Truth or Dare (Selesai)

Por Saga_vi

644K 53K 6K

WARNING ZONA PELANGI 21+....!!! BAHASA AKAN TERDENGAR SANGAT FRONTAL 17-08-2018 s/d 27-11-2018 BOOK 01 "Cint... Más

TOD 1
TOD 2
TOD 3
TOD 4
TOD 5
TOD 6
TOD 7
TOD 8
TOD 9
TOD 10
TOD 11
TOD 12
TOD 13
TOD 14
TOD 15
TOD 16
TOD 17
TOD 18
TOD 20
TOD 21
TOD 22
TOD 23
TOD 24
TOD 25
TOD 26
TOD 27
TOD 28
TOD 29
TOD 30

TOD 19

16.7K 1.5K 198
Por Saga_vi

Linggar sudah naik ke atas sepeda, walaupun tadi dia dan Arga sempat beradu argumen karena Linggar dari tadi hanya berdiri mematung tanpa berani menyentuh sepeda itu.

Tapi kini pemuda 23 tahun itu sudah berani duduk di sadel bahkan ia mengayuh sepeda itu perlahan walaupun dirinya masih begitu kesulitan menyeimbangkan tubuhnya.
"Ga...awas jangan lo lepas, gue takut nih nyet...!!"
Pekik Linggar yang mencoba terus menyeimbangkan badannya.

"Iya...ga' gue lepas kok"
Desah Arga yang memegang sepeda itu dari belakang.
"Udah sana, lo lihat ke depan.
Jangan lihat setang sepedanya, lihat jauh ke depan...!"

"Iya, gue tau...!!"
Dengus Linggar.
"Elo cerewet amat jadi orang, masih kayak dulu"

Arga tertawa ringan.
"Sekarang aja ngomongnya gitu, kalau bokap lo ga' inget sama gue.
Elo pasti ga' bakal tau kalau ini gue"

"Ngehek lo, udah tau temen lama ngapain lo diem aja!"
Protes Linggar yang masih mengayuh sepedanya pelan dengan Arga yang berlari pelan di sampingnya untuk mengimbangi kecepatan kayuhan Linggar.

"Sengaja ga' gue kasih tau, biar elo inget sendiri"

"Kalau gue tetep ga' inget, terus gimana...?"

"Itu berarti elo udah pikun"

"Anjing lo, selama gue pacaran baru kali ini gue di katai pikun sama pacar sendiri"

Arga makin keras tertawa.
"Sama"

"Sama apanya, guekan ga' ngatain elo pikun"

"Bukan itu, gue juga baru kali ini punya pacar yang manggil gue anjing"

Linggar langsung terdiam, hal itu malah membuat Arga tertawa makin keras hingga pegangannya pada sepeda yang di naiki Linggar bergoyang.

"Woooiiii....!!! Nyet ati-ati lo...!!!
Pegangin yang bener, bisa jatuh nih gue"

"Iya...sorry..."

Setelah beberapa kali putar balik di jalan komplek itu Linggar mulai agak lancar, pemuda itu tertawa kegirangan dengan hasil latihan dua jam itu.

Sedangkab Arga nampak mulai terengah karena dari tadi menjaga Linggar agar tidak jatuh.
"Istirahat bentar ya, gue capek"
Pinta Arga.

"Udah, elo istirahat aja...gue udah bisa sendiri nih"

"Iya tau, udah berhenti dulu"

"Ga' mau, lo lepasin aja ga' apa-apa"
Perintah Linggar.

"Elo serius...?"
Tanya Arga Ragu.

"Iya, gue serius.
Udah lepasin"
Imbuhnya dengan nada yakin.

Meski awalnya ragu Arga akhirnya melepas pegangannya, senyum lebar tersungging di bibir pemuda itu.
Dia melihat Linggar sudah mengayuh sepeda itu sendirian, mengajari orang  yang berumur ternyata lebih mudah dari mengajari anak kecil.
"Hati-hati, udah gue lepas tuh...!!!"
Teriak Arga yang berdiri di bawah lampu jalan dengan mata masih memperhatikan Linggar.

"Iya...iya...ga' apa-apa, gue ini udah gede Ga.
Ga' perlu khawatir, bukan Linggar namanya kalau gue sampai jatuh dari sepeda ginian"
Ujar Linggar menyombong sambil teriak-teriak kegirangan.

