Artha (SUDAH TERBIT)

By BayuPermana31

28.1M 2.3M 338K

PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT 'Baskara dalam dunianya yang terluka.' Kalau kata Agatha, Arkan itu Cabe Man. Cow... More

• ARTHA TRAILER •
• PLAYLIST ARTHA •
Arkan Alano Navvare
Agatha Aradila
• Artha #1 •
• Artha #2 •
• Artha #3 •
• Artha #4 •
• Artha #5 •
• Artha #6 •
• Artha #7 •
• Artha #8 •
• Artha #9 •
• Artha #10 •
• Artha #11 •
• Artha #12 •
• Artha #13 •
• Artha #14 •
• Artha #15 •
• ArkanStagram •
• Artha #16 •
• Artha #17 •
• Artha #18 •
• Artha #19 •
• Artha #20 •
• Q and A! Let's Ask Them! •
• Answer! •
• Artha #21 •
• Artha #22 •
• Artha #23 •
• Artha #24 •
• Artha #25 •
• Artha #26 •
• Artha #27 •
• Artha #28 •
• Artha #29 •
• Artha #30 •
• Artha #31 •
• Artha #32 •
• Artha #33 •
• Artha #34 •
• Artha #35 •
• Artha #36 •
• Artha #37 •
• Artha #38 •
• Artha #39 •
• Artha #40 •
• Artha #41 •
• About Them : Arkan •
CHAPTER INI DIREPUBLISH AGAR BISA DIBACA DAN DIPAHAMI
• Artha #42 •
• Artha #44 •
• Artha #45 •
• Artha #46 •
• Artha #47 •
• Artha #48 •
• Artha #49 •
• Artha #50 •
• Artha #51 •
• Artha #52 •
• Artha #53 •
• Artha #54 •
• Artha #55 •
• Artha #56 •
• Artha #57 •
• Fakta •
• Artha #58 •
• Artha #59 •
• About Them : Agatha •
• Artha #60 •
• Artha #61 •
# Chat 01 #
• Artha #62 •
• Artha #63 •
• VOTE COVER •
• Artha #64 •
• VOTE COVER [LAGI] •
• Artha #65.1 •
• Artha #65.2 [ENDING]
• AUTHOR'S NOTE & QUESTION •
• Sheiland •
• [Bonus] : Aland-Arkan 01 •
• [Bonus] : Aland-Arkan 02 •
• TRAILER [NEW++] •
• [Bonus] : Chat Arkan-Agatha •
• [Bonus] : Aland-Arkan 03 •
• [Bonus] : Aland-Arkan 04 •
• [Bonus] : Aland-Arkan 05 •
• [Bonus] : Aland-Arkan 06 •
• ARTHA DI TOKO BUKU ONLINE •
BENUA & ASIA

• Artha #43 •

243K 27K 2.7K
By BayuPermana31

A negative mind will never give you a positive life.

Arkan Alano Navvare.

***

Apa yang harus dilakukannya sekarang?

Agatha menggigit bibir bawahnya tanpa sadar, benar-benar bingung dengan apa yang harus ia lakukan kini.

Agatha yakin bahwa seseorang yang mengikuti mereka lewat motor di belakang adalah ayahnya, ia hafal dari plat nomor motornya.

Mengapa juga dia harus mengikutinya? Seharusnya, ayah Agatha membiarkannya pergi. Toh dengan hal itu bisa mengurangi bebannya soal jumlah penghuni di rumah.

Namun, Agatha menyadari sesuatu. Dia membutuhkannya untuk donor darah kepada Sherin. Ya, ia hanya berfungsi seperti sapi perah yang ada hanya untuk dimanfaatkan saja.

Agatha tentu tidak menyukai hal itu. Siapa yang ingin hidup untuk orang lain sepenuhnya? Agatha juga ingin merasa egois sedikit saja, sebentar saja, sekejap saja.

"Arkan."

Arkan yang samar-samar mendengar Agatha memanggil namanya segera memperlambat laju motor. "Kenapa?"

"Kayaknya ada yang ngikutin kita, dan itu ayah aku."

Tiba-tiba Arkan merasa tegang setelah Agatha mengucapkan dugaannya, tetapi sedetik kemudian Arkan bersikap seolah tidak mendengar apa-apa.

"Sekarang gimana?" tanya Agatha kalut. Saat ini kepalanya seperti kosong, seperti tak bekerja saking kacaunya.

"Dia bener ayah lo?" tanya Arkan balik.

"Gue yakin iya."

"Kita pastiin dulu bener atau nggaknya."

Arkan kembali melajukan motornya ke kecepatan semula, sembari diam-diam mengawasi motor yang Agatha maksud dengan sekali menengok ke belakang dengan kedok melihat keadaan Agatha.

Tetapi apa yang dikatakan Agatha ternyata benar, motor berwarna putih biru itu senantiasa mengikuti dengan jarak yang tetap, beberapa kali kali diam saat Arkan menolehkan ke belakang.

"Sialan," umpat Arkan kesal.

"Terus kita harus gimana?"

