Aruna

By Kensarind

133K 6.6K 749

Berada di dekatnya membuatku berdebar. Memandang wajahnya yang rupawan membuatku berbinar. Namun sayangnya ci... More

• Aruna •
Aruna#1: Senin Pagi
Aruna#2: Fakta yang Miris
Aruna#3: Perhatian Dirga(1)
Aruna#4: Perhatian Dirga(2)
Aruna#5: Deva si Baik Hati
Aruna#6: Baju Olahraga
Aruna#7: Dunia Sempit
Aruna#8: Aruna dan Harapannya yang Patah
Aruna#9: Deva dan Ice Cream
Aruna#10: Hujan Bersama Dirga
Aruna#11: Aruna Demam
Aruna#12: Selamat Malam, Dirga
Aruna#13: Nyaris Putus
Aruna#14: Datang Bulan
Aruna#15: Pergi ke Makam
Aruna#16: Jadi Penasaran
Aruna#17: Girls Talk
Aruna#18: Make up by Kintan
Aruna#19: Aruna Kecewa
Aruna#20: Kehidupan Aruna
Aruna#21: Selalu Terhina
Aruna#22: Fakta Baru
Aruna#23: Dia Kembali
Aruna#24: Telah Berubah
Aruna#25: Jarak
Aruna#26: Terasa Asing
Aruna#27: Tidak Perlu Tahu
Aruna#28: Kenyataan yang Sesungguhnya
Aruna#30: Hati yang Tersakiti
Aruna#31: Aruna-Dirga Putus
Aruna#32: Yang Sebenarnya
Aruna#33: Deva dan Bianglala
Aruna#34: Dirga itu ... Membingungkan
Aruna#35: Menunggu Waktu
Aruna#36: Deva dan Diandra
Aruna#37: Rambut Baru
Aruna#38: Pengakuan Deva
Aruna#39: Sisi Manis Dirga
Aruna#40: Dirga-Deva Berantem
Aruna#41: Perlahan Menyadari
Aruna#42: Berdamai
Aruna#43.1: Sebuah Akhir
Aruna#43.2: Sebuah Akhir[End]
Extra Part
Cerita Baru

Aruna#29: Sendu dimalam Tahun Baru

2.2K 127 7
By Kensarind

Happy birthday to my one and only ceriwis sister♥♥♥

Aruna Niesha

******

DIRGA bersiap keluar dari kamar untuk pergi ke rumah Aruna untuk memenuhi undangan Sarah, untuk ikut makan malam perayaan ulang tahun Inara. Tak mungkin Dirga bisa menolaknya karena ia terlalu menyegani Sarah dan juga menyayangi Inara yang sudah seperti adiknya sendiri. Seperti tahun kemarin, Dirga juga sudah menyiapkan beberapa kado untuk Inara nanti.

Baru saja hendak mencapai kenop pintu, ponselnya berdering. Menampilkan sederet nomor yang tak dikenalnya. Tanpa pikir panjang Dirga menerima panggilan itu.

"Ha... hallo Ga," seru seseorang di seberang sana dengan suara terbata. Dirga hafal sekali suara siapa itu dan kemungkinan yang terjadi dengan orang itu pun sudah terlintas dikepalanya.

"Lo kenapa Di?"

"Dir... ga, t-to...long aku. As-ma a-aku kam...buh." Diandra berusaha menyelesaikan kalimatnya dengan susah payah karena napasnya yang sesak.

Dirga mengusap wajahnya gusar. Sial sekali mengapa Diandra harus menghubunginya disaat penyakit cewek itu kambuh? Membuatnya tak punya pilihan lain.

"Lo di mana?" tanya Dirga, akhirnya.

Sambungan telepon terputus setelah Diandra menyebutkan alamat apartemen lengkap dengan nomor kamarnya.

Mungkin setelah ini Dirga harusnya menyesali keputusannya.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam dan Aruna beserta bundanya sudah siap menata meja makan kecil mereka dengan beberapa menu hidangan kesukaan Inara dan Aruna selipkan juga menu ayam kecap kesukaan Dirga yang spesial ia masak sendiri. Tadi sepulang dari kafe bersama Diandra, Aruna berusaha untuk tetap terlihat ceria membantu bundanya memasak dan membuat kue. Bundanya juga mengatakan jika bundanya mengundang Dirga dan cowok itu katanya akan datang.

"Wah makasih ya Bunda sama kak Runa udah buat makan malam spesial buat ulang tahun Nara," kata Inara yang baru saja datang, sebelumnya adiknya itu tengah berdandan ala-ala di kamar.

