W A H R H E I T (KOM...

By Om_Stev

100K 7.9K 300

K E B E N A R A N Kinanthi dan Narendra menikah muda, mereka berusaha merajut mimpi bersama. Tanpa merek... More

Ein
Zwei
Drei
Vier
Fünf
Sechs
Sieben
Acht
Neun
Elf
Zwölf
Dreizehn
Vierzehn
Fünfzehn
Sechzehn
Siebzehn
Achtzehn
Neunzehn
Zwanzig
Einundzwanzig
Zweiundzwanzig
Dreiundzwanzig
Vierundzwanzig
Fünfundzwanzig
Sechsundzwanzig
Siebenundzwanzig
Achtundzwanzig
Neunundzwanzig
Dreißig
Zweiunddreißig
Dreiunddreißig
Vierunddreißig
Extra Teil
Bonus Teil

Einunddreißig

2.1K 172 12
By Om_Stev

Double update.

Enjoy reading.






"Wah, wah, ada anak tua bangka yang sekarang terpanggang api neraka, Gayatri Kusuma," ucap Bari menyeringai.

"Cucunya, Narendra Barata Kusuma, buyutnya Hinar Narendra Kusuma, Kinanthi dan anak haramnya Dyah Ayu," ucap Bari lagi dan tersenyum lebar.

"Anjing pelayan seperti Sean dan Aldean ada juga ternyata, saudara kembar ku, Barata Yudapati, cukup sudah sandiwaranya!" ucap Bari tersenyum lebar.

"Bagaimana kamu bisa bebas dari rumah sakit, Bari?" tanya Bara berusaha tenang.

"Tentu saja karena tua bangka Kusuma itu, siapa lagi, aku bertemu dengannya dirumah sakit jiwa, dia sakit jiwa karena ingin membunuh kebahagiaan anaknya," ucap Bari.

"Bukannya kamu juga sakit jiwa?" tanya Gayatri menatap Bari datar.

"Aku cuma membantunya karena puterinya membuat isterinya mati melahirkan, apalagi puterinya hamil dengan pria yang tidak ia kehendaki," ucap Bari.

"Dan kamu Nare, kakek mu bilang karena kamu terlalu bahagia dengan Kinanthi, maka ia tidak suka," kata Bari sampai tertawa terbahak.

"Jadi kalian bisa menyinpulkan sendiri, siapa yang gila, aku yang kasihan menolongnya atau Kusuma yang ingin keluarganya dihapus dosanya?" tanya Bari.

"Kamu sama gilanya dengan Papa ku," ucap Gayatri berani.

"Wanita pendosa yang pemberani, padahal aku telah melenyapkan Barata Samiaji," ujar Bari santai.

"Kamu yang menyabotasi rem mobil Sam?" tanya Gayatri menatap tajam Bari.

"Benar, sayang sekali saudara kembar ku yang bodoh mau menjadi ayah dari bayi haram mu," ucap Bari menatap tajam Gayatri kembali.

"Kamu pikir aku takut mati?" ujar Gayatri sinis.

"Sayang!" ujar Bara memperingati.

"Pertama aku akan membasuh dosa mu Gayatri, tentu saja dengan darah yang keluar dari lubang tubuh mu, mungkin aku bisa gunakan ini," ucap Bari tersenyum.

Semua tampak menegang ketika Bari mengacungkan pistol ke arah Gayatri.

"Bari, hentikan, kita kembali ke rumah sakit, aku mohon?" ujar Bara sendu.

"Tidak usah pura - pura lumpuh, mantan isteri mu sudah tahu, Bara!" ucap Bari.

"Aku tahu, Gayatri mengetahuinya," ucap Bara lalu berdiri.

"Papa!" ucap Nare terkejut.

Terdengar gelak tawa, Bari tertawa puas diikuti Jaka yang ada dibelakangnya.

"Jaka, kamu bisa membawa Sean dan Aldean, habisi mereka, tetapi sebaiknya kamu bermain dengan mereka, mungkin memukuli mereka sampai lemas baru membunuhnya!" ujar Bari menyeringai.

"Tampaknya ide yang bagus Bos, aku sudah lama tidak menyiksa orang," kata Jaka senang.

