebelum sang nona terlelap. Beda dengan Gelsy, penyihir itu tak kuat menahan kantuk hingga akhirnya tertidur.

Damares tentu tahu bahwa alasan Bona terjaga ialah memikirkan hari pergantian takhta yang tak lama lagi akan tiba. Hari di mana kakak Bona, Eduardo dan Casmira akan berlomba-lomba merebut takhta Clan Asten dengan menghabisi nyawa sang raja, Ladarius, ayah mereka.

Bona menghela napas pelan lalu memejamkan mata. Meski begitu, ia merasakan kehadiran Damares di sampingnya. Dugaan Damares benar, Bona memang tengah memikirkan hari pergantian takhta semua clan dunia alam bawah yang tak lama lagi akan tiba.

Saat hari itu tiba, Eduardo dan Casmira secara bergilir akan bertarung dengan Ladarius. Pertarungan itu sungguh tak adil bagi Bona. Sebab setiap anak-anak raja bisa duduk di kursi takhta setelah melangkahi mayat ayah mereka. Sedangkan, raja hanya bisa mempertahankan takhta mereka. Dalam artian, raja tak memiliki hak untuk melangkahi mayat anak-anaknya.

Hanya ada dua pilihan bagi sang raja di hari itu, bertahan atau dibunuh. Di hari itu pula, pikiran Bona akan dikuasai oleh kemungkinan, kematian Ladarius.

Sejauh ini, Bona dan Ladarius sadar bahwa mereka tak cukup akrab, tapi yang Bona tahu, ia cukup menyayangi ayahnya. Entah bagaimana perasaan Ladarius untuknya, Bona tak ingin tahu. Bona tidak mengerti bagaimana bentuk kasih sayang bagi para iblis.

"Bagaimana pandanganmu tentangku, Damares?" tanya Bona, membuka percakapan setelah sekian lama larut dalam keheningan.

"Anak bungsu Raja Ladarius yang cantik," jawab Damares.

"Apa kenyataan itu membuatku terlihat menyedihkan?"

Damares menggeleng, "Tentu saja tidak, nona. Kau terlihat mengagumkan," ia menjeda saat melihat tatapan kesal dari Bona. Rupanya Si nona tak percaya dengan perkataannya barusan. Lantas Damares melanjutkan, "bagiku."

Bona menghela napas berat, "Apa yang harus dikagumkan dariku? Bahkan aku sering menertawakan diriku sendiri di cermin."

"Kau gadis yang baik, nona. Kau hanya merasa kesepian. Kau perlu akrab dengan alam luar untuk mengetahui bahwa sebenarnya kau mengagumkan."

Bona menoleh pada Damares. Benar kata pria itu, ia kesepian, "Apa kau sudah akrab dengan alam luar hingga kau bisa begitu yakin bahwa aku mengagumkan?"

"Tak perlu ditanya, nona. Tentu saja aku sudah akrab dengan alam luar. Kami terlalu akrab hingga aku mencapai pada kegelapan dunia yang menyesatkanku pada akhirnya," ujar Damares dengan tersenyum miris.

"Jadi, apa yang kau rasakan saat itu?"

"Aku merasa seperti iblis, bahkan lebih dari itu."

Bona mengelus pundak Damares, "Lupakan kesedihanmu. Ayahku bisa membantu jika kau ingin."

"Lord telah menawarkan itu, nona, tapi aku menolak. Aku tidak mau melupakan jati diriku yang sebenarnya."

Bona tersenyum, "Tak apa-apa. Aku menghargai keputusanmu," katanya sembari menepuk pelan pundak Damares.

Bona berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya sembari menyisir rambut, juga mencoba untuk menahan diri agar tidak menertawakan betapa menyedihkannya gadis bermanik biru laut di hadapannya itu.

Damares memerhatikan gerak-gerik sang nona, "Kenapa aku, nona? Kenapa kau memilihku?" tanyanya, memecah lamunan Bona.

Bona menatap Damares dari cermin, "Setelah lima puluh tahun lamanya jadi pelayanku, kau baru berani menanyakan itu?"

Lima puluh tahun yang lalu, Ladarius memberitahu Bona bahwa memakan dosa manusia dapat memberi energi pada para Diabolus untuk bisa bertahan hidup. Ladarius mengajak Bona ke tempat di mana dosa-dosa manusia terkumpul. Mereka menyebutnya, lautan dosa. Semua clan memiliki lautan dosa, termasuk Clan Asten.

Hari itu, Bona melihat gumpalan asap hitam dosa seorang pria bernama Calvin, nama asli Damares. Seorang pria penjudi dan tukang pemabuk yang tak bisa mengendalikan amarah hingga tak sengaja mengakhiri hidup ibu dan adik perempuannya. Itulah Damares, pria manusia yang tersesat pada kegelapan dunia. Pria miskin yang harus melawan kerasnya kehidupan. Pria yang hidup dalam bayang-bayang rasa penyesalan dan berakhir melampiaskan keputusasaannya dengan bunuh diri.

