Ne, SAJANGNIM!

Galing kay Dekdi_A

1.6M 260K 67.6K

[TERSEDIA DI TOKO BUKU] Bagaimana rasanya memiliki bos otoriter, galak, dan seenaknya? Setelah menjadi pengan... Higit pa

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32 [END]
OPEN PO & TRAILER

00

127K 11.7K 1.8K
Galing kay Dekdi_A

          Lolos dari ujian masuk perguruan tinggi itu sulit, tapi lebih sulit lagi menyusun skripsi sebagai syarat lulus kuliah. Hwang Hana kira perjuangan akan berakhir ketika menyelesaikan skiripsi dengan nilai A, dan lulus dari perguruan tinggi terbaik dengan IPK 3,8---nyaris sempurna. Tapi ternyata perjuangan hidup tidak hanya sampai pada tahap lulus kuliah. Hana harus berjuang mencari kerja di kota elit sekelas Seoul.

Satu tahun menganggur, membuat Hana pusing. Kurang apa sebenarnya Hana hingga tidak ada satupun perusahaan yang mau menerimanya? Penampilannya tidak terlalu buruk, wajah Hana putih bersih meski hanya memakai skin care 10.000 won. Otak Hana juga tidak kalah cerdas, dia bisa lulus tepat waktu meski kuliah sambil bekerja part time.

Setelah mengirim e-mail kesana-kemari, meletakkan map lamaran ke perusahan-perusahan besar, membuat Hana hampir menyerah karena dia selalu gagal di interview kedua. Sekarang Hana sudah tidak memikirkan cita-citanya sebagai pegawai kantor kelas elit. Bekerja sebagai apapun Hana tidak masalah, karena keuangannya semakin menipis. Bahkan untuk makan bulan depan saja Hana sudah bingung.

Kehidupan di Seoul keras, biaya sewa naik, biaya laundry, air, listrik, bahan makanan, semuanya serba mahal. Jika tahu jadinya seperti ini, Hana tidak akan mau merantau. Tapi mau bagaimana lagi, Hana sudah tidak mempunyai siapa-siapa lagi di kampung halamannya. Ayahnya sudah meninggal menyusul Ibunya yang tiada sejak Hana dilahirkan. Kini mau tidak mau, Hana harus melanjutkan hidup di Seoul.

Demi Tuhan, Hana bahkan tidak mempunyai rumah. Dia nyaris brangkut. Bulan depan Hana mati jika dia tidak kunjung mendapatkan pekerjaan.

"Bong Shim-ah ... Aku tahu nepotisme itu dilarang, tapi kalau seperti ini terus aku mati. Coba kau bujuk manajermu yang tampan itu, siapa tahu dia membutuhkan karyawan. Aku bekerja di bagian mana saja tidak masalah, yang penting aku bekerja."

Bong Shim---sahabat Hana meringis, "Hanya ada lowongan OG, Han. Kau mau?"

Hana mencebik, sambil melipat baju-baju Bong-Shim yang menggunung demi mendapatkan 6.500 won. "Aku sarjana, Bong-bong! Tega sekali kau."

"Tapi di kantorku tidak ada lowongan apapun selain OG."

Hana membenturkan kepalanya di meja. Kenapa nasibnya harus seperti ini? Dulu Hana yang sering memberikan contekkan ke Bong Shim, membantu gadis itu membuat skripsi, tapi yang mendapat pekerjaan malah Bong Shim, bukan Hana. Hidup memang tidak adil!

"Apa tidak ada pekerjaan lain? Bukannya aku pilih-pilih, tapi sayang ijazahku yang tidak dipakai. Kau tahu kan bagaimana perjuanganku agar lulus S1?"

Hana mengangguk, sedikit merasa kasihan, "Aku dengar-dengar ada lowongan sekretaris di kantor Hanbin. Tapi aku tidak yakin kau diterima, Han. Hanbin saja berjuang mati-matian bekerja di sana. Perusahaannya perusahaan internasional, terus yang membuka lowongan di bagian sekretaris Presdir. Minimal lulusan S2 yang bisa diterima di sana."

"Bukannya aku mau merendahanmu, tapi ayolah... Kau tahu sendiri kan, kalau perusahaan seperti itu lebih mengutamakan lulusan luar negeri, pakaian-pakaian pekerja wanita di sana ber-merk semua. Mainan mereka Gucci, Zara, LV, tidak ada yang membeli pakaian bekas seperti kita."

Nyali Hana semakin menciut, "Louisa Group?"

"Iya.... Gaji paling kecil di sana setara dengan 3 bulan gajiku. Hanbin saja bekerja 7 bulan sudah bisa mencicil mobil. Kau tahu, bahkan untuk OG mereka memakai pendidikkan standar S1. Kau cocok menjadi OG."

"Heol!"

"Nanti aku tanya ke Hanbin, siapa tahu masih ada lowongan."