Arkan tidak menjawab, tetapi dia menambah kecepatan motornya, membuat Agatha refleks memeluk cowok itu dari belakang.

Agatha mengernyit saat Arkan tidak membawanya ke jalan di mana menuju rumah Arkan, melainkan tetap lurus dengan tujuan yang entah kemana.

"Kemana?"

"Udah diem."

Ucapan ketus Arkan membuat Agatha bungkam, lebih baik ia menurut saja dan mengikuti apa yang Arkan pikirkan.

Kemudian, Arkan menghentikan motornya di depan sebuah minimarket, memarkirkannya di sana dan meminta Agatha untuk turun. "Ikut gue."

Agatha mengangguk, jantungnya segera berdebar tak karuan saat Arkan menggenggam tangannya dan membawanya masuk.

Arkan sempat melihat ke belakang, dan orang yang mereka duga ayah Agatha ternyata berhenti di seberang jalan. Jadi, dugaan Agatha memang benar. Menyusahkan.

Keduanya berhenti di depan rak-rak minuman dingin, Arkan mengambil ponsel di saku celana, sedangkan genggaman tangan mereka sendiri tidak terlepas.

Agatha bahkan beberapa kali meringis sebab Arkan menggenggam tangannya terlalu kuat. Entahlah, Arkan hanya merasa tidak ingin Agatha jauh-jauh darinya, ia tidak ingin ada kemungkinan-kemungkinan yang tak diinginkan terjadi.

Atau, Arkan tidak ingin Agatha dilirik cowok lain sedikit pun.

"Halo, Pa, bisa minta bantuan Papa?"

Agatha menoleh, ternyata Arkan menghubungi Samudra.

"Motor aku ada di minimarket deket gedung kantor Papa, bisa nanti suruh orang buat ngambil? Ada masalah, nanti aku jelasin."

"Thanks."

Arkan menutup teleponnya, lalu menatap Agatha lekat-lekat. "Sebenernya apa yang bikin bokap lo ngejar-ngejar lo?"

Agatha menunduk. "A-anu, itu...."

"Oke, jelasin nanti aja. Bingung gue kalo denger orang gagap."

Agatha berdecak, lalu memukul lengan Arkan pelan.

"Sekarang kita ke mana?"

"Kita pulang naik angkot, boleh, kan?"

Agatha mengangguk. Asal dengan Arkan, ia tidak perlu khawatir soal apa pun. Sebab ia yakin cowok itu akan melindunginya.

Arkan mengeluarkan jaket dari dalam tas lalu memakainya, tak lupa ia juga membawa masker dari sana.

Arkan berbalik, memakaikan masker kepada Agatha yang kita mematung tak bergerak. "Ini biar dia lama ngenalin kita."

Kesadaran Agatha baru kembali lagi saat Arkan menggenggam tangannya dan menariknya pergi. "Ayo."

Bertepatan dengan banyaknya pengunjung yang keluar dari minimarket, Arkan dan Agatha segera mengikuti di belakang, tidak lurus ke arah parkiran tetapi berbelok ke sebuah taman. Siasatnya berhasil, sebab pengendara motor di seberang jalan tidak menunjukkan tanda-tanda akan mengikuti.

Diam-diam Agatha tersenyum, memandang wajah Arkan yang datar ekspresinya. "Thanks, Cabe Man," gumamnya.

Bagi Agatha, Arkan lah pahlawan baginya. Yang menariknya dari jerat luka, yang menerangi dunia gelapnya, yang membuatnya kembali merasakan cinta.

Langkah keduanya cepat, ingin segera jauh-jauh dari sana. Hal itu membuat Agatha haus, ia segera meminta Arkan untuk berhenti sejenak.

"Kenapa?"

"Gue haus, Arkan. Lo jalan kayak mau nyari air buat mandi."

Arkan mendengus keras-keras, ia mengedarkan pandangan dan segera menarik Agatha saat menemukan sebuah kedai yang menjual jus buah-buahan.

"Pilih yang lo mau."

Agatha tersenyum lebar, mencubit pipi Arkan gemas. "Makasih."

Agatha pun segera membeli jus melon sebagai pemuas dahaganya, sedangkan Arkan membeli jus stroberi.

Setelah itu, mereka kembali menyusuri trotoar dan akhirnya berakhir duduk di sebuah angkutan umum yang hampir penuh, untung saja masih mendapatkan tempat duduk.

"Lo nggak papa?" tanya Arkan.

"Nggak," jawab Agatha sambil menyandarkan kepalanya di bahu Arkan.

"Jangan deket-deket gue, risi."

Nyatanya, Arkan tetap membiarkan Agatha dalam posisi seperti itu. Dasar.

"Arkan, makasih banget ya."

"Hmm."

Sisa perjalanan Agatha habiskan untuk meminum jusnya, sedangkan Arkan hanya memandang keluar jendela, sesekali mengecup puncak kepala Agatha lembut.

Tiba-tiba Agatha duduk tegak saat menyadari sesuatu, ia melotot dan rasa khawatir, takut serta malu segera menyerangnya.

