Mengapa Harus Jumpa

Od farvidkar

6.3M 356K 7.7K

Kalau saja saat itu Keano tidak mengeluarkannya di dalam, kalau saja saat itu Raya tidak mengaku hamil, kalau... Viac

Prolog
1
2
3
4
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40 END
Epilog

5

228K 13.8K 552
Od farvidkar


            Diminta balikan? Raya menggeleng dengan cepat. Dengan seenak jidat Keano mengajaknya balikan. Mulut pria itu juga luwes, mengatakan 'mau balikan?' tanpa berpikir dua kali. Melihat wajah pria itu saja membuat Raya naik darah. Apalagi balikan dengan pria itu, tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk memaafkan orang yang membuatnya kecewa.

"Mending kamu pergi deh, aku gak mau bicara sama kamu" usir Raya. Keano menggeleng. Pria itu memilih menyandarkan tubuhnya ke kursi dan duduk manis menatap Raya. Sedangkan yang ditatap menunjukkan wajah tidak suka. Kali ini Raya tidak ciut, dia membalas tatapan Keano. Mereka hanya diam saling tatap-tatapan. Raya jadi teringat betapa manisnya wajah Keano. Dulu pertama kali ditatap pria itu langsung membuat Raya ngeblush. Dan sekarang? Mati-matian Raya memasang wajah datar menutupi kegugupannya.

"Oke, kalau kamu gak mau pergi mending aku yang pergi. Bye!"

Raya mengambil tasnya. Dia bersiap-siap angkat kaki dari ruangannya sendiri. Padahal Raya tidak sungguh-sungguh akan pergi, dia berharap Keano mengalah dan meninggalkan tempat itu. Alhasil pria itu malah terlihat tidak mau beranjak dari duduknya.

Keano sendiri hanya tersenyum sambil menatap wanita itu. Membiarkan wanita itu mengoceh tidak jelas, Keano tebak pasti Raya sedang menyumpahinya. Keano membiarkan Raya membereskan tasnya hingga wanita itu berdiri di ambang pintu. Raya berhenti dan menatapnya tajam.

"Kalau kamu sudah mau pergi jangan lupa matiin lampu dan tutup pintunya" kata Raya ketus. Keano mengangguk dan mengacungkan jempolnya. Raya mendesah sebal dan pergi begitu saja. Hal itu membuat Keano tertawa tak henti-hentinya. Dia punya kelebihan membuat Raya kesal.

Raya keluar dari café dan masih saja mengoceh. Dia marah pada pria itu yang tidak peka. Padahal dulu Keano sangat peka, Raya jadi heran kalau sejak putus Keano jadi sering memakan buntut Kambing, makanya otak pria itu cetek. Mobil Raya terparkir tidak rapih, itu semua karena ulah Keano yang pura-pura pinsan. Raya masuk dan membanting pintu mobil dengan kesal. Tiba-tiba orang yang membuatnya kesal malah ikutan masuk ke dalam mobil. Keano duduk di samping kursi kemudi.

"Siapa yang ngijinin kamu masuk? Sana keluar!" usir Raya lagi. Di mana Keano berada, selalu diusir oleh wanita itu.

"Lampu sudah aku matiin, pintu juga sudah aku tutup" lapor Keano, pria itu memakai seat belt dan menyandarkan tubuhnya. Seolah-olah dia tidak akan beranjak dari tempat itu.

Raya mengacak rambutnya kesal. Diusirpun tidak mempan. Keano selalu saja tengil, makanya banyak wanita yang terpesona padanya. Dosa apa Raya pernah pacaran dengan pria itu. Kini Raya menerawang masa mudanya yang dengan bodohnya mengangguk saat ditembak pria itu.

"Kamu mau ngomong apa? Cepetan" kata Raya lelah. Wanita itu menatap Keano dari samping. Melihat Keano yang malah menyenderkan sikunya di pintu mobil sambil menopang kepala, Raya malah membuang muka. Raya merutuki pria itu yang sedang menggodanya.

"Gaya Keano banget" batin Raya.

Pada akhirnya Keano tertawa, dia tahu Raya sedang salah tingkah. Wanita itu lemah kalau terus ditatap olehnya. Dulu, Raya akan memukulnya jika ditatap seperti itu, kata Raya dia malu. Sekarang Raya malah membuang muka, tapi Keano tahu wanita itu tetap malu karena pipinya yang memerah.

"Mau balikan?" tanya Keano lagi. Raya menggeleng. Keano membuang nafasnya berat. Sudah dia duga, tidak gampang mengambil hati Raya lagi. Raya sudah dewasa dan bukan anak-anak lagi, dulu dengan mudahnya Keano menggoda Raya. Mengambil hati wanita itu dalam beberapa bulan. Sekarang sepertinya akan membutuhkan waktu lebih.