Arga mendesah, pemuda itu melepas kemejanya dan mengikatnya di pinggang sebelum duduk di tepian jalan.
Peluh nampak membasahi tubuhnya yang kekar, pemuda itu tampak mengenakan kaus warna putih dengan corak tulisan berwarna hitam.

Dia mengeluarkan rokoknya dan menyelipkan sebatang ke sela bibirnya.
Baru saja Arga ingin menyalakan rokoknya itu, dia mendengar teriakan Linggar yang membuat pemuda itu menoleh ke arah kekasihnya.

"Nyet...!!! Ini gimana berhentinya...!!!"
Teriaknya panik yang membuat Arga langsung bangkit.
Dia membuang rokok dan korek api di tangannya.

"Rem Gar...!!"
Teriak Arga yang segera berlari mengejar Linggar.

"Remnya yang mana...!!!???"

"Di bawahnya handlebar...!!!"

"Anjing, lo apaan itu...???!!"
Pekik Linggar kalangkabut, tampak sepeda yang di kendarai Linggar  mulai jalan zikzak gara-gara pemuda itu tidak fokus ke jalan dan malah mencari letak rem sepedanya.

"Di setangnya...!!"
Teriak Arga yang sudah dekat dengan Linggar.
Pemuda itu berusaha menyahut bagian belakang sepeda tersebut akan tetapi Linggar keburu menubruk pembatas trotoar hingga membuatnya jatuh tersungkur ke atas aspal.

Arga langsung berhenti sambil melotot dengan mulut ternganga.
Dia melihat Linggar merintih kesakitan dan berusaha duduk.

"Aduuuuhhh sakiiiitttt...!!!"

Arga mendirikan sepeda Linggar dan menyandarkannya ke tiang lampu sebelum mendekati Linggar.
"Elo ga' apa-apa...?"

"Ga' apa-apa matamu, ini sakit nyet.
Haduh...berdarahkan...!!"
Dengus Linggar melihat siku dan lutut kanannya.

Bukannya bersimpati Arga malah tertawa terbahak.

"Sialan lo, malah di ketawain...!!"
Protes Linggar sambil melempar sendalnya yang lepas sebelah karena insiden jatuhnya tadi ke arah Arga.
Walaupun bisa menghindar, Arga membiarkan Linggar melakukan itu.
Dia segera membungkuk dan mengambil kembali sendal Linggar.

"Sakitkan kalau jatuh, udah dibilang disuruh hati-hati ga' mau dengar"
Ujar Arga sambil memasangkan sendal Linggar ke kaki pemuda itu.

"Berisik lo...!"

Arga tersenyum melihat Linggar kesal.
"Bisa berdiri...?"
Tanya Arga yang berjongkok di depan Linggar.

"Ini sakit Arga...!! Gue ga' mau jalan"

"Manjanya..."
Arga mendesah, pemuda itu segera berputar balik hingga membuatnya memunggungi Linggar.
"Naik, gue gendong"

Senyum lebar tersungging di bibir Linggar, pemuda itu segera memeluk Arga dari belakang.
Dan tanpa kesulitan, Arga berdiri perlahan sambil menggendong Linggar.
"Kita balik, bakal gue obati luka lo"

"He'em"

"Pegangan"
Pinta Arga karena pemuda itu berjalan menuju rumah Linggar sambil menuntun sepeda hingga dirinya hanya bisa menahan tubuh Linggar dengan satu tangannya saja.

Lagi-lagi aroma khas tubuh Arga mampu membuai Linggar.
Pemuda itu tidak perduli meski tubuh Arga basah karena keringat.
Tapi aroma khas itu malah semakin kuat.
Hingga membuat Linggar semakin erat memeluk Arga, dia meletakkan kepalanya ke bahu pemuda itu.

"Sekarang elo mau gue panggil siapa...?"

"Heh...?"
Tanya Linggar bingung.

"Tadi elo bilang jangan panggil gue Linggar kalau jatuh dari sepeda ini.
Karena elo udah jatuh makanya gue tanya elo minta di panggil dengan nama apa...?"

Linggar mengercipkan matanya.
"Emang siapa yang bikin gue jatoh...??"

"Elo sendiri..."

