MIMPI [Sudah Terbit]

נכתב על ידי beliawritingmarathon

1.3M 113K 11.3K

[Sudah Terbit] ... Kehidupan Icha sekilas mungkin seperti gadis SMA biasa. Bagaimana jika hidup Icha sebenarn... עוד

1. Kalung Keramat
2. Not Red Riding Hood
3. Permintaan Pertama
4. Mimpi Icha
PERKENALAN
5. Serigala Licik
6. Dreamcatcher
7. Pangeran Tampan
8. Kakak Kelas
9. Bad Mood
#Profil Icha
10. Liontin
#Profil Ardo
12. Misi Pencurian
13. Permintaan Ketiga
14. Siapa Ardo?
15. Tantangan
16. Gosip
17. Hidden
18. Kencan?
19. Merida Abad 21
20. One Step
Side Story #1
21. Lost Dream
22. Sweet and Bitter
23. Pintu Rahasia
24. Like A Nightmare
25. Mimpi Itu Tidak Nyata
26. Permintaan Keempat
27. Rumit
28. Pengakuan
29. Kebohongan Yang Lain
30. Sahabat Lama
31. Penyesalan Sang Serigala
32. Forgive Me
33. Perjuangan
34. Permintaan Kelima
35. Once Upon Time (END)
UCAPAN TERIMA KASIH
GIVEAWAY MIMPI
PEMENANG TESTIMONI MIMPI!!!
INFO PO NOVEL MIMPI

11. Tentang Sebuah Kisah

29.3K 2.8K 181
נכתב על ידי beliawritingmarathon


Icha malas pulang ke rumah. Kabar terakhir dari Farel, Oma Ambar sedang ada di rumahnya. Tetapi tidak bersama Marita. Entah bersama Marita atau tidak, Icha tetap saja malas untuk bertemu dengan neneknya itu. Kejadian beberapa hari yang lalu masih saja melekat di kepala Icha seperti parasit yang menjengkelkan.

Lagu Perfect milik Ed Sheeran mengalun merdu di sebuah kafe bernuansa hitam putih itu. Icha sedang duduk di sofa khusus untuk tamu si pemilik kafe. Jangan salah, Icha itu bukan hanya istimewa di sana, tetapi sangat istimewa.

Tampang jengkel tertera jelas di wajah Icha. Gadis itu melahap kentang goreng yang baru disajikan seperti orang kelaparan. Ia tidak peduli dengan tatapan beberapa orang yang menganggapnya aneh. Mungkin.

"Cha, kamu makan kayak orang kesurupan," ucap seorang cowok yang memakai celemek dengan gambar cangkir kopi dan nama kafe tempat Icha berada saat ini.

"Apaan,sih!" Icha menanggapinya dengan ketus. Ia benar-benar tidak ingin diganggu.

"Dasar bocah. Sana pulang, mau sampai kapan kamu di sini?"

"Sampai tutup sekalian. Nanti pulangnya sama Bang Farez." Icha kembali melahap kentang goreng dan sesekali meminum chocolate milk shake miliknya.

Farez menghela napas pelan. Hujan masih saja deras di luar sana. Ia tidak mungkin membiarkan adiknya itu pulang naik motor sendirian. Kalau sampai ada apa-apa dengan Icha, ia bisa langsung digantung oleh ayahnya.

"Kalau gitu, biar kamu diantar sama Juno aja nanti. Abang harus beres-beres dulu."

"Nggak! Ngapain aku pulang sama playboy cap cicak kayak dia. Pokoknya Icha nungguin Bang Farez aja. Nanti motornya Icha nitip di sini dulu, ya?"

Tangan Farez terulur mencubit pipi Icha gemas. "Iya, iya. Manjanya kumat, deh. Lagi PMS ya, Cha?"

"Nggak," jawab Icha singkat. Ia tidak ingin membahas hal itu. Ia uring-uringan seperti ini gara-gara kakak kelasnya yang rese itu. Tentu saja si Ardo. Siapa lagi? Rasanya hidup Icha di sekolah tidak akan pernah tenang kalau Ardo masih hidup. Haruskah Icha benar-benar menyewa pembunuh bayaran?

Apaan, sih, Cha? Kayaknya gue kebanyakan nonton drama, deh.