Semua bergidik ngeri dengan tangan Jaka yang memainkan pisaunya sambil tersenyum.

Sean dan Aldean digiring keluar ruangan menuju halaman belakang, Sean menoleh ke Nare, keduanya mengangguk memberi isyarat.

"Seperti kata ku tadi, pertama adalah Gayatri Kusuma, kau adalah penyebab utama masalah ini," ucap Bari.

"Kenapa kamu mau membantu Pak Kusuma?" tanya Bara.

"Karena kamu tidak menyukai ku, Bara," ucap Bari.

"Aku menyukai mu sebagai saudara ku, Bari," ujar Bara.

"Lalu kenapa kamu mengirim ku ke rumah sakit selama belasan tahun, tidak bisa jawab, bukan?" tanya Bari sinis.

"Demi kebaikan mu, Bari," ucap Bara.

Tawa mengejek Bari membuat Bara yang berusaha menyadarkan saudara kembarnya hanya pasrah.

Bari lalu berdiri dari kursi roda elektriknya, mengarahkan pistolnya tepat ke arah Gayatri.

Dor.

"Mama!"

"Nenek!"

Suara menjerit karena situasi yang terjadi membuat suasana menjadi semakin mencekam.

Kejadian begitu cepat ketika Bara dengan sengaja menutup tubuh Gayatri dengan tubuhnya.

Tubuh Bara meluruh ke lantai dengan darah merembes dari dadanya yang tertembus timah panas.

Nare menyongsong tubuh Bara sebelum terhempas ke lantai.

"Pa - pa," ucap Nare terbata.

Nare memangku kepala Bara, Gayatri lalu berjongkok di samping tubuh mantan suaminya.

"Te - rima kasih, Nare, ka - mu masih ma - u memang - gil ku Pa - pa," ucap Bara terbata.

"Kamu kuat Bara," ujar Gayatri datar.

"Aku ti - dak menye - sal mencintai mu," ucap Bara tersenyum.

"Terima kasih, Bara, atas cinta mu," ujar Gayatri tulus.

Gayatri memberi isyarat pada Nare, ia mengambil pistol kecil dari pahanya, menyingkap sedikit roknya agar Bari tidak curiga.

Nare menatap sebentar Kinanthi, Kinanthi menatap Hinar dan Hinar memberi isyarat pada Dyah.

Sedang Guntoro, Pradita dan Pratiwi berjongkok sambil berangkulan dibawah todongan pistol.

Gayatri dengan cepat menembak Bari yang terkejut dengan apa yang terjadi, melumpuhkan orang yang menodong keluarga Guntoro.

Nare, Kinanthi, Hinar dan Dyah dengan cepat pula menghajar sisa orang di ruangan itu.

Bari yang tertembak perutnya terjatuh kembali ke kursi roda elektriknya.

Setelah membereskan kekacauan itu, Nare mendekati Mamanya yang masih berjongkok di samping Bara.

"Ma!" seru Nare mendekat.

Gayatri menoleh ke Nare dengan tatapan sedih, ia menggeleng.

"Bara tidak tertolong," ucap Gayatri lirih.

"Papa!" kata Nare mendekat tubuh kaku Bara.

"Dia laki - laki yang baik, Mama seperti orang jahat yang memanfaatkannya selama ini," ucap Gayatri lirih.

"Mama pasti tahu, Papa tidak akan berpikir seperti itu," ujar Nare sambil menutup mata Bara.

"Mama tetap merasa seperti itu, dulu Sam dan sekarang Bara, mereka mati karena Mama," ucap Gayatri.

Untuk pertama kali, Nare melihat air mata di mata Mamanya, ia lalu memeluk wanita tua itu, mengelus punggung rapuh yang selama ini mendukungnya.

Terdengar isakan dari mulut Pradita dan Pratiwi, mereka terkejut dan syok dengan kebenaran dan kejadian menegangkan yang hampir merenggut hidup mereka.

Melihat beberapa orang terkapar tidak sadarkan diri dan Bara yang tidak bernyawa serta Bari yang entah mati atau hidup terduduk di kursi roda elektrik dengan perut yang memerah, membuat Pradita dan Pratiwi bertambah saling berpelukan erat.

"Kamu tidak apa - apa, Pratiwi?" tanya Hinar mendekat.