"Bukanlah, gue ga' bakal jatoh kalau elo tadi ngasih tau gimana caranya ngerem"

"Elonya ga' nanya, makanya gue ga' kasih tau.
Elo sih kebanyakan gaya, jadi jatohkan..."

Linggar memukul bahu Arga dengan ekspresi kesal.
"Elo tau ga' dari awal gue ketemu sama elo, gue pengen nabok mulut lo.
Sekarang gue inget, mulut elo itu kalau bicara suka bikin gue kesel"

Arga tertawa terkekeh.
"Sorry, gue keseringan godain elo ya...?"

"Tau ah...bodo'...!"
Dengus Linggar sambil membuang muka.

Mengetahui kekasihnya merajuk, Arga tidak tinggal diam pemuda itu berdehem sambil memelankan suaranya.
"Ga, apaan nih di punggung gue.
Kok keras gitu, elo ngaceng ya...??"

"Nggaklah, ngapain juga gue ngaceng cuma gara-gara elo gendong gini...!!"

"Itu gue ngerasain di belakang"

"Otak lo itu udah waktunya di sapu biar ga' mikir kotor mulu"

Arga segera menusuk bagian belakang Linggar dengan jarinya hingga membuat pemuda itu tersentak.

"Anjing...tangan lo kurang ajar ya...!!!"
Protes Linggar yang membuat Arga tertawa.

"Tuhkan ngaceng..."

"Lama-lama gue cekek lo dari belakang...!!"

Arga tertawa lagi, dia membenarkan letak tangannya agar bisa pas menyangga tubuh Linggar dan pemuda itu  berjalan dengan lebih cepat agar segera sampai di rumah kekasihnya.

Di sepanjang jalan kedua pasangan itu tidak hentinya bercanda dan berdebat.
Bagi Linggar apa yang di ucapkan Arga selalu salah di matanya.

Mereka menyusuri jalan itu hingga sampai di pintu gerbang warna hitam.
Linggar berteriak memanggil satpam untuk membawakan masuk sepeda Ayahnya yang di tinggal Arga di depan pintu gerbang sedangkan kedua orang itu masuk duluan ke rumah.

"Kamar lo di mana...?"

"Di atas, harus naik tangga.
Turunin gue, gue bisa jalan sendiri"

"Ga' perlu, kasih tunjuk aja.
Gue gendong sampai kamar"

"Loh...Mas Linggar kenapa...?"
Tanya seorang wanita setengah baya yang tergopoh berlari mendekati Arga dan Linggar yang masih berdiri di ujung tangga.
"Itu kakinya sama tangannya kok berdarah"

"Linggar tadi jauh dari sepeda"

"Kok bisa"

"Dia tadi sok jagu mejamin mata sambil baik sepeda Bik, makanya nubruk trotoar"

"Apaan sih lo nyet...!!!"
Dengus Linggar kesal sambil nyubit Arga hingga membuat pemuda itu kaget sambil mengaduh.

Tapi jawaban Arga malah membuat pembantu di rumah Arga itu tersenyum geli.
"Ya sudah, saya ambilkan obat dulu"

"Iya, makasih Bik.
Antar ke kamar Linggar ya"

"Iya"
Jawab pembatu itu seraya beranjak pergi.

"Udah, turunin gue aja, gue itu berat susah kalau harus naik tangga segala"

"Diem lo bawel, kaki lagi sakit gini mau jalan sendiri.
Gue gendong ke atas"

Linggar terdiam, pemuda itu tidak ingin mendebat ucapan Arga.
Dia menunjuk kamar nomer dua dari tangga.
"Itu kamar gue"

Arga mengangguk, dia tanpa ragu melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju lantai dua.

Lingga membuka kenop pintu dengan masih di gendong Arga ketika dia sudah ada di depan pintu kamarnya.
Dan akhirnya untuk pertama kalinya Arga masuk ke kamar Linggar.
Kamar mewah dengan banyak perabotan mahal.

Pemuda itu buru-buru mendudukkan Linggar di atas tempat tidur.
Dia melepas sendal yang di pakai Linggar dan di taruh di dekat pintu.

Arga kembali dan menaikkan celana Linggar sampai di atas lutut agar tidak menutupi lukanya mengingat saat ini Linggar hanya memakai celana pendek biasa.

Tak berapa lama, terdengar pintu kamar Linggar di ketuk.
Dan nampak pembantunya membawa obat antiseptik dan plester juga kapas.