"Cuma ini yang bisa Bunda dan Kakak kamu kasih untuk kamu Nak," kata Sarah, "Bunda gak punya uang buat bikin perayaan besar ataupun makan malam di luar."

"Bunda mah ini aja Nara udah seneng. Apalagi Bunda ngundang bang Dirga," seru Inara dengan cekikikan.

Sementara Sarah dan Aruna hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Inara yang sedang berputar-putar memamerkan gaun barunya yang bewarna putih.

"Kak Runa, telponin bang Dirga dong. Udah jam tujuh ini tapi kok bang Dirga belum datang juga," kata Inara yang menggoyang-goyangkan lengan Aruna tak sabaran.

"Sabar atuh Nar, nanti juga Dirga datang. Mungkin masih kejebak macet," sahut Sarah yang baru saja menaruh potongan buah di atas meja.

"Tapi Nara udah gak sabar pengen bang Dirga cepet datang."

"Yaudah iya Kakak ambil hape di kamar dulu ya." Inara mengangguk senang sementara Aruna melesat masuk ke dalam kamarnya.

Setiba di kamar ia langsung mengambil ponselnya yang terletak di atas tempat tidur.

Segera mendial kontak Dirga. Butuh waktu beberapa detik hingga akhirnya diangkat.

"Hallo Ga...."

"Hai Runa."

Sapaan ceria di seberang sana membuat Aruna mematung. Hatinya berdetak tak keruan. Bagaimana bisa?

"Di-Diandra...."

Terdengar tawa merdu Diandra. "Ternyata lo hafal ya suara gue," katanya, "jadi ada perlu apa nelpon Dirga?"

"Dirga mana? Aku mau bicara sama Dirga."

"Apasih sok banget," ketus Diandra, "Dirga gak ada. Dia lagi keluar beliin pesanan gue. Tau gak Dirga sama gue lagi di mana?"

Aruna menarik napasnya dalam. Mencoba untuk tenang menghadapi Diandra.

"Kenapa diem? Lagi nyiapin hati ya buat denger omongan gue selanjutnya?" Diandra tertawa sarkas, "Dirga lagi di apartemen gue dan ya kita bakal ngelewatin malam pergantian tahun bareng. Cuma berdua." Diandra menekankan dua kata terkahirnya.

Aruna tak sanggup lagi. Ia segera memutus panggilan. Air matanya langsung turun membasahi pipinya.

Ia memang lugu tapi tak sebodoh itu untuk memahami maksud Diandra. Hanya berdua di dalam apartemen? Apa-apaan ini?

Hatinya hancur di saat ia ingin mempertahankan Dirga setelah tahu jika Diandra bukanlah cewek yang pantas untuk Dirga. Diandra terlalu sombong dan egois. Jika pun bukan dirinya, ia ingin Dirga bersama cewek yang baik dan mencintai cowok itu bukan hanya sekedar obsesi.

Mungkin benar kata Diandra jika Dirga masih mencitai Diandra. Dirga hanya bingung bagaimana cara untuk melepaskannya, sehingga diam-diam cowok itu menemui dan bersama Diandra disaat dia sendiri berjanji pada bundanya untuk datang malam ini.

Aruna ingin melepaskan tangisnya saat ini juga yapi bunda dan adiknya tengah menunggunya. Dengan berat hati Aruna keluar kamar dengan lebih dulu mengusap air matanya.

"Kak Runa, bang Dirga bilang apa? Udah di jalan 'kan?" tanya Inara yang langsung merongrongnya ketika ia baru duduk di kursi makan.

"Kak Runa kok diem aja sih? Jawab dong," todong Inara.

"Apasih Nar!" Aruna tak sengaja meninggikan suaranya, membuat Inara terhenyak begitupun bundanya. "Dirga gak akan datang. Dia sibuk jadi berhenti nanya-nanyain dia."

"Runa...." tegur Sarah.

Aruna tersentak. Dilihatnya Inara yang terdiam dengan kepala tertunduk. Pasti adiknya itu sedih karena ia membentaknya.

Aruna menghela napasnya gusar, ia merasa bersalah karena tak seharusnya menjadikan Inara---yang tak tahu apa-apa---menjadi pelampiasan dari kegundahan hatinya. Sungguh ia tak bermaksud membentak Inara, hanya saja ia yang masih terbawa emosi sehingga tak bisa mengendalikannya.

"Nara, maafin Kakak," lirih Aruna tanpa suara.

***

Diandra tersenyum puas dan langsung meletakkan kembali ponsel Dirga di tempat semula setelah sebelumnya ia menghapus panggilan masuk dari Aruna.