Pratiwi langsung memeluk Hinar, ia hanya bisa menangis direngkuhan tangan  Hinar.

Guntoro memeluk Pradita dan berkali - kali mengecup puncak kepala isterinya itu serta membisikkan kata - kata bahwa semuanya sudah berakhir.

"Kak Nare!" ucap Kinanthi menghampiri suaminya yang masih memeluk Mamanya.

Nare memberikan senyuman dan berkata tanpa semuanya bahwa semua sudah berakhir.

Kim dan Niko beserta anak buahnya menerobos masuk, begitu juga Sean dan Aldean yang kembali dengan wajah lumayan babak belur.

Sean memberi perintah untuk membereskan orang - orang yang terkapar di ruang tamu dan juga halaman belakang.

"Maaf Pak, kami terlambat," ucap Niko penuh sesal.

Nare menghela napas, mengontrol emosi atas kejadian ini.

"Kalian semua telah melakukan semuanya dengan baik, kita kalah selangkah dengan orang itu," ujar Nare sambil menunjuk Bari yang tidak bergerak.

Tanpa mereka sadari, Bari tersenyum dalam hati, karena ia masih menyimpan pistol dipinggang belakangnya.

Walau berasa panas di perutnya yang tertembus peluru, Bari berusaha bertahan pura - pura pingsan.

Dengan gerakan lambat, Bari mengambil pistol dipinggangnya dan secepat kilat menembak ke depan.

Dor.

"Awas Kinanthi!"

Dor.

Dor.

Dor.

Dor.

Guntoro yang melihat lebih dulu Bari bergerak, berteriak dan berlari ke arah Kinanthi.

Sean, Aldean, Niko serta Kim secepat kilat melepas tembakan ke arah Bari, tubuh Bari terjengkang dengan dua lubang di dahinya dan dua lubang di kanan kiri dadanya.

"Guntoro," pekik Kinanthi menoleh ke belakang.

Guntoro terduduk dengan punggung nyeri dan panas.

"Dyah cepat kemari!" ucap Kinanthi panik.

Dyah segera mendekat dan akan memberi pertolongan.

"Buka bajunya Om, Dyah akan melihat punggung Om," ucap Dyah pelan.

Kinanthi membantu Guntoro membuka baju dengan ringisan menahan perih.

Kinanthi tertegun dengan tato di punggung Guntoro, ia termangu, tidak mungkin, Kinanthi menggeleng.

"Kinanthi!" kata Guntoro pelan.

"Kemana kamu tega pada ku, kamu sahabat ku?" ucap Kinanthi.

Kinanthi yang melihat pistol di samping tubuh Gayatri menyambarnya dan menempelkannya pada kening Guntoro.

"Katakan kenapa kamu melakukannya, apa salah ku pada mu?" teriak Kinanthi dengan kalut.

Semua terdiam dengan kejadian itu, Kinanthi menatap tajam Guntoro, tapi malah air mata yang mengalir membasahi pipinya.

"Maafkan aku," ujar Guntoro sendu.

"Bunuhlah aku, jika itu bisa memaafkan ku," ucap Guntoro lagi sambil menutup matanya pasrah.

Selesai ya, he he.

Narendra Barata Kusuma.














Tenang masih ada tambahan part, baikkan aku.

Jadi taburan bintang dan cuap - cuapnya, jangan pelit ya.

Akhirnya sampai juga part - part akhir.

Thx all.

Continue Reading

You'll Also Like

1.7K 184 14
{On Going} Terbit setiap Sabtu dan Minggu. Season terakhir dari 30 Days Dinner dan Pernikahan Ganda. Bisa dibaca terpisah dengan cerita-cerita sebel...
38.9K 3.4K 18
Iliana tumbuh tanpa merasakan peran ayah di hidupnya. Pria itu menghilang begitu saja ketika ibunya hamil. Lalu muncul dan mengusik hidupnya ketika i...
113K 13.6K 31
Genre : Romance Comedy, Metropop. Rating : 17+ Beberapa penelitian mengenai wanita dewasa madya yang masih single atau tidak memiliki pasangan akan...
211K 25.2K 24
Jatuh cinta punya banyak rupa. Bahkan mungkin yang tak dapat dijelaskan bentuknya.