Mimpi (✔)

By rvnwr02_

19.6K 960 63

Mimpi.., Apa yang kalian bayangkan tentang mimpi? Cita-cita? Bunga tidur? Atau yang lainnya!? Apapun definisi... More

Prolog
Bagian I
Bagian II
Bagian III
Bagian IV
Bagian V
Bagian VI
Bagian VII
Bagian VIII
Bagian IX
Bagian X
Bagian XI
Bagian XII
Bagian XIII
Bagian XIV
Bagian XV
Bagian XVI
Bagian XVII
Bagian XVIII
EPILOG
Bagian Extra
Bagian Plus-Plus 😆

Bagian XIX [SELESAI]

571 31 0
By rvnwr02_

"Bangun Attaya! Hari ini pertama kamu masuk sekolah.. Bener-bener ya ini anak, Cepat Attaya Bangun!"

Attaya berkedip beberapa kali. Retinanya menangkap wajah kesal mamanya yang sedang mengguncangkan tubuhnya berkali-kali. Ia mengerang kesal lantas menarik selimutnya lebih tinggi, bersiap melanjutkan mimpi indahnya.

Tunggu, mama?

Attaya segera menyibakan selimutnya, mencari mamanya yang baru saja kembali dengan gayung ditangannya.

"MAMA!" pekik Attaya keras lalu berlari untuk memeluk mamahnya. Saat tubuh mamanya yang berontak minta dilepaskan, Attaya justru tersenyum senang. Itu artinya ia telah pulang, ia telah kembali kedunia nyatanya.

"mama, Attaya kangen." Attaya semakin mengeratkan pelukannya, tak peduli dengan mamanya yang berseru minta dilepaskan.

"kamu kenapa aneh gini sih, lepasin Attaya. Mama harus bikin sarapan." ucap sambil Mawar menggerakan semua badannya, apapun itu ia berusaha untuk melepaskan dirinya dari pelukan sangat erat putrinya itu.

Attaya menggelengkan kepalanya, "nggak mau Atta kangen sama mama. Mama jahat sama sekali nggak nanya keadaan Attaya, padahal Attaya udah bertarung buat ngalahin Dreamor dan ngebebasin dunia mimpi. Atta sempet takut gak bisa ketemu sama mama, papa sama bang arsen lagi. Attaya rindu kalian."

Mawar mengeryitkan dahinya, berpikir keras apa yang sudah membuat anaknya mejadi aneh seperti ini. Padahal kemarin malam ia sedang merajuk karena ulah jail sepupupnya, Rio.
"kamu masih ngelindur ya?"

Attaya menggelengkan kepalanya. Membuat Attaya melotot lalu melepaskan pelukan itu secara paksa. "kamu.. Gila ya?"

"mama.."

*-*

".. Bayangin gue dengan segala sifat jelek gue yang harus nyelesain kisah yang gue lupa bahkan buat judulnya juga. Gue harus pergi ke lembah mimpi, mengelilingi dunia minpi buat tahu keinginan mereka diakhir cerita yang gue buat. Beruntungnya Devan setia nemenin gue dari awal sampe akhir petualangan di dunia mimpi."

Cerita Attaya mengambang untuk mengambil nafas. Selanjutnya sorotnya yang tadi menggebu untuk bercerita ke Rio dan Via yang dihadapannya menjadi sedih. Ia akan menceritakan bagian sedihnya, jadi ia harus bersiap untuk itu.

"sayangnya, dia harus pergi saat semua menjadi mudah. Dia pergi karena tugasnya yang udah selelsai. Dan gue nggak tahu apa gue akan bertemu lagi sama dia. Gue nggak tahu apa gie bakal ketemu lagi sama sosok seperti dia. Gue nggak tahu lagi apa gue akan jatuh cinta lagi." lanjut Attaya sedih. Ia hanya mengaduk-ngaduk jus buah didepannya, tanpa minat untuk diminum.

Sedangkan Via dan Rio yang mendengar cerita 'mimpi' Attaya hanya mengangguk tak peduli. Terbiasa dengan tingkah nyeleneh Attaya yang kadang bisa diluar logika, membuat mereka memaklumi sifat Attaya yang satu ini.