Jujur ini semua di luar rencananya. Ia hanya ingin mengetes masihkah Dirga peduli padanya ketika tadi ia berpura-pura asmanya kambuh. Dan ya Diandra merasa di atas angin karena tak butuh waktu sepuluh menit kemudian Dirga sudah berada di dalam apartemennya setelah sebelumnya ia memberikan password-nya pada Dirga.

Ternyata dugaanya selama ini benar, Dirga masih sebegitu peduli dan artinya cowok itu pun masih mencintainya.

Untung saja Dirga tak tahu jika ia tadi hanya berpura-pura.

Dan setelah ia terlihat membaik dan napasnya sudah kembali normal, Dirga pergi keluar untuk membelikannya makanan.

Dan seakan dewi fortuna sedang berpihak padanya, Dirga lupa membawa ponsel dan meninggalkannya di atas sofa. Bertepatan dengan itu Aruna menelepon dan jadilah kebohongah dadakan itu keluar begitu saja.

Pasti saat ini cewek itu tengah menangis tersedu-sedu dan memikirkan ulang perkataanya siang tadi. Baguslah dengan begini pasti cewek itu akan mundur perlahan.

Karena memang sudah seharusnya cewek itu sadar diri dan mundur dari hidup Dirga. Karena hanya dirinyalah, hanya Diandra Aradilla yang boleh menjadi bagian dari hidup Dirga.

Pintu kamar terbuka dan Diandra langsung berakting seperti orang yang terlihat lemah untuk menarik perhatian Dirga.

"Udah mendingan 'kan?" tanyanya datar, "kalau gitu gue bisa balik sekarang. Itu makanan lo, terserah mau dimakan atau enggak."

"Ga." Diandra menahan pergelangan tangan Dirga. "Jangan tinggalin aku. Aku takut," katanya dengan nada lemah.

"Apanya yang takut? Kalau kambuh lagi obat lo ada di situ." Dirga menggidikkan dagunya ke arah inhaler Diandra yang dia taruh di atas nakas.

"Ga, please," mohon Diandra, "biasanya kalau aku sakit kamu pasti nemenin aku sampai aku ketiduran. Kamu pasti bakal genggam tangan aku dan akan bilang semuanya akan baik-baik saja."

Tangan Dirga tergepal. Ia tak boleh kalah dengan perasaannya ini. "Cukup Di. Lo tau 'kan semenjak lo pergi semuanya udah gak sama lagi dan gak akan pernah sama lagi," ucapnya dingin sembari melepas cekalan tangan Diandra di tangannya.

***

Semuanya terasa membingungkan untuk Aruna pahami. Jika tadi Diandra mengatakan bahwa Dirga tengah bersamanya dan akan menghabiskan malam pergantian tahun hanya berdua, namun bagaimana mungkin cowok yang menjadi alasan hatinya porak-poranda dan mood-nya buruk itu kini tengah tertawa bersama adiknya, Inara. Mereka berdua sedang bermain kembang api di halaman depan rumahnya.

Jam sembilan tadi Dirga datang dengan membawa banyak kado untuk Inara, membuat adiknya itu langsung tersenyum semringah dan memeluknya sembari berkata,

"Kak Runa nyebelin ih. Aku kira kak Runa serius bilang bang Dirga gak bisa dateng, eh ternyata ini cuma buat aku kesel aja 'kan? Pake segala ngebentak lagi, keren aktingnya Kak. Gih sekalian jadi artis aja Kak."

Sementara Aruna yang mendengarnya hanya bisa tersenyum kikuk, adiknya pikir tadi ia hanya bercanda padahal sesungguhnya itu benar. Ia kira Dirga juga tak akan datang karena sedanf bersama Diandra.

Dan saat ini sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam dan artinya tiga puluh menit lagi tahun akan berganti. Suasana komplek Aruna sangat ramai, kembang api sejak tadi tak henti-hentinya menghiasi langit malam ditambah dengan suara terompet yang terdengar seakan saling bersahutan. Sementara bundanya sudah sejak dua jam lalu pamit tidur karena sudah mengantuk.

Aruna sejak tadi hanya diam dan sesekali menimpali perkataan Inara, selebihnya ia lebih banyak diam. Melihat Inara senang dihari ulang tahunnya saja sudah membuat Aruna jauh lebih senang.

Menit demi menit terus bergulir hingga akhirnya tahun pun telah berganti. Tepat pukul dua belas malam kembang api kian bertabur indah dilangit malam disertai suara terompet yang kian ditiup semangat. Pancaran warna indahnya membuat Aruna diam-diam tersenyum dan menyematkan doa di dalam hatinya agar tahun baru ini akan membawa lebih banyak kebahagian untuknya dan keluarganya. Semoga semua impiannya di tahun ini satu per satu tergapai. Dan hubungannya dan Dirga bisa menemukan titik terang.

