JALAN KITA [ COMPLETED ]

By AyaStoria

106K 9.3K 496

Dengan uang apapun bisa gue beli. Apapun bisa gue dapetin. Bahkan nyawapun bisa gue mainin. -Alexander Nichol... More

✔PROLOG✔
✔SATU✔
✔DUA✔
✔TIGA✔
✔LIMA✔
✔ENAM✔
✔TUJUH✔
✔DELAPAN✔
✔SEMBILAN✔
✔SEPULUH✔
✔SEBELAS✔
✔DUABELAS✔
✔TIGABELAS✔
✔EMPATBELAS✔
✔LIMABELAS✔
✔ENAMBELAS✔
✔TUJUHBELAS✔
✔DELAPANBELAS✔
✔SEMBILANBELAS✔
✔DUAPULUH✔
✔DUAPULUHSATU✔
promo again 😁😁😁
✔DUAPULUHDUA✔
E-BOOK JALAN KITA
E-BOOK JALAN KITA

✔EMPAT✔

4.2K 400 7
By AyaStoria

✔✔✅✔✔

Ali tampak sibuk dengan hpnya. Sesekali ia melirik benda pipih itu di tangannya. Layarnya tak berkedip, hpnya juga tidak bergetar. Padahal sudah 10menit yang lalu ia mengirim chat ke Prili.

Ia melirik jam tangannya, memastikan bahwa sekarang adalah jam istirahat Prili.

Sbuk ya...kok gak d read WA q?

Ali kembali mengirim chat. Ia menghela nafas pelan. 10 menit lagi jam istirahat Prili akan habis.

Seperti biasanya di saat Ali masuk siang ia akan menyempatkan menjemput Prili ke sekolahnya dan mengantarnya pulang. Sebelumnya mereka akan berkomunikasi lewat WA.

5 menit kemudian baru hp Ali bergetar. Centang di chat yang ia kirim juga sudah berwarna biru. Ali tersenyum lega. Tak lama ada chat masuk dari Prili.

Sorry tdi ada masalah dikit. Ntr jadi jemput kan?

Senyum Ali semakin merekah.

Jdi donk sayang..sekalian brgkt kerja ntar!

Oke q msuk dulu ya. Nti wa klo mau otw..

Siap cantikku 😙

😙

Ali menatap layar hpnya sedikit lama saat melihat emot yang Prili kirim lalu meletakkan hpnya di atas meja kecil coklat. Masih ada waktu 3 jam lagi sebelum Prili pulang sekolah. Ali kembali tidur sebentar karena rasa kantuk yang masih menderanya. Kemarin ia kebagian shift malam dan baru pulang jam 6 pagi. Nanti jam 2 siang ia harus berangkat lagi untuk shift siang.

✔✔✅✔✔

Begitu bel pulang sekolah berbunyi, Prili langsung berlari keluar kelas. Ia tak ingin seseorang diluar sana menunggunya terlalu lama. Semua aktifitas Prili tak luput dari pengamatan Nick.

Nick ikut mempercepat langkahnya menyusul Prili yang tampak berlari kecil keluar dari pagar sekolah. Nick tau siapa yang akan Prili temui.

Nick mengalihkan pandanganya ke seberang jalan. Di sana ada Ali, orang yang menunggu Prili. Senyum keduanya merekah saat pandangan mata mereka beradu. Hal itu membuat dada Nick terasa sesak dan nyeri. Nick hanya bisa mengepalkan tangannya. Menatap sinis ke arah mereka berdua.

"Langsung pulang?". Tanya Ali memastikan. Prili mengangguk dan langsung naik ke boncengan motor Ali.

Dalam kejauhan, Nick terus mengamati keduanya. Tawa lepas Prili semakin membuat dada Nick terasa sesak. Kenapa tawa Prili bisa lepas saat bersama Ali?.

Perjalanan memakan waktu hanya setengah jam dari sekolah ke rumahnya. Prili turun dan melepas helmnya. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru.

"Kamu kenapa?". Tanya Ali cemas dan mengikuti arah pandang Prili.

"Ternyata gak ada!". Sahut Prili. Ali mengernyit, bingung.

"Apanya yang gak ada?". Tanya Ali lagi.

Prili menoleh dan tersenyum. Tapi raut wajahnya yang takut masih terlihat. Ia langsung menarik tangan Ali dan membawanya masuk. Tanpa menjawab pertanyaan Ali.

"Assalamualaikum!!". Seru Prili saat langkah kakinya sampai di ruang tamu. Tangannya masih menggenggam jemari Ali. Tak lama kemudian Mega datang.

"Wa'alaikum salam. Siapa dia Kay?". Tanya Mega langsung. Langkahnya pelan menghampiri Prili dan Ali.

"Kenalin Ma. Ini temen Kay. Namanya Dava Vaerali!".

Ali langsung mengulurkan tangannya dan Mega menyambutnya. "Ali Tante!". Ucap Ali sambil menjabat tangan Mega dan sedikit membungkukkan badannya.

