JUNI

By vanillahimalayacat

593K 28.7K 1.4K

[WARNING] [Harap bijak membaca cerita ini. Terima kasih.] Juni adalah seorang perempuan biasa yang tidak jauh... More

= PROLOG =
= SATU =
= DUA =
= TIGA =
= EMPAT =
= LIMA =
= ENAM =
= TUJUH =
= DELAPAN =
= SEMBILAN =
= SEPULUH =
= SEBELAS =
= DUA BELAS =
= TIGA BELAS =
= EMPAT BELAS =
= LIMA BELAS=
= ENAM BELAS =
= TUJUH BELAS =
= DELAPAN BELAS =
= SEMBILAN BELAS =
= DUA PULUH =
= DUA PULUH SATU =
= DUA PULUH DUA =
= DUA PULUH TIGA =
= DUA PULUH EMPAT =
= DUA PULUH LIMA =
~ ANNOUNCEMENT ~
= DUA PULUH ENAM =
= DUA PULUH TUJUH =
= DUA PULUH DELAPAN =
= DUA PULUH SEMBILAN =
= TIGA PULUH =
= TIGA PULUH SATU =
= TIGA PULUH DUA =
= TIGA PULUH TIGA =
= TIGA PULUH EMPAT =
= TIGA PULUH LIMA =
= TIGA PULUH ENAM =
= TIGA PULUH TUJUH =
= TIGA PULUH DELAPAN =
= TIGA PULUH SEMBILAN =
= EMPAT PULUH =
BUKAN UPDATE SIH, TAPI SEKILAS INFO AJA
= EMPAT PULUH SATU =
= EMPAT PULUH DUA =
= EMPAT PULUH EMPAT =
= EMPAT PULUH LIMA =
= EMPAT PULUH ENAM =
= EMPAT PULUH TUJUH =
= EMPAT PULUH DELAPAN =
= EMPAT PULUH SEMBILAN =
= LIMA PULUH =
= LIMA PULUH SATU =
= LIMA PULUH DUA =
= LIMA PULUH TIGA =
= LIMA PULUH EMPAT =
= LIMA PULUH LIMA =
= LIMA PULUH ENAM =
= LIMA PULUH TUJUH =
= LIMA PULUH DELAPAN =
LIMA PULUH SEMBILAN
= EPILOG =

= EMPAT PULUH TIGA =

7.5K 364 53
By vanillahimalayacat

— Before We Know Each Other —
Part 3

***

Mira menggigit perlahan biskuit kacang saat matanya serius melihat seri drama Korea di layar laptopnya. Kali ini dia sedang menonton Heartstring, drama Korea yang baru ia tonton setelah sekian lama bersarang di salah satu folder berisi film-film miliknya.

Saking asyik dan seriusnya menonton, Mira sampai tidak sadar kalau dari tadi ponselnya berbunyi. Baru ada sekitar 10 detik kemudian, ia sadar kalau ponselnya berbunyi. Ia lantas menjeda drama yang ia tonton untuk sekedar mengangkat telepon yang masuk.

Nama Akmal Wijaya terpampang jelas di layar ponselnya.

"Ehem..." Mira berdeham sekilas sebelum mengangkat telepon. "Halo?"

"Hai, Mir." Sapa Akmal di sana.

"Em, hai. Ada apa, Mal? Tumben banget telepon malam-malam gini." Ucap Mira sambil melirik jam dinding yang udah menunjukkan pukul 22.15.

"Em... kemalaman ya aku telepon kamu?" Tanya Akmal dengan nada bersalah.

"Eh, enggak kok! Cuma heran aja. Biasanya kan kalo kamu chat atau telepon gitu nggak sampai semalam ini." Mira menjeda ucapannya. "Jadi... ada apa nih?"

"Hehehe.. iya juga sih ya. Biasanya aku chat atau telepon kamu di bawah pukul 10 malem. Tapi, kali ini aku telepon kamu karena ada hal penting yang pengen aku sampaikan ke kamu."

"Hal penting?" Mira mengernyitkan dahinya.

"Besok... sehabis kelas Manajemen Admin Publik, kamu ada waktu nggak? Aku mau ajak kamu ke suatu tempat nih. " Tanya dan ajak Akmal.

Mira nggak segera menjawab pertanyaan Akmal. Ia kembali mengingat-ingat apakah ia ada acara lain setelah kelas terakhir untuk kuliahnya besok. Dan ia ingat bahwa ia sudah berjanji untuk menemani Juni pergi ke salah satu dokter gigi langganan Juni untuk melepas behel yang dipasangnya. Iya, Juni besok sore akan melepas behel atasnya.