"Nah, malah ganti ngelamun. Abang tinggal dulu ya, Cha. Banyak pembeli. Lagi ramai." Farez berdiri dan kembali bekerja. Icha hanya mengangguk samar saat Farez pergi.

Kafe itu adalah milik Farez dan temannya yang bernama Juno. Mereka mendirikan kafe itu setahun yang lalu. Awalnya hanya untuk iseng melatih kemampuan jadi pengusaha, dan ternyata kafe itu menjadi semakin ramai dari bulan ke bulan.

Dan kafe itu adalah tempat pelarian kedua Icha setelah toko roti milik ayahnya.

Tiba-tiba saja mata Icha menangkap sesosok makhluk yang tidak asing lagi. Cowok itu bersama seorang cewek yang memakai kursi roda. Mereka saling berpelukan, kemudian mengobrol dengan sangat santai.

"Ardo?"

--**--

Ardo menyambar jaketnya yang digantung di pintu, kemudian keluar dari kamarnya dengan buru-buru.

"Tan, gue pergi dulu ya," pamit Ardo pada Mela.

"Mau ke mana lo? Hujan gini?" Mela yang sedang asyik menonton acara televisi menoleh ke arah Ardo yang hampir mencapai pintu.

"Keluar bentar sama temen."

"Oke. Kalau lo pulang lebih dari jam sebelas malam, lo masuk aja lewat bawah tanah."

Ardo tertawa sekilas. "Tenang Tante Mela yang cantik, gue bisa nembus dinding kok."

"Horor lo, ah."

Ardo cepat-cepat keluar dan mengambil motornya di garasi. Tiba-tiba saja tadi Nadi meneleponnya, dan mengatakan jika cewek itu sekarang ada di Jakarta. Nadi ingin bertemu dengan Ardo. Ini kesempatan langka, Ardo tidak mungkin melewatkannya begitu saja.

--**--

Bunyi lonceng kafe terdengar saat Ardo mendorong pintu sebuah kafe tempat Nadi menunggunya. Cewek dengan rambut panjang hitam bergelombang itu melambaikan tangannya ketika melihat Ardo.

Ardo mendekati Nadi dengan senyum lebar.

"Apa kabar Kak Ardo? Nadi kangen banget sama Kakak," ucap Nadi begitu Ardo sudah berdiri di depannya.

Ardo berjongkok di depan Nadi dan segera memeluk gadis itu dengan sayang. Bahkan Ardo juga merindukan aroma floral dari gadis itu. Entah sudah berapa bulan dirinya tidak bertemu dengan Nadi. Padahal dulu, setiap hari Ardo bisa bertemu dengan Nadita Emma—adiknya.

"Aku baik-baik aja, Nad. Ehm ... Mama dan Papa? Mereka ..."

"Mereka sangat baik-baik aja, Kak. Tenang aja. Kak Ardo nggak main ke Bandung?"

Ardo terdiam sejenak. Ia menunduk untuk beberapa saat. "Lain kali aku pasti main ke sana."

"Beneran lho, Kak? Awas aja kalau bohong." Nadi menyipitkan matanya sambil mengacungkan jarinya ke arah Ardo dengan tatapan mengancam.

"Iya, iya." Ardo mengusap rambut Nadi dengan sayang. "Mau pesan apa, Nad? Chocolate milk shake kesukaan kamu ya?"

Nadi mengangguk semangat.

"Oh, ya. Kenalin, ini Bu Tania, guru les musik aku, Kak."

"Saya Ardo." Ardo menyalami Bu Tania dengan sopan.

"Saya Tania, guru les musik Nadi. Jadi ini ya, kakaknya Nadi yang sering diceritakan sama saya. Bahkan saya sampai ikutan berbohong pada Bapak dan Ibu untuk membawa Nadi ke sini," jelas Tania pada Ardo.

"Maaf ya, Bu. Gadis ini memang selalu merepotkan." Mendengar kata-kata Ardo, Nadi mencebikkan bibirnya kesal.

Nadi ingin sekali duduk dan selalu mengobrol dengan kakaknya itu setiap saat, tetapi keadaan berkata lain. Bahkan untuk pergi menemui kakaknya saja ia harus berbohong pada orang tuanya. Nadi berbohong akan menghadiri suatu acara musik di Jakarta bersama Bu Tania. Lumayan susah untuk mendapatkan ijin dari Papa yang sangat keras. Tetapi akhirnya Nadi berhasil. Hanya demi bertemu dengan kakaknya.

