Dimas(ManXBoy)

By Farelino

1.2M 36K 2.1K

Cover: @Adistyadistya 🎖️5 - Gay (1 April 2019) 🎖️1- BL ( 9 April 2019) Mengandung BL addicted, kisah HOMBRE... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16 (1)
16(2)
17
18
20
21
22

19

31.8K 1K 54
By Farelino

"Dimas, itu siapa?" Suara Om Rendra  tiba-tiba muncul di belakangku. Aku refleks melihat Om Anton yang ada di hadapanku, dan Om Rendra di belakangku secara bergantian.

Situasi macam apa ini? Bagaimana selanjutnya aku harus bersikap didepan keduanya, sedangkan aku jelas tau keduanya punya rasa peka jika ada hal yang tidak beres.

Om Anton kan  cabul, kalau ada  waktu lengah tangannya yang nakal punya kebiasaan grepe-grepe badan aku, gimana kalau Om Rendra gak sengaja ngeliat? Atau Om Rendra kan sekarang sikapnya agak mulai lembut-lembut gak wajar gitu ke aku suka banget ngasih perhatian sekarang mah, Nah, gimana kalau Om Anton sadar akan hal itu? Dia kan orangnya cemburuan ditambah posesif banget. Salah sedikit hal ini bisa jadi bumerang buatku sendiri dan  pertemanan yang sudah lama terjalin itu bisa hancur hanya karna aku.  Aduh, aku mendadak pusing.

"Ini aku." Om Anton menjawab pertanyaan barusan, aku menggeser sedikit tubuhku agar Om Rendra bisa melihat sendiri siapa yang datang.

Reaksi Om Rendra jelas berbanding terbalik denganku, ia nampak senang melihat teman sekaligus bos nya itu berkunjung kerumah.

"Kenapa gak bilang kalau mau datang?" Om Rendra menyambutnya ramah, dipersilahkannya si tamu masuk dengan merangkul bahunya layaknya sahabat dekat.

"Aku ingin memberimu sedikit kejutan sekaligus pujian. Orang seperti kamu memang bisa diandalkan untuk mewakili nama perusahaan." Setelah mengatakan itu, Om Anton mengerlingkan matanya ke arahku tanpa sepengetahuan Om Rendra tentu saja.

Aku melotot ke arahnya, awas saja kalau berani macam-macam! aku gigit  penisnya biar gak bisa ngaceng lagi. Huft..Tapi yang lebih penting sekarang, apa yang harus kulakukan? Apa aku pura-pura ada janji dengan teman saja ya biar bisa pergi sebentar--

Selagi aku berfikir, suara Ega menggema memenuhi gendang telingaku. "Mas Dimas di panggil Mama."

Ah-Kayanya pergi juga bukan solusi yang tepat. Apapun yang terjadi kedepannya aku harus menghadapinya sendiri. Setelah mengunci pintu kembali aku melangkah ke arah dapur dan kutemui Tante Nila sedang berkutat disana.

"Dimas, bantu Tante buat teh ya. Tante mau beli cemilan dulu. Kalau airnya sudah masak kamu tuangkan langsung ke teko dan bawa ke depan ya." Pesan Tante Nila yang kutanggapi dengan anggukan kecil.

Hal seperti ini sudah biasa kulakukan, selagi menunggu airnya mendidih aku menyibukkan diri dengan bernyanyi pelan me-rileks kan diri dari perasaan dag dig dug, apa aku sendiri yang harus nganter tehnya? Padahal tadi aku sempat berencana mengunci diri di kamar dan pura-pura tidur. Haaaaah~~~

Cup.

Saat sedang asyik-asyiknya mengaduk teh yang hampir jadi, sebuah kecupan ku dapat di pipi kiri, dan pelakunya adalah Om Rendra. Apa? Seriusan ini om Rendra mulai berani nyipok-nyipok di rumah sendiri. Padahal tadi aku kira Om Anton yang menyelinap masuk dapur.

"Tante kamu mana?" Tanya Om Rendra.

"Katanya keluar bentar mau beli cemilan!" Jawabku ketus, aku masih kesal pas tadi liat dia rangkulan dan mengabaikan aku. Teganya~~~

"Oh, padahal om mau bilang gak usah beli. Om Antonnya juga udah mau pulang lagi, nih, mau pamitan." Ucapan Om Rendra membuatku sedikit lega.

"Eh, langsung pulang?" Aku mengulang, berharap tidak salah dengar.

"Iya. Makanya om kesini niatnya nyusul kalian berdua buat keluar bentar, menghormati tamu yang mau pamitan." Akunya, aku meringis tapi tetap mengikuti kata om Rendra.

"Ega, Oga, om pamit pulang dulu ya." Ucap om Anton dijawab cengiran khas dari si kembar, lalu om Anton menjulurkan tangannya mengajak ku bersalaman yang refleks aku sambut.

Aku kira cuma mau berjabat tangan doang, ternyata aku salah. Tanganku malah di tarik dan om Anton menubrukan dadanya ke dadaku, tangan kanannya yang terlepas kini menepuk-nepuk bahu kiriku. Cuma sebentar sih. Tapi jelas bikin aku melotot setelahnya, lebih tepatnya setelah om Anton membisikan kata "Kangen~" disusul meniup telingaku bikin sensasi geli-geli semriwing.

"Om pulang dulu ya, Dim." Pamitnya padaku, lalu berganti menjabat tangan Om Rendra.

"Rend."kata Om Anton.

"Yo, kapan-kapan main lagi kerumah." Ucap om Rendra tulus yang dibalas anggukan.

