JALAN KITA [ COMPLETED ]

By AyaStoria

106K 9.3K 496

Dengan uang apapun bisa gue beli. Apapun bisa gue dapetin. Bahkan nyawapun bisa gue mainin. -Alexander Nichol... More

✔PROLOG✔
✔SATU✔
✔DUA✔
✔TIGA✔
✔EMPAT✔
✔LIMA✔
✔ENAM✔
✔TUJUH✔
✔DELAPAN✔
✔SEMBILAN✔
✔SEPULUH✔
✔SEBELAS✔
✔DUABELAS✔
✔TIGABELAS✔
✔EMPATBELAS✔
✔ENAMBELAS✔
✔TUJUHBELAS✔
✔DELAPANBELAS✔
✔SEMBILANBELAS✔
✔DUAPULUH✔
✔DUAPULUHSATU✔
promo again 😁😁😁
✔DUAPULUHDUA✔
E-BOOK JALAN KITA
E-BOOK JALAN KITA

✔LIMABELAS✔

3.6K 384 37
By AyaStoria

✔✔✅✔✔

Bukan kerja kantoran yang Ali dapatkan, tapi pelayan cafe. Pendidikannya hanya sampai lulus SMA karena selama itu Ali tinggal di panti asuhan. Setelah lulus Ali memutuskan untuk hidup sendiri. Rasanya tidak enak jika terus bergantung hidup kepada orang lain.

Prili menyambut kepulangan Ali dengan senyum manisnya. "Kamu mandi dulu ya habis itu makan. Aku tadi bikin sop ayam sama tempe" jelas Prili.

Ali mengangguk. Setelah melepas bajunya Ia langsung masuk ke kamar mandi sementara Prili menyiapkan makan malam mereka.

10 menit kemudian Ali keluar dengan handuk kecil mengalung di lehernya lalu duduk di sebelah Prili yang tampak sibuk mengambilkan nasi ke dalam piringnya.

"Makan ya" Prili menyerahkan sepiring nasi ke arah Ali.

"Makasih" ujar Ali dan di balas senyuman oleh Prili.

"Mm, Li. Aku mau minta ijin sama kamu"

"Minta ijin buat apa?" tanya Ali sambil mengambil sayur dan lauk.

"Aku mau cari kerja---"

"Apa?" Pergerakan tangan Ali terhenti. Ia menatap bingung ke arah Prili "kenapa?"

"Aku bosan di rumah Li. Aku gak ada aktifitas. Gak ada temen ngobrol juga. Kalo aku kerja kan aku bisa bantu kamu"

"Tapi Prill----" Ali tak bisa meneruskan perkataannya dan Prili tau apa maksud Ali sebenarnya.

"Aku tau maksud kamu apa. Aku gak punya ijasah jadi mana mungkin bisa kerja"

"Bukan gitu maksud aku. Aku cuman---gak bisa liat kamu kecapekan"

Prili tersenyum. "Tenang aja. Aku gak capek kok. Aku seneng malahan. Boleh ya Li. Please!!!" Prili memohon sambil mengatupkan kedua tangannya.

Ali berpikir sejenak kemudian mengangguk. "Tapi jangan kerja yang berat-berat ya!"

"Siap Pak Bos!" Prili mengangkat tangannya, memberi hormat ke arah Ali. Tawa Ali langsung pecah melihat tingkah Prili yang lucu dan menggemaskan.

✔✔✅✔✔

Sebuah guling menjadi pembatas mereka di atas tempat tidur. Mereka tidur saling berhadapan.

"Li, aku mau nanya boleh?"

"Apa?"

"Kapan kita nikah?"

Ali mengulum senyumnya. Pertanyaan Prili sungguh sangat frontal. Ali memaklumi itu karena memang Prili masih usia belasan. "Ntar kalo kamu udah gede"

Prili berdecak dan bibirnya menyembik "Udah gede kali. Ya walaupun umur aku masih 18 tapi aku siap kok jadi ibu muda"

Ali tersenyum lebar. Tangannya terulur mengusap kepala Prili. "Tidur sana. Udah malem!"

Prili mendengus sebal saat tak mendapatkan jawaban dari Ali. Ia langsung memejamkan matanya dengan posisi tangan menangkup di bawah pipinya. Ali kembali tersenyum. Secepatnya aku akan nikahin kamu. Biar gak ada seorangpun yang bisa misahin kita.

✔✔✅✔✔

Pagi ini Prili berkeliling mencari pekerjaan. Banyak cafe yang ia datangi tapi tidak bisa menerimanya bekerja karena kendala ijasah. Prili menghela nafas panjang. Ia duduk di sebuah kursi panjang yang letaknya tidak jauh dari cafe yang baru saja ia datangi.

"Kemana lagi gue harus cari kerja?" keluhnya. Peluhnya menetes mengalir melewati pelipisnya. Prili menyekanya dan kembali mengedarkan pandangannya. Beberapa detik kemudian matanya menangkap sebuah tulisan yang tertempel di jendela kaca sebuah cafe.