Hana mendengus, agak tidak yakin kalau dia akan diterima. "Aku pesimis, Bong-Bong!"

"Coba saja dulu, setiap pekerjaan itu ada jodohnya. Meski aku tidak yakin, tapi ayolah ... Tidak ada salahnya mencoba."

"Mmm ... Baiklah. Tolong aku ... Aku benar-benar butuh pekerjaan ini."

"Hem ... Nanti aku hubungi Hanbin."

***

          Malam harinya, Bong Shim langsung mengabari Hana kalau lowongan menjadi sekretaris di Louisa Group masih dibuka hingga minggu depan. Hana tentu saja tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, gadis itu langsung membuka website Louisa Group untuk membaca syarat-syarat pelamar.

Ini benar-benar gila, Bong Shim tidak bohong saat mengatakan persyaratan Louisa Group sangat sulit. Ada banyak sekali berkas yang harus dipersiapkan. Tapi dari persyaratan ini Hana mengucapkan syukur berkali-kali karena pendidikan S1 masih dipertimbangkan.

Malam itu Hana bergadang hingga jam 2 pagi untuk mengurus berkas-berkas yang akan ia bawa hari Senin untuk datang melamar. Gara-gara koneksi dari Hanbin---kekasih Bong Shim, Hana tidak perlu melakukan seleksi pertama. Dia akan langsung di-interview, tapi keputusan interview sepenuhnya dilakukan oleh sang atasan. Hanbin hanya bisa membantu Hana sampai tahap pertama.

Hana benar-benar beruntung memiliki Bong Shim. Wanita itu bahkan rela meminjami Hana salah satu kemeja terbaik yang gadis itu punya. Katanya semua kemeja Hana tak layak pakai, warnanya sudah luntur dan modelnya ketinggallan zaman. Memakai pakaian yang seperti itu di hari pertama sama saja dengan bunuh diri.

Hana bertekad, bagaimana pun caranya dia harus bekerja di Louisa Group. Hidupnya harus lebih baik dari hari ini.

"Selamat pagi, saya Hwang Hana." Hana meletakkan lamarannya di atas meja, sedikit melirik ke arah represionist yang berpenampilan menarik, cantik, cerdas, dan sopan yang tersenyum menyapanya. "Saya datang untuk melamar di bagian Sekretaris Presdir."

"Halo, untuk bagian Sekretaris Presdir, Nona bisa naik ke lantai 64 dan silakan ambil nomor antrean di tempat yang sudah disiapkan oleh petugas. Semoga beruntung."

"Ah, terima kasih."

Hana membungkuk, kemudian berlalu dari sana. Jantung Hana berdetak kencang, dia benar-benar gugup. Hana menyiapkan interview hanya dalam waktu 2 X 24 jam, dia takut jawabannya tidak mampu memuaskan sang atasan yang Hana dengar-dengar memiliki kepribadian mengerikan.

Lowongan untuk sekretaris Presdir adalah lowongan yang paling sering dibuka. Presdir Louisa memiliki tempramen buruk, yang tidak bisa mentolerir kesalahan, walau itu kesalahan kecil sekalipun. Wataknya keras, dan tegas. Bahkan enam bulan ini pria itu sudah mengganti sekretaris sebanyak dua kali.

Setelah sampai di lantai 64, Hana mengambil nomor antrean. Di sampingnya sudah ada beberapa pelamar yang berpenampilan lebih menarik di bandingkan Hana. Mereka cantik, dan style fashion-nya style kelas atas. Hana semakin gugup, ia meremas mapnya dan mulai menghapalkan jawaban umum yang biasanya dipakai pelamar pekerja.

Hingga sampai pada giliran Hana, perempuan itu langsung masuk ke dalam ruangan yang begitu luas layaknya sebuah rumah. Karena Hana peserta terakhir, Hana masuk seorang diri.

Hana melirik ruangan itu, kaca-kaca bening yang ada di ruangan itu memperhatikan keindahan pusat kota Seoul yang super sibuk. Sofa mahal berwarna cokelat menawan mempercantik keindahan ruangan, bunga tulip yang ada di atas meja terlihat begitu segar, menambah kesan hangat di balik desain formal yang lebih dominan.

"Silakan duduk, Nona. Peresdir sedang ada di ruangan sebelah. Mohon ditunggu."

"Ah... Iya, tidak masalah."

Hana duduk dengan jantung berdebar. Setelah ditinggal, Hana hanya diam selama lebih dari 15 menit. Hana ingin melihat ruangan sebelah---yang juga merupakan bagian dari ruangan ini. Tapi karena merasa tidak sopan, Hana hanya duduk diam, sambil sibuk dengan pemikirannya.

Waktu bergerak dengan cepat, tapi tidak ada tanda-tanda Presdir Louisa Group keluar dari ruangan itu. Karena tidak tahan, Hana memberanikan diri untuk mendorong pintu dari balik ruangan yang ada di sana.