Yaa.. Anggap aja dia lagi belajar akting. Pikir Via dan Rio, untuk mempersingkatnya.

Keadaan kantin ini sangat ramai, terlebih hari ini adalah hari pertama mereka sekolah setelah liburan panjang. Membuat kegiatan belajar mengajarpun sedikit terkendala, karena guru-guru masih mengadakan rapat awal semester.

Attaya sendiri tahu, ceritanya pasti hanya dianggap lelucon semata. Tadi pagi saat Attaya menceritakan kisahnya pada Anggota keluarganya, mereka semua tertawa. Bahkan abangnya-Arsen pun ikut tertawa terbahak-bahak bersama kedua orang tuanya. Dan kali ini, saat ia menceritakannya pada sepupu dan sahabatnya, mereka hanya mengangguk tak minat menanggapi.

Sungguh Attaya tahu, ceritanya hanya dianggap omong kosong. Tapi bukan Attaya kalau peduli, jadi ia melanjutkan ceritanya pada Rio dan Via.

"belum lagi gue harus ninggalin Aki yang bijaknya.." dan selanjutnya baik Rio maupun Via menutup kupingnya lagi, jengah mendengar kisah fantasi Attaya.

*-*

Malam ini, Attaya kembali menatap langit malam dari belakang rumahnya. Salah satu rutinitasnya saat didunia mimpi. Sebenarnya Attaya juga masih antara percaya-dan tidak percaya dengan apa yang dialaminya. Memang sangat kekanakan, namun terlalu berarti untuk Attaya lupakan. Tanda bulan sabit itupun masih ada dipergelangan tangan kanan Attaya, menunjukan semburat cahaya yang hanya Attaya saja bisa melihatnya.

Meskipun tidak seindah dan secantik saat didunia mimpi, langit malam tetap menenangkan untuk Attaya. Melihat taburan bintang itu selalu menenangkan hatinya, bulan itu selalu menghangatkan dadanya.

Attaya memejamkan matanya, mengingat setiap jengkal cerita yang ia buat didunia mimpi. Bertemu Devan, Had, Aki dan Vao, bukit mimpi, hutan dengan hewan buas itu, lembah harapan dan pondok nenek Key. Semuanya terekam jelas dalam ingatannya, membuat Attaya kembali merindukan dunia mimpi.

Kini, dipangkuannya sudah ada sebuah buku tebal bersampul coklat yang ia ambil dari gudangnya, yang kata ayahnya itu adalah buku mimpi. Attaya membaca cerita itu dari awal, tersenyum tipis saat melihat tulisannya yang sangat berantakan. Sekarang Attaya mengetahui dan mengerti tentang apa cerita yang ia buat. Sedikit terkejut karena ceritanya sudah rampung selesai. Entah tulisan bersambung siapa yang melengkapinya, melanjutkan tulisan kelewat bagusnya.

Sekarang Attaya paham dua kata berbeda namun bermakna sama. Mimpi dan Harapan.
Keduanya berkaitan erat. Attaya telah mengalami disaat pentingnya untuk bermimpi dan hebatnya kekuatan harapan. Itu sangat menakjubkan jika dibarengi dengan usaha dan kerja keras. Ditambah sedikit keajaiban.

Namun, masih ada satu harapan Attaya yang belum terwujud. Atau mungkin saking tidak mungkinnya, harapan itu tidak akan pernah terwujud. Bertemu sosok malaikat yang setia membantunya dan parahnya membuatnya jatuh hati. Devan.

Karena teriakan mamahnya yang membahana padahal jaraknya jauh, menyuruhnya untuk bergegas tidur. Setelah cuci kaki, tangan, muka dan gosok gigi, Attaga juga sudah membaca doa. Attaya menarik selimutnya, bersiap untuk menjemput mimpi lebih indahnya. Dan saat Attaya menutup matanya, ia menyelipkan sebuah doa dalam hatinya. Mengucapkan sejumput harapannya untuk bertemu Devan. Barang satu menitpun.