"Em... aku udah ada janji sih sama Juni besok sore mau ke dokter gigi. Gimana dong?"

"Ooh... gitu ya..."

Terdengar nada kecewa berasal dari suara Akmal. Mira menggigit kuku jari telunjuknya merasa nggak enak karena tidak bisa ikut ajakan Akmal. Sebenarnya sih kalau saja ia tidak berjanji dengan Juni, ia ingin sekali ikut dengan Akmal. Tapi, Mira yang emang tipikal tidak bisa ingkar janji, tidak bisa meninggalkan janjinya dengan Juni.

Yaah... sayang banget nggak bisa keluar sama Akmal. Coba aja kalo waktu itu nggak janjian sama Juni...

Ada perasaan menyesal dalam hati Mira saat ia ingat tadi siang Juni mengajaknya ke dokter gigi besok. Ia berandai kalau saja ia menolak Juni, pasti ia bisa bersama dengan Akmal. Ke dokter gigi pasti juga lama karena satu pasien akan ditangani setidaknya kurang lebih 30 menit. Belum lagi nanti antri lama.

"Em... kira-kira sampai malam nggak kamu keluarnya sama Juni?" Tanya Akmal tiba-tiba setelah keheningan.

"Eh?" Mira sedikit mengerjap.

"Iya, kalau semisal nggak sampai malem sih, mungkin kita bisa keluarnya malem gitu."

Mira sekali lagi menimbang ajakan Akmal. Ia mencoba mengkalkulasi berapa lama waktu yang nanti ia habiskan dengan Juni di dokter gigi. Besok ia dan Juni akan ke dokter gigi pukul 16.30. Besok juga hari Kamis, artinya termasuk hari kerja dan menjelang waktu pulang kerja. Jika dilihat dari peluang ia dan Juni datangnya paling awal, bisa disimpulkan Juni akan ditangani oleh dokternya duluan. Dan sebelum maghrib, mereka bisa pulang.

"Kayaknya sih... nggak sampe malem deh." Ucap Mira.

"Yes!! Kalo gitu besok aku jemput jam 7 malam ya ke kosmu?" Tanya Akmal. Terdengar sangat jelas nada suara yang awalnya kecewa, berubah menjadi riang seketika.

"Em, okay..."

Tak lama setelah itu telepon mati. Sebelum menutup teleponnya, Akmal mengucapkan selamat malam untuk Mira. Begitu pula dengan Mira. Dan usai mendapat telepon tersebut, senyum merekah tak lepas dari bibir Mira.

***

Mira menggerakkan kakinya dengan gelisah. Berkali-kali ia melirik jam tangan yang ia kenakan. Sekarang sudah pukul 18.40. Diluar perkiraannya, ternyata ia dan Juni belum selesai dari klinik dokter gigi langganan Juni. Dokter gigi tersebut ternyata datang terlambat karena ada dinas dadakan dari rumah sakit tempatnya bekerja. Alhasil sang dokter baru bisa ke klinik dan sampai tepat pukul 6 sore. Dan sialnya, meski sudah datang awal, Juni mendapatkan nomor antrian ke 3, dan saat ini baru nomor 2 yang masuk ke dalam. Sementara itu, ia juga sudah berjanji akan keluar dengan Akmal malam ini.

"Kenapa sih, Mir?" Tanya Juni yang melihat gelagat cemas Mira.

"Eh? Oh.. nggak kok." Mira tersenyum.

"Kebelet pipis?" Bisik Juni.

"Hah? Nggak kok." Mira menggeleng cepat.

Sembari merasa gelisah, Mira mendengar ada notifikasi masuk ke ponselnya. Ia segera merogoh ke dalam tas dan mengambilnya. Terlihat nama Akmal terpampang di notifikasi dari Line. Aduh... Akmal mau jalan nih kayaknya...

Akmal Wijaya: Aku otw nih ke kosmu. Sekitar 15 menit lagi nyampe.

Mira semakin gelagapan. Ia melirik jamnya lagi. Tepat jam 7 malam, Akmal akan sampai di depan kosnya. Tapi, ia masih di sini. Mira mulai mengambil langkah cepat untuk berpikir. Ia sedang memasang strategi bagaimana ia bisa tetap bertemu Akmal tanpa mengingkari janjinya dengan Juni.

"Kenapa sih?" Bisik Juni lagi.

"O-oh... anu..."

"Kamu gelisah mulu. Beneran kebelet ya?" Tanya Juni.

"Em, sebenernya..."

Belum sempat Mira melanjutkan ucapannya, Juni sudah mendahului lagi.

"Kalau kebelet, ke lantai bawah aja. Toiletnya di bawah. Deket sama meja mbak jaganya." Jelas Juni.