"Kamu trauma pacaran sama aku?" tanya Keano memastikan. Raya menatap pria itu sekilas kemudian tertawa sinis.

"Pertanyaan macam apa itu?" batin Raya.

"Bahasa kamu gak banget" kata Raya. Dia geli mendengar kata 'trauma'. Keano tersenyum, tetapi seperti ada yang membuatnya ganjal. Bukannya senang mendapat tanggapan Raya, tetapi dia tahu wanita itu masih mempermasalahkan masalah lama mereka.

Terakhir kali mereka bertengkar karena Raya hamil. Keano masih labil, dia ingin berkarir dan diumur muda itu dia belum siap menjalin hubungan rumah tangga. Keano sendiri mengakui dirinya salah karena dengan gamblang menyuruh Raya menggugurkan kandungannya. Keano juga mengatakan dia tidak siap menjadi seorang ayah untuk anak itu. sejak itulah Raya perlahan mundur, Keano ingat ekspresi wajah Raya yang menunjukkan kekecewaannya. Raya tidak mau menemuinya lagi, tak lama setelah itu Raya pindah ke luar negeri.

"Sekarang aku sudah mapan, aku siap diberi tanggung jawab sama kamu" kata Keano mantap. Dia punya pekerjaan yang bagus, pendapatannya juga bisa membiayai Raya dan anak-anak mereka kelak. Keano juga sudah memiliki rumah untuk menampung Raya dan anak-anak mereka nanti.

Raya menatap pria itu tidak percaya. Keano mengajaknya balikan, menikah, atau mengajaknya untuk punya anak? Raya bingung sendiri menghadapi pria itu.

"Aku juga sudah mapan, tidak berkekurangan dan kalau aku ingin mencari orang untuk diberi tanggung jawab kayaknya bukan kamu deh. Kamu sudah masuk daftar blacklist aku" jelas Raya penuh penekanan pada kata 'blacklist'.

"Bisa gak kamu beri aku kesempatan lagi?" tanya Keano serius. Dia sungguh-sungguh ingin mendapatkan kesempatan kedua. Keano menunggu saat-saat seperti ini, sudah lama dia menantikan kesempatan bertemu wanita itu. Dia sadar telah salah karena membuang kesempatan yang mungkin tidak akan datang lagi.

Kali ini dia menatap Raya penuh harapan. Keano yang serius sangat kentara jelas di mata Raya. Raya tahu pria itu menanggapi ucapannya tadi dengan serius hingga dibawa ke hati.

"Gak, gak ada kesempatan sama sekali buat kamu. Aku gak mau ngasih kesempatan hanya untuk kamu sia-siain. Buat apa buang-buang waktu untuk kamu yang masih tanda tanya. Sampai sekarangpun aku gak percaya sama kamu Keano. Bisa aja kamu datang hanya untuk nebus dosa kamu yang lalu" kata Raya tajam.

Keano memejamkan matanya. Kenapa perkataan wanita itu sangat tajam. Keano mengambil nafas panjang dan membuangnya perlahan. Kemudian dia menatap Raya sendu.

"Aku sakit Raya. Umur aku gak panjang, sebentar lagi aku bakalan mati" ucap Keano parau. Raya menegakkan tubuhnya dan menatap Keano seolah tak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Kamu serius Ken? Kamu sakit apa? Please jangan ngomong begitu ke aku" kata Raya pelan. Bahkan Raya sampai menyentuh bahu Keano meminta penjelasan lebih.

Keano menatap Raya dalam. Wanita itu masih peduli padanya. Dia melihat Raya yang dulu. Raya tetaplah Raya, mungkin Raya bukanlah wanita tercantik di dunia tetapi hal menarik yang Keano temui pada diri wanita itu yang tak akan pernah Keano temui pada wanita lain.

"Aku sakit hati karena kamu nolak balikan. Aku bisa mati kalau gak balikan dengan kamu lagi"

Stok oksigen di paru-paru Raya berkurang. Dia terbodohi lagi. Saking kesalnya Raya sampai menjambak rambut Keano. Dia tidak peduli pria itu akan kesakitan atau rambutnya rontok. Bisa-bisanya Keano berakting seperti pemenang Oscar. Raya bahkan sempat percaya dan ikutan sedih. Kini Raya tahu pria itu hanya sedang mengetesnya saja.