Prili beranjak dari tempat duduknya dan langsung menghampiri cafe itu. "Mas saya liat di sini ada lowongan ya?"

Seorang pelayan cafe menatap Prili dari ujung rambut ke ujung kakinya. Prili mengernyit.

"Mbaknya mau melamar pekerjaan?" tanya pelayan itu balik.

Prili mengangguk cepat. "Iya Mas. Bisa kan?"

"Tunggu sebentar. Saya panggilkan Manager saya dulu!"

Prili tersenyum lega. Ia berharap kali ini Ia akan mendapatkan pekerjaan. Seorang laki-laki yang mungkin seumuran dengan Ali keluar dari sebuah pintu. Memakai jas warna hitam dan penampilannya sangat menarik. Laki-laki itu menghampiri Prili dengan senyum merekah di bibirnya.

"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya laki-laki itu dengan logat bulenya. Prili baru menyadari jika laki-laki di depannya ini adalah seorang bule.

"Eh halo Mister. Saya Prili" Prili menjulurkan tangannya dan laki-laki itu membalasnya. "saya mau melamar pekerjaan di sini. Apa bisa?"

"Are you serious?" tanya laki-laki itu. Prili mengangguk yakin. Laki-laki itu menatap penampilan Prili yang terbilang sederhana tapi terlihat beda di matanya. Prili mengikuti arah pandang laki-laki bule itu yang masih saja menatap dirinya.

"Mister? Mister? Bisa kan?" tanya Prili sambil mengayunkan telapak tangannya di depan wajah sang Manager. Laki-laki itu tersadar dan mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Oh-eh sorry. Ok. Besok kamu bisa datang jam 8 pagi. Kita akan test kamu dulu"

"Waaaah beneran nih Mister?" tanya Prili tak percaya. Laku-laki bule itu hanya mengangguk sambil tersenyum. Menampilkan kedua lesung pipinya. "Makasih Mister. Besok saya datang tepat waktu. Makasih Mister" Prili menjabat tangan laki-laki itu sambil sedikit menggoncangkannya.

"Oke-oke. Your welcome"

Prili langsung pulang. Rasanya sudah tak sabar memberitahu Ali. Sesekali Prili berdiri di ambang pintu, menunggu kepulangan Ali. Tapi sampai jam 7 malam Ali belum pulang juga.

"Ali kemana sih? Biasanya jam 6 udah pulang" keluh Prili. Ia tampak gelisah. Pandangan matanya terus tertuju ke daun pintu yang tertutup.

Beberapa menit kemudian terdengar deritan suara pintu terbuka. Prili menoleh cepat dan langsung beranjak dari tempat tidurnya.

"Kok baru pulang?" tanya Prili dengan menekuk wajahnya sedikit.

"Iya. Tadi aku ada breefing bentar. Kamu udah makan?" Prili menggeleng membuat Ali tersenyum. "aku mandi dulu ya"

Prili mengangguk dan membiarkan Ali membersihkan tubuhnya terlebih dahulu sementara Ia menyiapkan makan malam.

✔✔✅✔✔

"Besok aku ada test kerja, Li" ucap Prili dengan wajah cerahnya. Ali yang tadinya menatap langit-langit kamar kini menolehkan kepalanya, menatap wajah Prili yang di hiasi senyuman.

"Test kerja? Kerja apa?"

"Di cafe"

"Cafe? Waiters?"

Prili menggeleng "Bukan. Aku ngelamar jadi penyanyi---"

"APA?" pekik Ali. Prili ikut menoleh dan menatap balik wajah Ali. "Kamu jadi penyanyi? Gak boleh--"

"Ck. Kamu kenapa sih? Lagian apa salahnya jadi penyanyi?"

"Pokoknya gak boleh. Penyanyi cafe itu kerjaan gak baik Prill"

Prili tak menjawab tapi ia langsung membuang muka dan memutar tubuhnya. Memunggungi Ali.

Ali menghela nafas panjang. Ia lalu memiringkan badannya, menghadap ke punggung Prili. "Prill, aku gak larang kamu kerja tapi jangan jadi penyanyi cafe ya"

Prili tak menyahut. Ali kembali menghela nafas panjang dan membuangnya cepat. Apa yang ada di dalam pikiran Ali tentang penyanyi cafe adalah pekerjaan yang sangat membahayakan. Yang Ali tau, penyanyi cafe itu selalu berhubungan dengan laki-laki. Bisa saja para pengunjung cafe berbuat kurang ajar terhadap Prili.

"Prill"

Hening. Entah sudah tidur atau belum tapi Prili diam dan tak ada pergerakan sama sekali. Ali kembali memutar tubuhnya. Miring ke kanan.  Beradu punggung dengan Prili. Sesekali ia menengok ke arah Prili yang masih betah dengan diamnya.