"Eh?"

"Udah sana kalo kebelet buruan turun. Nanti bocor di sini."

Padahal Mira sebenarnya ingin mengatakan kalau dia hendak meninggalkan Juni dan bertemu dengan Akmal. Tapi, setelah ia pikir-pikir lagi, apakah Mira harus bicara dengan Juni terkait ia akan keluar dengan Akmal. Ini kan acara Akmal dan dirinya, bukan dengan Juni juga.

Kayaknya Juni nggak perlu tahu deh.

"Aku ke bawah dulu ya kalo gitu."

Mira lantas bangkit dari duduknya dan berjalan menuju anak tangga. Tangannya dengan cepat membuka chatroom dengan Akmal dan mengetikkan sesuatu di sana.

Niar Miranda : ga usah ke kosku. Ke daerah sini aja.
Niar Miranda : send location.

Mira lantas menutup chatroom dengan Akmal dan berganti membuka kontak telepon. Dengan cepat ia menghubungi seseorang.

"Eh, Ga. Bisa kesini sekarang? Tolong temenin Juni dong."

***

Mira menatap restoran tempatnya berada. Konsep dari tempat itu sangat bagus dan terkesan klasik. Bahkan restoran tersebut sedang memutar Nocturne Op 9 No 2 milik Chopin. Siapapun yang mendengar, pasti langsung merasa suasana romantis cocok sekali dengan lagu tersebut. Dan begitu pula dengan Mira. Dia merasakan nuansa romantis sangat kuat dari restoran tersebut.

Mungkin bukan candle light dinner, tapi kok suasananya romantis gini yaa...

Tak lama, makanan pesanan mereka tiba. Baik Mira maupun Akmal segera menyantap hidangan mereka. Meskipun diikuti rasa kepo Mira karena sebelum makan tadi Akmal sempat bilang akan mengatakan suatu hal padanya saat setelah makan.

Suasana makan yang berlangsung nikmat dan penuh obrolan santai selesai kurang lebih sekitar satu jam. Mira dan Akmal saling bercanda gurau ringan sambil membicarakan banyak hal. Hingga tiba-tiba saja saat ada suatu keheningan, Akmal dengan berani meraih salah satu tangan Mira dan menggenggamnya dengan lembut.

"Em, Mira," jeda Akmal. "Sejujurnya... ada yang ingin aku katakan sama kamu." Aku Akmal.

"Iya?" Meskipun terlihat tenang, sebenarnya jantung Mira sedang berpacu sangat cepat.

"Mungkin menurut kamu apa yang akan aku sampaikan ini terdengar terlalu cepat mengingat baru berapa bulan kita kenal satu sama lain. Tapi, jujur aja. Selama aku mengenal kamu, aku merasakan rasa nyaman dan ada rasa tenang setiap kali aku bersama dengan kamu. Aku nggak tahu pastinya kapan, tapi aku suka sekali dengan senyum manis kamu. Bahkan aku sendiri nggak paham sejak kapan aku mulai mengagumi dan memperhatikanmu lebih. Melebihi perhatian yang aku berikan buat temen cewek lainnya.

Dan aku juga merasa senang sekaligus nyaman ketika kamu juga memberikan perhatian padaku. Bercanda bersama. Tertawa bersama. Dan hal-hal remeh yang terdengar biasa bagi orang lain, tapi bagiku itu pengalaman yang seru dan menyenangkan. Bersama kamu, aku mengetahui banyak hal baru dan luar biasa. Bersama kamu juga, aku merasakan kenyamanan dalam hatiku."

Akmal menjeda ucapannya. Kini kedua tangannya menggenggam jari-jari Mira dan menautkannya jadi satu. Terlihat Akmal menarik napas sejenak lalu menghembuskannya perlahan. Mata gelapnya menatap lurus pada manik milik Mira.

"Mir, maukah kamu jadi pacarku?" Tanya Akmal.

Mira menahan napas semenjak kedua tangannya digenggam oleh Akmal. Hatinya udah berdebar tak karuan saat ini. Pertanyaan singkat yang keluar dari bibir Akmal membuat otaknya sulit berpikir. Sejenak ia merasa blank. Beberapa detik kemudian setelah mengerjapkan mata berkali-kali, barulah Mira tersadar. Ia melihat Akmal sedang menatapnya dengan teduh dan senyum lembut yang merekah. Terlihat sekali bahwa Akmal sedang menunggu jawaban darinya. Ekspresi Akmal di depannya membuat suasana hati Mira menjadi hangat.

Dengan mengambil napas sejenak, Mira tersenyum kecil. "Iya. Aku mau."