"Ini mas"
Ujarnya menyerahkan semua benda bawaannya pada Arga.

"Makasih Bik, bibik istirahat aja biar saya yang ngobati Linggar"

"Oh, iya mas"
Wanita itu pun beranjak meninggalakn Arga dan Linggar di kamar tersebut berdua aja.

Dengan telaten Arga mengobati luka-luka Linggar.
Dia mendengar kekasihnya itu sesekali mendesis karena sensasi perih yang di timbulkan saat prosese pengobatan itu di lakukan oleh Arga.

Linggar melihat ke arah Arga yang beberapa kali meniup lukanya sebelum menutup luka-luka itu dengan plester.

Arga tersenyum setelah dirinya selesai mengobati Linggar, pemuda itu mengusap kepala Linggar sambil berkata.
"Elo istirahat ya, gue mau pulang sekarang"

Mendengar ucapan pamit itu, tangan Linggar segera meraih tangan Arga.
"Elo serius mau pulang sekarang, inikan baru jam 10 Ga"

Arga tersenyum.
"Iya, gue tau ini baru jam 10. Ga' baik kalau gue tetep ada di sini.
Elo ngerti maksud guekan, makanya gue minta elo istirahat aja.
Besok gue pasti main ke sini lagi kok"

Linggar menelan ludah, dia tidak mau melepaskan tangan Arga.
"Gue tau apa yang elo maksud, makanya gue minta elo tetep tinggal"
Linggar dan Arga pun saling pandang dalam diam.
"Peluk gue malam ini Ga"
Imbuh Linggar yakin.

Mendengar permintaan Linggar darah Arga seperti berdesar.
Pemuda itu mengangkat tangannya dan menyentuh wajah Linggar.

Linggar segera mencium dan mengendus tangan kokoh Arga.
Dirinya memegang tangan di wajahnya itu sambil mendongak menatap Arga.
"Sekarang, kita udah pacaran.
Ga' ada alasan buat elo nolak gue lagi"

Suara deru nafas Arga terdengar bergemuruh, pemuda itu segera membungkuk dan melumat bibir Linggar hingga membuat kekasihnya itu tersentak.

Linggar sampai jatuh kebelakang karena ciuman Arga yang lain dari biasanya.
Ciuman penuh nafsu dan perasaan itu berhasil menaklukkan tubuh Linggar, hingga rasa nafsu menguasai setiap jengkal tubuhnya.

Arga perlahan kembali berdiri, dia menatap Linggar yang terkapar di atas tempat tidur dengan wajah merona dan nafas terengah.

"Ga, gue udah ngaceng.
Masukin gue sekarang"
Pinta Linggar yang nampak begitu erotis membuka kancing celananya dan menurunkan resletingnya.

Arga masih mematung menatap Linggar.
"Elo ga' apa-apa kita ngesek sekarang...?"

Linggar tersenyum sambil menggeleng.
"Peluk gue sekarang, gue pengen jadi satu sama elo"

Arga menghela nafas berat melepas semua beben di sekujur tubuhnya.
Arga tersenyum sambil mengangguk,
"Kita lakuin apa yang elo pengen"
Ujarnya sambil melepas kausnya yang basah karena keringat.





Mau lanjut ternyata udah malam amat ya, besok lagilah😂😂.

Seguir leyendo

También te gustarán

24.5K 1.9K 13
2 orang lelaki yang tinggal bersebelahan dan sudah berteman sejak kecil itu terlihat seperti berpacaran. "Jangan deket-deket sama mereka. Homo. Hahah...
4.1K 223 18
Unsur Yaoi, Gay, Homo, BxB, BL dsb. ⚠HOMOPHOBIC⚠ ❌NC❌ Kalau mau baca, yah gpp😐 Tapi inget! dosa tanggung sendiri chingu😊 Enggak, canda ㅠㅈㅠ Kita tan...
2K 132 10
Wp pertama gw semoga suka "I Like Eza"-R**** ⚠️WARNING⚠️ mengandung bahasa kasar dan 18+ kata non baku/baku #Bxb #Bl #lokal
136K 11.3K 32
Apa? Ini cerita nya Bagas. Oke? Kalo mau tau lebih banyak tentang Bagas, bisa baca dulu book GERAH. 🚫 inget ❗❗ini konten LGBT. Ceritanya udah pas...