Di hari itu pun, Bona mengajukan permintaan pada Ladarius untuk menjadikan Damares sebagai pelayan barunya. Ladarius mengabulkan permintaan Bona dengan mempertaruhkan banyak hal saat itu. Ladarius pergi ke Clan Akennaton, tempat di mana roh-roh manusia yang penuh dosa semasa hidupnya berkumpul sebelum dikirim ke neraka. Ia membahayakan diri dengan mencuri roh Damares tanpa sepengetahuan para Diabolus api.

Ladarius memasukkan roh pria itu pada mayat Diabolus air bernama Damares. Perjanjian antar mereka pun terjadi. Ladarius menawarkan kenikmatan dunia alam bawah pada Damares, dibayar dengan kesetiaan di bawah kaki puteri bungsunya, Bona Asten. Saat itu pula, lagi-lagi Ladarius memiliki rahasia baru yang bisa membahayakan Clan Asten.

"Aku hanya penasaran, nona."

Bona tersenyum miring, "Seperti katamu, kau seperti iblis."

Damares menunduk, tak lagi menatap Bona. Sang nona yang melihatnya hanya bisa tertawa. Bona kembali duduk di daun jendela, "Bukan itu alasan utamaku. Melihat dosamu, aku dapat pembelajaran untuk tidak tenggelam pada keputusasaan. Kau tahu sendiri aku bagaimana, kan? Aku sering merasa putus asa karena dianggap berbeda. Aku pun merasa tidak adil saat itu. Gelsy adalah pelayan pilihan ayahku. Jadi, aku menginginkan pelayan pilihanku sendiri. Dan aku juga ingin memperlihatkan kemewahan yang selalu kau impikan saat masih menjadi manusia dulu. Lihatlah aku, Damares, hidup dalam kemewahan, tapi tak merasakan kebebasan dan kehangatan keluarga," katanya menjeda. Bona mengelus pipi Damares, "kemewahan tak selalu berdampingan dengan kebahagiaan."

Damares menatap dalam iris biru laut sang nona. Inilah yang membuat Damares bersedia untuk menunduk di bawah kaki Bona. Bona selalu melihat sudut pandang positif dari semua sisi keburukan dunia. Bona selalu membuat Damares tak bisa melupakan dirinya yang sebenarnya, manusia. Sejujurnya, sikap Bona lebih cenderung menunjukkan sisi manusianya. Tak ada Diabolus yang memetik pelajaran hidup dari kehidupan Diabolus lain. Tak ada Diabolus yang menghargai keputusan Diabolus lain. Tak ada Diabolus yang menganggap dirinya menyedihkan. Mereka terlalu angkuh untuk semua itu. Damares ingin memaparkan pendapat tersebut, namun ia takut. Sebab Bona terlalu gengsi jika disebut manusia. Setidaknya untuk sekarang, Bona tak akan merasa puas sebelum membuktikan bahwa dirinya adalah Diabolus sejati.

Bona dan Damares sama-sama mengalihkan pandangan ke laut. Perbincangan mereka berhenti begitu saja. Menikmati suara ombak mungkin akan lebih menyenangkan dibanding membahas masa lalu.

"Kau akan baik-baik saja. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu."

Damares tersenyum tipis, perkataan Bona membuatnya merasa lebih baik.

««---»»

Larut dalam keheningan sudah sering terjadi diantara Milson dan Zinki. Selama sepuluh tahun Zinki menjadi pelayan Milson, manusia serigala itu sudah cukup mengenal baik karakter tuannya. Milson adalah api kecil yang melahap mangsa besar di hadapannya secara perlahan, ada waktu tersendiri bagi setiap bangunan untuk dilahap oleh api kecil itu. Sungguh mengerikan.

Posisi pun selalu sama, Zinki hanya bisa menatap Milson dari belakang, tanpa berani untuk menanyakan rencana Milson yang selalu tak terduga. Pelayan memang selalu berdiri di belakang tuannya, tetapi Zinki pun menjadi tahu bahwa pilihannya untuk menjadi tangan kanan Milson adalah keputusan yang tepat. Zinki sadar bahwa Milson pasti akan menjadi penguasa suatu saat nanti.

Yang membingungan bagi Zinki, Milson tak pernah melawan saat diinjak-injak oleh ayahnya, Romelo dan kakaknya, Victor. Zinki selalu menyaksikan segala penghinaan yang Romelo dan Victor lakukan pada Milson selama sepuluh tahun terakhir. Bahkan ia menjadi emosi sendiri menyaksikan tuannya dihina seperti itu, tetapi Milson selalu membungkamnya, setidaknya untuk saat ini. Semakin Milson dihina, maka semakin keras pula suara tawanya. Hanya itu yang tak Zinki mengerti dari seorang Milson Akennaton. Pikiran Zinki selalu dipenuhi oleh pertanyaan, mengapa?