***

Juni menghentikan aktivitas tulisnya setelah mendengarkan apa yang baru saja Mira sampaikan di depannya dan Ega. Ia segera menoleh dan menatap Mira yang sedang senyum-senyum malu pasca menceritakan bahwa kini ia sudah resmi berpacaran dengan Akmal.

"Ooh... Pantes kemarin teleponin aku supaya gantian nungguin Juni. Ternyata udah janjian ngedate sama Akmal ya!" Ega mencubit pelan hidung Mira karena gemas.

"Aduduuh! Sakit ih!" Protes Mira. "Hehehe... Ya gimana ya. Kan aku kira Juni selesai di dokter giginya nggak sampai maghrib, yaudah aku iyain aja waktu Akmal ngajak keluar pas malamnya." Jelas Mira dengan wajah malu-malu.

"Heleeeh! Yaudah sekarang pokoknya kamu harus kasih pajak jadian kamu sama Akmal. Hanamasa yak! Hahahaha!" Kekeh Ega.

"Itu minta traktir apa ngerampok woy!" Protes Mira.

Juni menaruh bolpoinnya dan menegakkan duduknya. Ia lantas menatap intens pada Mira. Sejujurnya, ia masih kaget dengan berita bahwa Mira telah berpacaran dengan Akmal. Ada rasa sedikit sesak di dadanya, mengingat Akmal adalah cowok pertama yang baru ia suka seumur hidupnya. Tetapi, melihat Mira sebahagia ini, rasanya Juni nggak berhak untuk merasa sedih. Lagipula, Akmal menyukai Mira dan begitu pula Mira. Ia mana ada hak untuk menyampaikan rasa sesaknya pada sahabatnya. Adanya ia akan terkesan sebagai sahabat tak tahu malu.

"Selamat ya, Mir." Ucap Juni tiba-tiba. "Nggak nyangka aja sih kamu akhirnya jadian sama Akmal, hehehehe." Kekeh pelan Juni.

"Semoga kalian berdua langgeng ya hubungannya!" Lanjut cewek pendek tersebut.

Mira yang baru saja mendapat ucapan selamat dari Juni lantas menatap sahabatnya itu. Sesungguhnya, ada perasaan nggak enak menghinggap di hatinya perihal ia dan Akmal telah berpacaran dan Juni mengetahuinya. Tetapi, ia juga tidak bisa mengelak jikabpada akhirnya ia juga jatuh hati pada pesona Akmal Wijaya dan menyimpan perasaan cinta pada cowok itu. Sebersit rasa bersalah itu menghinggap sejenak.

"Iya, Jun. Makasih banyak." Mira tersenyum dengan perasaan bersalah menghinggap di hatinya.

Dan maaf, Jun. Meskipun aku tahu kamu suka Akmal, tetapi justru berakhir aku dan Akmal yang menjalin hubungan...

***

Mira menerawang kejadian saat itu. Matanya kembali berkaca-kaca. Seharusnya saat itu akan lebih baik kalau ia dan Akmal tidak memiliki hubungan apa-apa. Akan lebih baik jika ia membiarkan Juni saja yang berhubungan dengan Akmal. Seharusnya, ia hanya mencari tahu sosok Akmal tanpa melibatkan hatinya.

"Kalau akhirnya jadi begini, lebih baik dulu nggak usah kenal Akmal..."

***

Halooo... ini adalah chapter terakhir part flashback Mira dan Akmal kenapa bisa sampai jadian. Chapter selanjutnya udah pake plot masa sekarang kok. Dan chapter depan akan kembali lanjutin kisah dari chapter 40 kemaren hehehe...

Jangan bosen2 sama cerita ini yaa... dan maaf banget kalo semisal alurnya jadi lambat gini. Tapi, yang pasti, cerita ini bakalan aku selesaiin kok. Kapan? Entahlah hahaha 😂

Oiya, sekali lagi tolong vomment ya kalau kalian suka dengan cerita ini 😊

See you next chapter 😉

Continue Reading

You'll Also Like

16.4M 1.6M 72
Galak, posesif, dominan tapi bucin? SEQUEL MY CHILDISH GIRL (Bisa dibaca terpisah) Urutan baca kisah Gala Riri : My Childish Girl, Bucinable, Gala...
ALVASKA By Ay

Teen Fiction

31.5M 2.2M 49
Β©2021
18.6M 1.4M 133
[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Kamu sakit atau... hamil?" "Kalaupun saya hamil, anak ini tidak akan hidup lama, Bapak ta...
10.8M 914K 63
MENIKAHI SULTAN KAYA RAYAπŸ’Έ Salah satu cara agar cepat menjadi kaya dengan cara yang instan adalah dengan mendapatkan suami yang kaya. Itulah impian...