Mega tersenyum. "Mega, Mamanya Kanaya! Ayo duduk!". Mega langsung mempersilahkan tamunya duduk. Mega duduk di ujung sofa sementara Ali dan Prili duduk bersebelahan.

Prili kembali melempar pandang ke arah luar rumah. "Mereka gak ada ya Ma?". Tanya Prili.

"Iya Kay. Alhamdulillah. Mama juga agak kuatir. Tapi mungkin aja mereka memang gak ada urusan sama kita!". Jelas Mega.

Ali hanya diam dan memcoba memahami apa yang mereka bahas.

"Kalo terjadi apa-apa, Mama langsung teriak aja ya. Tetangga sini pasti bantu!". Ucap Prili lagi.

"Iya kamu tenang aja. Mama selalu kunci pintu rumah kok!".

Ali yang sedari tadi penasaran dengan apa yang mereka bicarakan akhirnya ikut angkat suara. "Sebenarnya ada apa? Apa ada hal yang mencurigakan?". Ali menatap Mega dan Prili bergantian.

"Gak cuman mencurigakan tapi juga menakutkan. Mereka pake baju item, kacamata item dan mobil item. Gak tau cuman perasaanku aja atau gimana. Aku ngerasa mereka ngawasin aku juga Mama!".

Ali terdiam sejenak. Mencerna apa yang di sampaikan Prili. "Apa perlu lapor polisi?".

Prili menggeleng cepat. "Jangan. Aku gak ada bukti!".

Ali menganggukkan kepalanya beberapa kali. Mengiyakan perkataan Prili. "Ya udah kamu berdoa aja ya. Semoga mereka gak ada niatan jahat sama kamu. Cuman Allah yang bisa bantu kamu!".

Prili melebarkan senyumnya dan mengangguk. "Ya udah kalo gitu aku ganti baju dulu ya!". Pamitnya. Ali mengangguk dan Prili langsung masuk ke dalam kamarnya. Kini yang tersisa di ruang tamu tinggal Mega dan dirinya. Ali berdehem kecil menetralkan rasa gugupnya.

"Nak Dava udah kenal Kay lama?". Mega membuka suaranya.

Ali mengangguk kikuk. "Sekitar 4 bulanan Tan!".

"Trus hubungan kalian sekarang apa?".

Ali menggaruk pelipisnya sebentar. "Saya--maksudnya kita....pacaran Tan!".

Mega tersenyum lembut dan mengangguk kecil. "Tante gak ngelarang sama hubungan kalian tapi Nak Dava tau kan kalo Kay itu masih sekolah? Jadi ya Tante harap hubungan kalian sewajarnya saja. Jangan terlalu di bawa serius. Jodoh bukan Tante yang menentukan!".

Ali mengangguk pelan. "Saya mengerti Tan!".

"Oh iya...kerja di mana?".

Sejurus mata Ali menatap ke arah Mega. Ada rasa khawatir bergelayut dalam hatinya. Apa Mamanya Prili akan menerima jawabannya?. "Em....saya kerja di minimarket Tan. Pramuniaga lebih tepatnya!".

Raut wajah Mega berubah sedikit masam. Ia menghela nafas panjang dan menghembuskannya dengan cepat. "Nak Dava tidak berniat mempermainkan Kay kan?".

Seketika Ali terkesiap. Ia bingung kenapa Mega bisa berpikiran seperti itu. Ia lalu menggeleng cepat. "Saya tidak suka bermain hati Tan. Saya sangat mencintai anak Tante. Saya sangat sayang sama dia. Apapun akan saya lakukan untuk kebahagiaannya!".

Kini raut wajah Mega berubah normal seperti sedia kala. Ia tersenyum tipis. "Tante gak nuntut apa-apa sama kamu. Tante harap kamu bisa pegang omongan kamu. Gimanapun juga Kay masih kecil. Emosi masih tinggi. Kalo kamu gak bisa ngimbangin dia....kamu pasti tau jawabannya!".

"Saya mengerti Tan!". Ali mengangguk lagi.

"Serius amat. Ngomongin aku ya?". Celetuk Prili yang tiba-tiba datang dan langsung duduk di sebelah Ali. "Mama nanya apa aja? Jangan bikin dia nervous loh Ma!". Goda Prili.

"Mama cuman tanya hubungan kalian sejauh mana!".

Prili melempar pandangannya ke arah Ali. Ali hanya mengangkat kedua alisnya dan tersenyum lembut. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. "Maaf Tan. Saya pamit dulu. Satu jam lagi saya masuk kerja!". Ali berdiri dari kursinya di ikuti Prili dan Mega.

"Ck. Cepet banget sih baru juga nyampe!". Gerutu Prili.

"Kay..!". Panggil Mega memperingatkan. Prili hanya mencembikkan bibirnya.

"Kan besok juga ketemu lagi!". Bujuk Ali sambil mengusap kepala Prili dengan penuh kasih sayang.

"Besok anterin aku berangkat sekolah ya!". Pinta Prili.