Ini malu untuk diakui, tetapi rasanya Agatha... tembus. Ini hari pertamanya, dan ia tidak membawa sesuatu yang diperlukan di dalam tas. Apalagi kini Agatha sedang di dalam angkutan umum.

Mengapa harus saat ini, sih?

Agatha melirik Arkan takut-takut. Apa yang harus diperbuatnya?

Jika ia memberitahunya, Arkan pasti akan merasa malu, jijik lalu meninggalkannya sendiri di sana.

Agatha tiba-tiba ingin menangis saking bimbangnya, antara memberitahu Arkan atau tidak.

Arkan dapat melihat kegelisahan Agatha, ia menoleh dengan alis bertautan. "Lo kenapa?"

Agatha menunduk, bergeser sedikit menjauhi Arkan. "Ng-nggak kenapa-kenapa."

"Gue suka cewek yang jujur," balas Arkan menohok.

Agatha semakin menunduk, ia sangat malu sekarang. "Gu-gue beneran nggak papa."

Arkan berdecak, ia mendekatkan telinganya ke arah Agatha. "Ngomong," titahnya.

Agatha mengembuskan napas, mungkin lebih baik ia jujur saja. Biarlah Arkan merasa risi dan pergi, toh ini masalahnya dan harus ia tanggung sendiri.

"Gue... tembus," cicitnya.

Agatha memperhatikan ekspresi Arkan. Dia sempat terkejut, tetapi tak lama. Arkan yang diam membuat Agatha semakin kalut.

Apakah Arkan kini merasa risi dan malu? Apakah Arkan akan meninggalkannya? Apakah Arkan tidak menyukainya lagi?

Namun, semua prasangka Agatha sepertinya tidak terbukti.

Arkan memperhatikan sekeliling, berdeham, membuka tutup jus stroberi, entah apa yang dipikirkannya. Lalu, Arkan menumpahkan jus stroberinya di atas rok Agatha dengan sengaja.

Agatha membelalak, hingga ucapan Arkan yang ia yakin sengaja diucapkan keras-keras membuatnya bungkam, tak bisa berucap.

"Eh? Maaf, gue udah tumpahin minuman gue ke elo."

Arkan menekankan kata tumpahin, beberapa penumpang sempat memperhatikan mereka sampai Arkan melepas jaketnya dan memberikannya kepada Agatha.

"Pake ini sebagai ungkapan permintaan maaf gue."

Agatha menerima jaket Arkan dengan tangan gemetar, lalu menutupi roknya yang kini basah.

Seluruh penumpang kembali ke kesibukannya masing-masing, tak lagi memperhatikan Agatha dan Arkan.

Agatha menunduk, merasa bersalah. Ia bodoh karena berprasangka yang tidak-tidak, ia bodoh berpikir Arkan akan meninggalkannya semudah itu.

Menumpahkan jusnya adalah ide Arkan untuk menutupi rasa malu Agatha, menyelematkannya dari canggung jika orang lain mengetahui apa yang sebenarnya​ terjadi.

Sungguh, bagi Agatha, Arkan adalah cowok paling gentle yang pernah ia temui.

Agatha ingat pagi tadi Arkan mengatakan bahwa jaket yang sekarang ia lilitkan di pinggang adalah jaket favorit cowok itu. Dan Arkan rela memberikannya kepada Agatha untuk menutupi sesuatu?

Agatha mendongak, memperhatikan Arkan yang terlihat tanpa ekspresi, seolah tidak ada yang terjadi. Dia tidak bergeser menjauh, dia tidak terlihat risi.

Arkan menyelamatkannya dari rasa malu, Agatha mengingatnya lagi.

Lalu, Agatha mengangguk. Sebuah pemikiran datang ke kepalanya, bahwa ia tidak akan meninggalkan Arkan apa pun yang terjadi.

***

Maaf baru bisa update sekarang karena sinyal semalem itu nyebelinnya minta ampun asdfghjkl

So, gimana tanggapan kalian soal sikap Arkan di atas?

Yang mau fangirling Arkan, yo komen di section ini.

Wkwkwkwk.

Ok, see you:))

Continue Reading

You'll Also Like

262K 31.5K 52
"Temen gua minta ID Line lo, dek." "Kenapa dia nggak minta sendiri aja, sunbae?" "Temen gua lagi encok, dek. Jadi susah kalo mau jalan ke sini cuma b...
1.4M 116K 57
"Oh jadi lo itu cuma pura-pura?" tanyanya setelah mendengar Alesya berbicara tidak seperti biasa. Alis Alesya mendadak menaut. "Pura-pura?" "Pura-pu...
92.8K 7.5K 16
Memang benar yang dikatakan semua orang, kecerobohan Naruto membawa malapetaka, walau kadang ada sisi baik dari kecerobohannya!! penasaran apa yang t...
17.1M 31.1K 11
Sudah terbit! Cek IG @coconutbooks dan @hytrrahmi untuk info selengkapnya!!! WARNING ⚠️ SEBAGIAN BAB SUDAH DIHAPUS DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN [Longl...