✔✔✅✔✔

Keesokannya Prili masih bungkam. Tapi Ia tetap menyiapkan kebutuhan Ali. Mulai dari sarapan dan ganti bajunya. Saat sarapanpun Prili memilih diam. Ia tampak sengaja lebih cepat menghabiskan makannya dan langsung menyibukkan diri.

"Aku berangkat ya" Pamit Ali. Prili langsung berdiri dan mengantar Ali sampai ke depan pintu. Wajahnya masih saja masam. "Kamu beneran mau nyanyi di sana?"

"Udah gak pengen" jawab Prili dengan nada jutek.

"Kamu marah sama aku?"

"Gak. B aja tuh"

Ali tampak mendengus pelan. Ia lalu memegang kedua pundak Prili. "Aku kayak gini karena aku kuatir sama kamu. Takut kamu kenapa-napa. Aku gak mau sesuatu yang buruk terjadi sama kamu--"

"Ya udah kalo gitu kurung aku aja di dalam sini. Nih kunci rumahnya sekalian kamu bawa" Prili menyodorkan kunci rumah ke arah Ali. Ali hanya menatapnya dan diam. "ambil ini!"

Ali tetap tak bergeming.

"Ya udah deh terserah kamu" Prili menepis kedua tangan Ali yang bertengger di pundaknya lalu berbalik dan hendak meninggalkan Ali. Tapi tangannya di cekal oleh Ali. Prili terdiam di tempatnya. Tanpa menoleh ke arah Ali.

"Ya udah aku ijinin kamu buat kerja di sana"

Tanpa sepengetahuan Ali, Prili menahan senyumnya. Sedetik kemudian ia membalikkan badannya dan langsung memeluk Ali. "Makasih" ucapnya pelan. Ali hanys tersenyum dan mendaratkan kecupan sayang di pucuk kepala Prili.

✔✔✅✔✔

"Pagi Mister!" sapa Prili saat seseorang membawanya masuk ke dalam ruangan Manager cafe itu.

"Sudah datang kau rupanya. Bagaimana kalau kita langsung mulai saja. Karena satu jam lagi ada tamu istimewa mau berkunjung ke sini"

Prili mengangguk setuju mendengar penjelasan Sang Manager. "Baik Mister"

Langkah kaki Prili mengikuti langkah Sang Manager. Membawanya ke sebuah panggung kecil. Di sana sudah ada sebuah kursi dan mic berdiri di depannya. Prili menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya dengan pelan.

"Are you nervous?" tanya Sang Manager.

"Sedikit" jawab Prili sambil nyengir. Ia lalu naik ke atas panggung dan duduk di kursi yang lumayan tinggi itu. Tangannya sedikit gemetar saat memegang mic. Bagaimanapun juga Prili gugup karena beberapa pegawai menatap ke arahnya. Bagaimana kalau Ia gagal?

Prili menggeleng, mengusir pikiran buruk yang sempat bersarang di pikirannya. Ia mengambil nafas lagi dan membuangnya dengan cepat. Pandangannya lurus menatap ke depan.

Memenangkan hatiku
Bukanlah satu hal yang mudah
Kau berhasil membuat
Ku tak bisa hidup tanpamu

Menjaga cinta itu
Bukanlah satu hal yang mudah
Namun sedetik pun tak pernah kau
Berpaling dariku

Beruntungnya aku
Dimiliki kamu

Kamu adalah bukti
Dari cantiknya paras dan hati
Kau jadi harmoni saat ku bernyanyi
Tentang terang dan gelapnya hidup ini

Kaulah bentuk terindah
Dari baiknya Tuhan padaku
Waktu tak mengusaikan cantikmu
Kau wanita terhebat bagiku
Tolong kamu camkan itu

Suara riuh tepuk tangan langsung terdengar saat Prili usai menyanyikan lagu itu. Ia lalu turun dari panggung dan menghampiri Sang Manager yang tampak tersenyum puas.

"Your voice is so beautiful"

"Makasih Mister" sahut Prili sambil menyembunyikan senyumnya.

Manager itu kembali tersenyum. "Panggil saya Max"

"Oooh oke Mister Max---"

"No-no. Just call my name. Max. Only Max"

✔✔✅✔✔


Surabaya 09-12-2017
✔AyaStoria

Wow ada si Max...kira2 Max siapa ya?
Maxime kah???

Continue Reading

You'll Also Like

1M 62.4K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
2.4M 137K 38
"ali aku sayang kamu, ali aku cinta kamu, ali jawab dong...." -Prilly Latuconsina- *CUP* -Ali Syarief-
38.3K 2.6K 24
jisung pemuda manis, imut, nanlugu ia selalu diperlakukan layaknya bukan manusia dan hampir membuatnya terauma akan hal itu, namun ia bertemu 6 pria...
851K 34.4K 42
Kehidupan yang keras harus menuntutku menjadi perempuan penggoda Ya aku lah Prilly anamora