Ketika pintu itu terbuka, Hana terpaku melihat desain ruangan yang berbeda jauh dengan ruangan utama. Ruangan ini dipenuhi oleh mainan anak-anak, dan ranjang besar bergambar stitch, dinding ruangannya pun dicat berwarna biru tua dengan langit-langit bertaburan bintang.

Kaki Hana yang berdiri dari balik pintu terpaku, hingga kemudian telinganya menangkap suara deheman khas pria dewasa yang langsung membuat lamunannya buyar.

"Siapa kau? Apa yang kau lakukan di sini?"

Hanna tertegun, apalagi saat melihat sosok tinggi yang memakai jas mahal dengan kancing terbuka berdiri dengan gagahnya. Tangannya yang keras dengan otot-otot khas Asia itu dengan lembut menidurkan seorang balita yang kini terisak dalam dekapannya.

"Presdir?"

"Siapa yang mengijinkanmu masuk?" Suara itu terdengar dingin, air wajah sang Presdir langsung mengeras hingga membuat Hana refleks memundurkan langkahnya.

Pria itu akan membentak Hana, tapi tangisan balita dari dekapananya langsung merubah air muka Presdir Jung.

"Sajangnim saya minta maaf ... Saya, saya---" Hana tercekat.

Ia menatap sosok balita itu yang menangis keras memanggil-manggil Eomma-nya.

"Eomma sedang bekerja, sayang. Jangan menangis."

Dia Jung Jaehyun, seorang pewaris muda Louisa Group yang baru saja mengalami perceraian. Hana tidak tahu bahwa Presdir Jung semuda ini, Hana kira pria itu sudah dewasa, tapi saat melihat wajah halusnya yang kesusahan menenangkan anaknya, Hana tahu bahwa Jung Jaehyun masih belum terbiasa menggendong anak kecil.

"Biar saya saja, Sajangnim."

"Jangan sentuh!" Jaehyun berteriak keras hinggga membuat tangisan anaknya kian menggema.

Tetesan keringat mulai membasahi wajah Jaehyun. Tangan Hana gatal ingin menenangkan balita yang kira-kira baru berumur 2 tahun itu. Hana tahu anak itu masih menangis karena cara Jaehyun menggendong anaknya salah. Dengan menjinjit, Hana merampas anak itu dari tangan Jaehyun.

"Cup-cup.... Sayang, jangan menangis." Hana menimang-nimang balita laki-laki itu hingga tangisnya yang keras, mulai sedikit mereda. Ia bahkan sengaja menghindar ketika tangan Jaehyun ingin menangih anaknya.

"Sajangnim, biar saya saja, tolong kemarikan susunya." Hana menunjuk botol susu yang ada di meja.

Karena Jaehyun hanya diam, Hana berjalan sendiri mengambil botol susu itu lalu memberikannya ke si kecil berwajah tampan yang masih terisak dalam dekapan Hana.

"Ayo, minum susunya nanti Noona temani jalan-jalan."

Anak itu terdiam sebentar, memperhatikan wajah Hana, lalu dengan hati-hati ia meminum susu yang ada dalam botol.

"Sepertinya dia haus, Sajangnim. Mungkin nanti bisa dibiasakan untuk minum dalam gelas."

"Kemarikan anakku." Suara Jaehyun sarat akan perintah.

Hana hendak mengembalikan balita kecil itu, tapi balita itu malah melilitkan kaki-kaki mungilnya di pinggang Hana. "Sirhoyo ... Appa jahat!"

"Tidak, Jae Han. Noona itu orang asing."

Jae Han masih meringkuk dalam dekapan Hana, ia menggeleng-gelengkan wajahnya samar hingga mau tidak mau Hana berusaha menenangkannya lagi.

"Sajangnim, biar Tuan muda Jae Han saja yang menggendongnya. Setelah tidur, saya akan meletakkannya di ranjang."

"Siapa kau sebenarnya?"

"Saya Hwang Hana, saya datang untuk interview."

Jaehyun menyeringai tipis, "Nona Hwang, kau tidak diterima."

"Sajangnim ..."

"Saya tidak mempekerjakan orang yang suka mencampuri urusan orang lain. Kemarikan anak saya, dan silakan keluar dari ruangan ini."

Gimana nih? Lanjut?

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

230 88 6
Jangan lupa Follow sebelum membaca yaa!! ⋆。‧˚ʚɞ˚‧。⋆ Keluarga Wrahaspati, keluarga yang dikenal terpandang karena seluruh ke...
764K 47.1K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
1.4M 19.5K 48
ON GOING SAMBIL DI REVISI PELAN-PELAN. Start 18 November 2023. End? Cerita bertema 🔞, Kalau gak cocok bisa cari cerita yang lain terimakasih. Mars...
867K 101K 62
[COMPLETED] "Let's stop seeing and texting each other... and if by chance we met in the street, let's pretend like we didn't know each other." Start...