*-*

Lantai bersih itu telah sepi. Koridor itu telah lengang. Membuat nafas Attaya semakin habis karena harus berlari menuju kelasnya yang diujung sana. Sial, kenapa kekuatan itu menghilang. Kenapa tidak ikut saja kedunia nyatanya. Bisa ditebak, Attaya akan kembali pada dirinya yang tidak suka berolahraga dan berletih ria.

Tadi pagi Attaya bangun kesiangan, malangnya Attaya harus bareng bersama ayahnya karena abang kulkasnya itu pergi lebih dulu meninggalakan Attaya. Dan jalanan macet itu, mengurung mobil yang ia tumpangi bersama mobil-mobil lainnya.

Beruntungnya, ia tiba didetik-detik terakhi gerbang sekolahnya akan menutup, dan dengan sabar, satpan yang berjaga dipos gerbang itu menunggu Attata untuk masuk sebelum menutupnya.

Masalah lainnya adalah, hari ini wali kelasnya yang terkenal disiplin masuk untuk satu dan lain hal. Attaya mengetahui itu karena grup kelasnya yang ramai mendadak bak pasar malam, menyuruh mempotong rambut, mengguntung kuku bahkan mengelap sepatunya. Rempong sekali. Namun keberuntungan datang dua kali sehari ini pada Attaya, karena saat dirinya masuk kelas yang entah mengapa hening, bu Sukma-wali kelasnya belum ada. Membuatnya bernafas lega karena berhasil terlepas dari hukuman yang akan menantinya.

"ehh anjirr, gue kira lo bu Sukma. Horor banget pas pintu kebuka." itu Bogel, teman sekelasnya yang entah kapan bisa warasnya. Attaya sih lebih memilih untuk mengatur nafasnya, mengambil duduk disamping Via yang juga sama rempongnya dengan teman sekelasnya.

Suasana kembali ramai, teman-teman putrinya kembali bergosip, sedangkan yang cowoknya ber-mabar ria. Attaya menoleh kepada Via yang berbicara kepadanya.

"oke, rambut lo rapih, gigi lo juga bersih. Agak keringetan sih, tapi gak bau-bau amat kok. Oh iya, lo udah rexona-an kan?"

Attaya mendecak kesal, "apaan sih, yang begituan juga dibahas."

"lo bakal dimarahin bu Sukma kalau ketek lo bau. Lo udah bersihin kuping juga kan?"

"apaan sih Vi." ucap Attaya kesal sambil mendorong Via yang sedang mengendus badannya.

Attaya kan nggak sempet pake rexona tadi pagi, bisa berabe kalau Via apalagi bu Sukma tahu kalau Attaya bau ketek.

Ya, mereka berdua sama konyolnya.

Tiba-tiba segala keriuhan yang tercipta dikelas habis seketika, saat dua pintu terbuka kencang. Bu Sukma masuk dengan wajah tegasnya, diikuti murid pria dibelakangnya.

Saat mereka menghadap ke kelas, Attaya melotot sambil berseru kecang.

"DEVAN!!"

~SELESAI~

Seriusan Tamat?
Hooh.. Betulan ini..

Demi apa udah Selesai?
Ngg.. Masih ada Epilog sih.. Kalau mau aku up deh.

Terus.. Udah, gini doang??
Iya, gini doang.. Maafkeun yaww terlalu banyak omong author ini😂

Ya sudah.. Sekian dan Terimakasih semua... Lufyuuuu oll😘

Continue Reading

You'll Also Like

1.2K 96 22
#1 goresan kata sebuah goresan kata luka yang dirasakan setiap orang, mereka yang terlihat bahagia belum sepenuhnya benar benar bahagia, terkadang se...
569 79 5
Hanya kisah dua remaja yang saling memiliki trauma masing masing dan saling memendam rasanya satu sama lain... "Apakah mereka bisa melewati semuanya...
110 86 10
[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Bagaimana jadinya jika seseorang gadis yang selama ini menyimpan perasaannya terhadap orang yang di cintai, tetapi laki-l...
2.7M 61.3K 101
Mungkin kalian juga merasakannya :)