Ali mengangguk sambil tersenyum. "As your wish Princess!".

"Iiiih lebay!". Cibir Prili sambil menoyor pelan pipi Ali.

"Ehem!". Mega menutup mulutnya dengan telapak tangan kanannya. Ali dan Prili seketika sadar. "Nanti telat loh kerjanya!".

Prili hanya nyengir dan malah bergelayut manja di lengan Ali. "Aku berangkat dulu ya!". Pamit Ali. Prili mendengus kecil lalu melepaskan kaitan tangannya.

Ali mengulurkan tangannya ke arah Mega dan mencium punggung tangannya. "Saya pamit dulu Tan!".

"Iya. Ati-ati ya Nak Dava!".

"Makasih Tan. Yuk Pril. Aku kerja dulu ya!".

Prili mengangguk yakin. "Kamu ati-ati ya. Awas jangan tepe-tepe sama partner kerja kamu!".

Ali hanya terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. Ia lalu menghampiri motornya dan bersiap meninggalkan rumah Prili.

Mega dan Prili berdiri bersebelahan menatap laju motor Ali yang semakin menjauh.

"Ciyeee....manggilnya Dava!". Goda Prili sambil melirikkan matanya ke arah Mega.

"Kenapa? Namanya Dava kan?". Tanya Mega. Prili mengangguk. "Trus Mama harus manggil dia apa? Vae? Rali? Atau Ali?". Mega langsung ngeloyor masuk ke dalam.

Prili hanya mengangkat kedua pundaknya. Senyumnya merekah mengingat kejadian hari ini. Ternyata Mamanya bisa nerima Ali. Baru saja Prili mau membalikkan badannya, masuk ke dalam rumahnya. Tapi langkahnya terhenti karena ia mendengar suara mesin mobil dan berhenti di depan pagar rumahnya.

Prili mengernyit dan menajamkan penglihatannya. Seketika mulutnya menganga lebar. Mobil hitam yang selama ini bertengger tak jauh dari rumahnya kini terparkir tepat di depan rumahnya.

Seorang berpakaian hitam dan berkacamata hitam keluar dari mobil. Tersenyum tipis lalu menghampiri Prili.

"Halo Nona. Kita ketemu lagi!". Sapanya ramah. Dito melepas kacamatanya dan memasukkannya ke dalam saku blazernya.

"A-Anda? Yang menolong saya kemarin?".

Dito mengangguk dan tetap tersenyum ramah.

"Ja-jadi...jadi Anda yang selalu mengawasi saya?".

"Iya Nona. Maaf kalau saya membuat takut Nona Kanaya!".

Prili menggelengkan kepalanya. "Ah tidak apa-apa. Kebetulan saya dan Mama ingin sekali bertemu dengan Anda. Mama belum sempat mengucapkan terima kasih soal kejadian seminggu yang lalu!".

"Sama-sama Nona--!".

"Oh iya mari silahkan masuk. Mama pasti senang bisa bertemu dengan Anda!". Potong Prili.

"Tidak perlu Nona. Saya kesini ingin menyampaikan sesuatu!". Tolak Dito. Prili mengernyit. "Ada yang ingin bertemu dengan Nona Kanaya. Beliaulah yang membayar semua hutang Pak Julian. Saya hanya sebagai perantara saja!". Sambung Dito.

"Hah? Jadi bukan Anda? Lalu siapa?".

Dito tersenyum lalu tanpa menjawab pertanyaan Prili, ia membalikkan badannya berjalan menghampiri mobil, membukakan pintu mobil bagian belakang.

Sepasang sepatu kets warna abu-abu. Prili mengalihkan pandangannya dari sepatu itu. Celana panjang berwarna abu-abu. Kening Prili mengernyit. Lalu pandangannya jatuh ke kemeja putih dengan badge OSIS berwarna coklat menempel di dada kirinya.

Prili terus menaikkan arah pandangnya. Seorang laki-laki tersenyum ke arahnya. Saat ia membuka kaca mata hitamnya, mulut Prili malah menganga lebar. Matanya melotot sempurna.

"Nick?!". Panggilnya lirih.

✔✔✅✔✔

Surabaya 01 November 2017
✔AyaStoria

Continue Reading

You'll Also Like

4.2M 106K 23
Dikejar duda? Suatu kejadian yang tidak pernah seorang Ayyara Danesya sangka. Apalagi kalau duda itu adalah ayah dari sahabatnya sendiri.
610K 6.9K 54
Area 21+ yaa Repost!!! Bocil harap menjauhh, sebagian part di Karyakarsa. Sudah ending yaaaa😍 Hari ini Yasmine Dewangga akan menikah dengan pria pi...
81.5K 3.1K 20
" Dosen yang aneh " ucap Nara " Pasti dia akan menjadi milikku " ucap Bian
1.2M 35.2K 56
Kiara Aulia Pradipta tidak menyangka sama sekali di umurnya yang menginjak usia 23 tahun harus menikah dengan adik iparnya atas permintaan adiknya. K...