Tak pernah Aruna bayangkan bisa melewati malam pergantian tahun dengan Dirga yang berada di sampingnya. Menyaksikan langit yang sama meski dalam diam, namun itu sudah sangat berarti untuk tambahan kenangannya bersama Dirga.

Aruna menoleh, mendapati Dirga yang juga sedang mendongak menatap langit. Sementara Inara sudah jatuh tertidur dipangkuan Dirga sejak sepuluh menit lalu.

Sejak Dirga datang tadi mereka berdua masih saling diam-diaman. Dirga yang terlalu asyik bersama Inara, terlihat mengabaikan keberadaan Aruna seperti biasanya.

"Aku bawa Inara ke kamar dulu ya," kata Aruna memecah keheningan lebih dulu, ia berniat untuk membangungkan Inara, karena menggendong Inara tentu Aruna tak akan kuat.

"Jangan dibangunin, kasihan. Biar aku gendong." Dirga sudah berdiri dan langsung menggendong Inara.

Aruna hanya mengangguk patuh dan berjalan lebih dulu untuk membukakan pintu. Jik Inara tahu ia digendong Dirga, pasti anak kecil itu akan bersorak kegirangan. Dan Aruna tak akan memberitahunya karena sudah pasti adiknya yang rempong ini akan meledeknya karena dirinya telah menang banyak ketimbang kakaknya.

Ya terkadang tanpa sadar Aruna secemburu itu pada adiknya yang mendapat perlakuan spesial dari Dirga.

Dirga membaringkan Inara di atas tempat tidur dan langsung keluar dari kamar Aruna, sementara Aruna menyelimuti adiknya lebih dulu dan menghidupkan kipas angin barulah ia keluar menyusul Dirga yang akan pulang.

"Aku pulang. Salam buat Tante dan juga Nara," kata Dirga ketika Aruna sudah berada di teras.

Aruna terlihat gelisah. Sudah sejak tadi pertanyaan ini ingin ia tanyakan.

Menimbang sekali lagi hingga akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya. "Tadi kamu ke mana?"

Dirga menoleh ke arahnya dengan sebelah alis terangkat. "Kenapa?"

Aruna meremas-remas jemarinya. Mungkin benar jika ia tak seharusnya ingin tahu lebih banyak tentang Dirga. Tentu cowok itu akan risih. "Gak. Maaf aku udah nanya-nanya yang buat kamu risih." Aruna memalingkan wajahnya ke arah lain.

Terdengar helaan napas Dirga. "Tadi ada urusan."

Aruna hanya diam tak ingin bertanya lagi. Ia tahu jika Dirga bersama Diandra namun ia hanya ingin Dirga yang mengatakannya sendiri, agar dirinya yakin jika ia penting untuk Dirga. Namun nyatanya tidak, ketidakjujuran Dirga hanya membuatnya semakin yakin di mana posisinya berdiri saat ini.

"Masuk. Udah malam, jangan ditungguin," kata Dirga yang turun kembali dari mobilnya setelah ia membawa mobilnya keluar dari halaman rumah Aruna.

Aruna yang berdiri di pagar rumahnya hanya mengangguk kaku bagai robot, lalu beralih mengunci pagar setelah Dirga menarik menutup pagar rumah Aruna.

Lalu Aruna berjalan masuk ke dalam rumahnya dengan Dirga yang masih berdiri di luar pagar, menunggunya hingga dirinya benar-benar masuk ke dalam rumah.

Dari balik jendela Aruna mengintip, Dirga sudah masuk ke dalam mobil dan tak berapa lama mobil itu melaju membelah malam yang kian larut.

Dengan menyandar di pintu rumah Aruna membenamkan kepalanya dilipatan lututnya, ia menangis menahan isakannya. Melepaskan segala sesak didadanya. Mungkin sudah saatnya ia menyerah dengan keadaan yang tak pernah berpihak padanya.

******

Semoga masih ada yang mau baca ceritaku ini. Maaf kalau masih banyak kurangnya. Vote dan komen dari kalian akan buat aku tambah semangat buat ngelanjutin cerita Aruna hehe.

Continue Reading

You'll Also Like

6.4K 477 59
"Yang pertama belum tentu yang menetap tetapi yang bertahan sudah pasti dia yang terbaik." Perjalanannya ke Santorini mengantarkan Kiara bertemu deng...
710K 33.9K 40
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
3.6M 289K 48
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
15.7K 4.2K 41
[SELESAI DAN TIDAK DI REVISI] '. '. ~ ' ' "Aurora hanya menampakkan cahaya nya di malam hari, setelah langit menjadi cerah Aurora sudah...