"Kamu pikir itu lelucon bagus hah?! Aku benci kamu! Pokoknya aku benci! Benci banget!" omel Raya masih dengan tangan yang menjambak rambut Keano.

"Maaf! maaf! Sakit tau! Lepasin dulu tangan kamu yaa! Aduh!" Keano berbicara tidak jelas. Rambutnya ditarik bahkan kepalanya sampai ikutan ditarik-tarik. Untungnya mereka sedang berada di dalam mobil, jika ada yang melihat aksi mereka, Keano bisa disangka 'laki-laki takut istri'.

"Aku masih kesal! Aku kira kamu bakalan mati! Aku benci kamu Ken!" omel Raya. Keano mendengar nama panggilannya disebut. Dia ingin Raya terus memanggil nama panggilan itu.

Keano menahan tangan Raya. Dia menggenggam tangan Raya pelan. Sambil tersenyum Keano mengatakan kata-kata yang selama ini ingin dia katakan pada Raya.

"Sudah lima tahun, tapi aku masih cinta kamu"

Raya diam, hatinya terketuk. Kenapa pula pria itu menyatakan perasaannya di saat-saat seperti ini. Raya memang juga cinta pada Keano, tetapi itu dulu. Lima tahun belakangan ini Raya mencoba melupakan pria itu. tetapi jika Keano kembali muncul, Raya tidak tahu apakah hatinya akan kembali seperti lalu. Pasalnya Raya tidak yakin dia telah berhasil melupakan Keano atau tidak.

"Sudah deh jangan kebanyakan gombal. Aku mau pulang, mending kamu turun" usir Raya. Wanita itu tidak menatap Keano dan memilih menatap lurus ke depan. Entah kenapa dia tidak punya nyali menatap Keano, mungkin Raya malu.

Keano menyalakan tape, memutar lagu western. Raya mendengus sebal. Pasti tidak akan turun. Dengan berat hati Raya melajukan mobilnya. Membiarkan Keano tersenyum menang.

Belum juga mobil melaju jauh, Raya mengerem kaget mobilnya. Tangan wanita itu refleks menyilang di depan dadanya dan menatap Keano marah.

"Mau nyentuh apa kamu?! Jangan macam-macam!" kata Raya tajam.

Keano menahan tawanya. Kemudian dia menarik seat belt Raya dan memasangkannya. Raya membuang muka, kini wanita itu sedang mencari tempat persembunyian yang tepat untuk menaruh mukanya yang memerah menahan malu.

"Kamu mikirin apa sih? Kamu pikir aku mau grepe-grepe kamu yaa? Kalau udah dapat izin sih baru aku berani" oceh Keano sengaja memanas-manasi Raya.

Di mobil tidak ada yang angkat bicara, Keano mengamati bagaimana perkembangan wanita itu menyetir. Apalagi dulu dia hampir saja ditabrak wanita itu. Dalam mobil Raya juga sangat bersih, tetapi tidak banyak aksesoris seperti wanita pada umumnya. Baunya juga wangi. Tiba-tiba mobil Raya menepi ke pinggir jalan.

"Kamu naik ke tangga ini, jalan ke arah sana. Di sana ada halte busway. Kamu bisakan naik busway sendirian? Pasti bisa, karena kamu sudah gede"

Keano menahan tawa, dia seperti sedang diajari berjalan oleh Raya. Dengan senang hati Keano turun dari mobil wanita itu. Sebelum menutup pintu Raya memanggil nama pria itu lagi sehingga membuat Keano menatap wanita itu.

"Kamu gak beneran sakit parahkan? Maksud aku yang tadi cuma bercanda?" tanya Raya. Keano menahan senyum.

"Aku gak mungkin minta balikan kalau sakit parah. Aku gak mau kamu nantinya malah urusin aku yang sakit-sakitan. Kenapa? Kamu khawatir yaa?" blush, Raya ketahuan.

Pokračovať v čítaní

You'll Also Like

Laksana [END] Od Diana Novyta

Tínedžerská beletria

160K 18.4K 39
Wajah datar dan kaku menghiasi hari-hariku selama 2 tahun terakhir. Ini adalah bentuk pertahanan diri, agar orang lain tidak memandangku dengan tatap...
6.2M 319K 73
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
8.6M 570K 59
Ara hanyalah seorang gadis biasa-biasa saja. Usianya baru 17 tahun. Pelajar, dan punya dua sahabat yang sangat populer di sekolah. Yang mereka tidak...
910K 165K 83
"Harusnya kamu marah dan mutusin aku! Bukan malah ngajak aku pulang bareng!" Jeritan itu hanya bisa Bearly keluarkan dalam hati saat Agam tahu dia ti...