--**--

"Cha, kenapa lo suka minum es teh?" tanya Meta tiba-tiba saat mereka sedang istirahat di kantin sekolah.

"Karena es teh adalah minuman paling seger sedunia," jawab Icha sambil bermain game Candy Crush.

"Oke. Terus kenapa liontin itu berharga banget buat lo?"

Pertanyaan Meta itu membuat Icha menghentikan permainannya. Gadis itu terdiam cukup lama. Meta dengan sabar menanti jawaban dari Icha. Pasti ada satu rahasia yang sengaja tidak diceritakan Icha pada Meta. Memang benar jika usia persahabatan mereka belum ada satu tahun, tapi Meta sangat penasaran dengan liontin berharga milik Icha. Harusnya Icha tidak merahasiakan hal itu pada Meta.

"Cha?" Meta menyentuh bahu Icha. Icha tersadar dari lamunannya.

"Ya, Met? Oh, sorry. Gue ngelamun ya? Nggak ada setan yang menghampiri gue, kan? Gue takut kesambet nanti."

Meta menggaruk dahinya yang tidak gatal. "Lo belum jawab pertanyaan gue. Kenapa liontin itu berharga banget buat lo? Dari mantan pacar lo? Tunangan? Atau gebetan lo?"

Icha menggeleng kuat. "Bukan semuanya, Met. Liontin itu adalah benda persahabatan gue dulu sama seseorang."

"Terus? Sekarang dia ke mana? Kok nggak sama lo lagi?"

Icha tahu keadaan seperti ini cepat atau lambat pasti akan segera terjadi. Meta akan menanyakan segala hal tentang liontin itu. Dan terlalu jahat jika Icha tidak menceritakannya pada Meta. Bisa jadi, Meta akan membencinya nanti. Tidak, itu tidak akan terjadi lagi.

Icha tidak mau dibenci oleh seseorang yang ia sayangi untuk kedua kalinya.

"Gue nggak tahu dia sekarang ada di mana. Yang jelas, gue nggak tahu harus gimana kalau bertemu dengan dia lagi nantinya." Icha meremas kedua tangannya. Setitik air mata jatuh di pipi Icha.

Meta memeluk Icha. "Ceritain aja kalau lo udah siap. Jangan nangis di sini. Dikira nanti gue ngapa-ngapain lo." Meta menepuk pipi Icha dua kali.

Icha mengangguk pelan sambil mengusap air matanya.

"Btw, Cha. Ada dua cowok yang merhatiin lo dari tadi," kata Meta sambil melihat ke sudut kanan dan kiri.

"Siapa?" tanya Icha penasaran hingga matanya menjelajah ke seluruh area kantin. Di sebelah kiri Icha melihat Erlang tersenyum padanya. Sedangkan yang berada di sebelah kanan, Ardo berpura-pura memalingkan wajah ketika matanya bertemu dengan tatapan mata Icha.

"Cowok itu mencurigakan," gumam Icha pelan, tetapi Meta masih bisa mendengarnya.

"Siapa, Cha?"

"Ardo."


-----

Happy weekend guys...

Hayoh... kemarin yang nebak tuh cewek adiknya Ardo siapa? Yey kalian bener. Tapi... tapi... ada rahasia2 yang masih juga belum kita ketahui lho. Jadi jangan bosan-bosan terus pantengin cerita ini.

Oh ya, mulai besok aku akan posting komentar-komentar kalian kemarin di akun instagram aku. Jadi kalau yang belum follow, boleh di follow sekarang. 

See you later...

and...

Xoxo,


AprilCahaya

המשך קריאה

You'll Also Like

4.1M 244K 30
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
6M 305K 95
"Nggak boleh ya, suka kamu dan dia?" By Arumi E. #3 in Teen Fiction (21/2/17) #3 in Teen Fiction (02/3/17) #3 in Teen Fiction (06/5/17) #3 in Teen Fi...
1.5M 30.4K 32
[BEBERAPA PART DIPRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA BACA] "Memang benar ya, Sinar selalu menghangatkan hati Teduh meski dengan cara yang paling menyakitk...
624K 28.9K 50
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...