Saat ini, mereka sedang berada di kamar Milson. Pangeran bungsu Clan Akennaton itu tengah menatap lahan gersang dari balik jendela sembari memainkan bola api di tangannya.

"Bagaiman perkembangan kaummu?" tanya Milson memecah keheningan.

Zinki yang berdiri di belakang Milson memjawab, "Banyak generasi baru yang lahir. Kami merubah manusia-manusia itu menjadi lycan."

Milson menanggapi dengan deheman singkat, tak lagi berniat untuk bersuara. Dia duduk di kursi dengan mata terpejam, memikirkan hari pergantian takhta yang sudah lama ia nantikan.

Rupanya, Si pelayan pun tengah memikirkan hal yang sama dengan tuannya. Lantas Zinki bertanya, "Apa yang akan kau lakukan saat hari pergantian takhta tiba, Lord?"

"Apalagi... tentu saja menghabisi nyawa Romelo," jawab Milson menjeda. Ia membuka mata sembari terkekeh pelan, "tapi, aku akan mengalah untuk Victor. Aku membiarkannya untuk mengambil pertarungan pertama. Aku tidak terlalu menginginkan takhta istana busuk ini. Terlalu banyak kaum-kaum yang bodoh."

Zinki terdiam, tidak memiliki perkataan yang tepat untuk menanggapi perkataan Milson. Lagi-lagi ia dibuat tak mengerti oleh pemikiran tuannya.

Di dalam kamar Milson, muncul gumpalan asap hitam pekat. Seorang pria tinggi berjubah hitam keluar dari gumpalan asap tersebut. Dia adalah Matthias, sang malaikat maut.

Matthias berjalan mendekati Milson, tongkat sabit besarnya bergesekan dengan lantai, tapi sebelum itu, Matthias menyempatkan diri untuk menyeringai pada Zinki, "Halo, Zinki," sapanya dengan suara bariton yang begitu berat.

Zinki mengangguk singkat. Setiap Matthias datang, Zinki selalu merasa kurang nyaman. Sebab setiap berhadapan dengan malaikat pencabut nyawa itu, Zinki seakan melihat kematiannya sendiri. Terlebih wajah buruk rupa Matthias yang mengelupas hingga memperlihatkan separuh tulang tengkoraknya semakin membuat Zinki merasa tak nyaman.

"Apa yang kau lakukan di sini, Matthias?" tanya Milson.

Matthias tertawa, "Oh, ayolah, Milson. Jangan pura-pura lupa ingatan begitu. Setiap aku memiliki tugas di alam bawah, aku memang selalu mengunjungimu," katanya. Matthias menoleh pada Zinki, "aku ditugaskan di Clan Akennaton. kalian tentu langsung tahu alasan aku ke sini. Iya, kan, Zinki?" lanjutnya. Sepertinya, Matthias tahu kalau Zinki merasa kurang nyaman saat ini. Sehingga ia gemar mempermainkan pria serigala itu.

Tentu saja Milson dan Zinki tahu. Sebab akan ada kematian yang terjadi di hari pergantian takhta. Di mana pun ada kematian, malaikat maut pasti akan selalu terlibat.

"Roh siapa yang akan kau antar ke neraka?" tanya Zinki.

"Kau tidak boleh curang begitu, Zinki. Itu sudah menjadi rahasia."

Milson memalingkan wajah saat melihat Matthias menyeringai padanya. Malaikat maut itu terlalu banyak basa-basi, Milson sudah bosan meladeninya. Sejak Milson masih kecil, setiap ada kesempatan, Matthias memang selalu mengunjungi Milson.

"Tak perlu bermain rahasia denganku. Sudah dapat kupastikan bahwa roh Romelo yang akan kau antar ke neraka," ujar Milson.

Seringaiannya Matthias nampak melebar, "Mengapa kau bisa seyakin itu, Lord Milson?"

Milson kembali memainkan bola api di tangannya, "Karena aku sendiri yang akan melenyapkannya."

Matthias tertawa lalu merangkul Zinki, "Inilah yang aku suka dari tuanmu, Zinki. Ia selalu membawa aura kematian. Bahkan untukmu," ujarnya. Zinki merasa was-was seketika.


______________________________________

terima kasih untuk tanggapan kalian di chapter sebelumnya mau pun chapter ini

sampai jumpa di chapter 7

dilla

Продолжить чтение

Вам также понравится

1M 2.5K 61
Cerita ini mengandung konten dewasa. Kisah antar Dewi dan Dendi, sepasang suami istri yang memiliki kehidupan berbeda dibandingkan pasangan normal p...
280K 23.9K 22
Follow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya k...
144K 13.4K 37
Teman SMA nya yang memiliki wangi feromon buah persik, Arion bertemu dengan Harris dan terus menggangunya hingga ia lulus SMA. Bertahun tahun tak ter...
134K 14.6K 15
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 3) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ____...