Memang sih pamitan dengan Om Anton cuma sebentar dan gak sepelik yang aku bayangkan, syukurlah. Om Rendra sampai menyeret-nyeret tanganku karna aku sempat gak mau keluar.

Kemudian semua kembali beraktifitas seperti biasa, sama denganku yang langsung capcus ke dapur melanjutkan pekerjaan yang tertunda. Kalau tehnya gak jadi buat tamu, mending buat aku aja.

Ping! Ping! Ping! Ping! Ping! Ping!

Sebuah notifikasi BBM membuatku merogoh saku, mengecek chatt dari siapa sih itu dari tadi nyepam mulu.

Aku mendadak malas melihat id yang tertera, 'Om Anton'.

'Apaan si!' aku mengetikan balasan.

'keluar bentar, om masih di mobil'

'Gak mau ah, males!'

Selanjutnya aku memilih mengabaikan chatt dari om Anton, ku aktifkan mode hening di hp ku. Bodo amat ah!

Tanpa terasa hari kian beranjak malam, Tante Nila sudah sedari tadi kembali kerumah dengan sebungkus makanan ringan untuk tamu. Biasalah di kulkas banyaknya diisi sama bahan masakan dan es batu aja, gak ada cemilan. Kulihat dia sedikit kecewa, terus mau diapakan lagi kalau tamunya aja sudah pergi.

Om Rendra dan Tante Nila sudah berada dikamar mereka, sedangkan aku harus menemani Ega- Oga, memastikan mereka mengerjakan tugasnya sampai selesai, sekalian kalau mereka menemui kendala aku bisa membantu mereka menjelaskan.
Baru setelah semuanya selesai, si kembar kembali ke kamar mereka begitupun denganku.

Cklak!

Begitu membuka pintu kamar, mataku refleks membelalakkan melihat sosok yang sekarang sudah berbaring di tempat tidur ku, buru-buru aku masuk dan menutup pintu takut Ega-Oga melewati pintu kamarku.

"Ngapain om disini?!" Aku kesal banget sama orang itu, gimana bisa dia yang baru aja Dateng terus pamit, sekarang balik lagi kesini- ke kamar aku lagi. Huh.

"Tidur, lagian tadi kamu gak mau keluar nemuin om si, jadi om yang ngalah kesini. Kamu tau gak om tuh kangen banget ama kamu, om gak bisa tidur kalau gak liat wajah Dimas." Ucapnya lebay, aku menggertakan gigi kesal. Orang tua ini terlalu berani!

"Sekarang maunya apa biar om pergi dari sini?! Kalau ada orang rumah yang lihat gimana! Kita kan kelihatan belum begitu dekat, terus gimana kalau ada yang curiga!" Aku sudah putus asa ngadepin sikap orang tua satu ini.

"Cium."

Fiks-tanpa buang waktu aku langsung nyium dia di bibir.

"Yang lama."

See? Ngeselin kan?! Oke-oke masih aku turutin demi dia buru-buru pergi.

Ketika air liur sampai meluber ke dagu, barulah aku menyudahi ciuman itu. Om Anton tersenyum atas kemenangannya, coba tebak apa yang dia katakan selanjutnya setelah aku menuruti syaratnya.

"Om berubah pikiran." Katanya membuatku bercakak pinggang, ngeselin~

Dia melepas kemeja yang melekat ditubuhnya, membuatnya topless. "Om mau tidur disini aja, nemenin Dimas."

"Kan udah aku cium! Katanya mau pergi kalau udah di cium!" Raungku kesal.

"Om perginya nanti pagi aja." Ucapnya, lalu menarik tanganku secara tiba-tiba, membuatku kehilangan keseimbangan dan jatuh tertidur dipelukannya, tubuhku langsung di dekap jadi gak bisa banyak bergerak.

"Lepasin!"

Cup. Om Anton malah mengecup keningku coba, tambah bikin kesal aja! "PERGI SANA!!" Gondokku.

"Dimas? Dimas? Kamu kenapa di dalam?"

Shit

Itu suara Tante Nila, sekarang mengetuk pintu kamarku. Huft...untung tadi sudah aku kunci. Aku menatap orang didepanku sinis, lalu menstabilkan suara, "Gak papa kok, Tante. Ini ada kucing masuk kamar lewat jendela!" Aku menjawab dengan berteriak, menyindir Om Anton. Tapi yang di sindir malah nyengir kaya kuda.

"Oh ya udah tinggal diusir aja. Kirain kenapa." Suara Tante Nila kini terdengar samar-samar, langkah kakinya ikut menjauhi pintu.

Sekarang? Aku sudah menyerah dengan Om Anton, terserah lah dia mau ngapain juga. Aku capek ngeladeninnya, makin di respon malah makin berani jadinya.

Aku berbalik badan memunggunginya, sampai tegang urat leherku sedari tadi marah-marah mulu. Tangan Om Anton melingkar di sepanjang perutku, aku menghembuskan nafas lelah.

"Kamu cuma milik om seorang, Dimas." Ucapnya di belakang tengkuk ku, hambusan nafasnya membuatku merinding.

"Tidur!" Kataku.

Cup. Cup. Cup. Cup. Cup. Cup.

"?!!"

Bersambung....

Continue Reading

You'll Also Like

227K 7.6K 47
"Suruh anak nggak jelas itu keluar dari rumah kita! " "Ardi!! Andrea itu adekku! " Pertengkaran demi pertengkaran kakaknya membuat Andrea memilih unt...
4.7M 174K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
607K 96.6K 38
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
937K 46.1K 47
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...