My Ssaem My Husband

By Grayomega

156K 9K 685

Privated some chapter.. 🐱 Follow dlu biar bisa baca Kisah dimana seorang murid yang harus menjadi istri dari... More

Jungkook Ssaem My Husband
Yoongi ssaem My husband
Taehyung ssaem My husband
Namjoon ssaem My husband
Jimin ssaem My husband
Jin ssaem My husband
Hoseok ssaem My husband
Jungkook ssaem My husband (1)
Taehyung ssaem My husband (1)
Namjoon ssaem My husband (1)
Jin ssaem My husband (1)
Hoseok ssaem My husband (1)
GRAYOMEGA 🐙
Jimin Ssaem My Husband (1)
Jungkook Ssaem My Husband (2)
Yoongi ssaem My husband (2)
Taehyung ssaem My husband (2)
GRAY OMEGA AGAIN 🐙🐙
Namjoon ssaem My husband (2)
psst... 🐙
Jin ssaem My husband (2)
Jimin ssaem My husband (2)
Hoseok ssaem My husband (2)
(3)
Jungkook ssaem My husband (3)
Taehyung ssaem My husband (3)
Yoongi SsaemMyHusbad (3)
Special part (Woojin edition)

Yoongi ssaem My husband (1)

6.9K 442 32
By Grayomega

Tanganku menggantung di udara bersama sekotak bekal yang ku jinjing, wajah sumringah yang belum pernah ku lihat dari suamiku kini dipertontonkan dengan jelas saat seorang wanita yang tak ku kenal menghambur ke pelukannya.

Banyak murid yang berseliweran menutup mulut karena tak percaya melihat guru dingin yang selama ini mereka kenal bisa tertawa begitu lepas bersama wanita yang juga ikut terkekeh memukul bahunya.

"Chanmi-ya..." aku tersentak, entah sejak kapan Minjae melambaikan tangannya di hadapanku. Laki-laki ini sedikit memiringkan kepala, tak mengerti melihatku yang mengedipkan mata berulangkali mencoba menghapus memori yang terekam di netraku beberapa saat lalu.

Ku sunggingkan senyum palsu "Waeyo Kim Minjae-ssi?"

"Aihh.... Jangan memanggilku dengan embel-embel ssi! Kita ini sudah seperti...." Minjae mengaitkan kedua jari telunjuknya, mendiskripsikan jikalau mereka sangat dekat bahkan tak dapat dipisahkan, meski dilubuk hati terdalamnya ia sadar jika wanita ini sudah mengambil posisi mendiang kakaknya karena terpaksa.

Toh, apa yang patut di takuti seorang Kim Minjae? Min Yoongi, guru sekaligus majikan bibinya tak akan bisa mencintai Chanmi dengan tulus seperti apa yang ia lakukan. Mencintai bahkan merebut milik orang lain yang dianggap tak berharga, tidak ada salahnya bukan?

"Kau disini Sunbaeku, aku juga tak mungkin bicara sembarangan dengan ketua osis." Chami memelankan suaranya, berharap siswa lain tak mendengar.
Sebagai ketua osis yang dikagumi, bisa bahaya jika anggota fansclub Minjae menerornya.

Minjae sedikit merunduk, membisiki sesuatu yang membuat Chanmi terbeliak kaget

"ARRAYO, KATAKAN SAJA JIKA KAU PACARKU!"

Apa suara sebesar itu pantas disebut bisikan? Chanmi tak habis pikir kenapa Minjae sangat suka membuatnya mati ketakutan terlebih memandang tatapan horror para siswi saat mendengar bisikan, ng... garis bawahi teriakan Minjae barusan

"Kim Minjae...." Pria itu malah tertawa puas mendengar ringisan Chanmi. Kebahagiaannya bertambah dua kali lipat saat tak sengaja sudut matanya menangkap pria yang berdiri di kejauhan bersama seorang wanita mendadak hening.

"KAJJA!!!!"

"Minjae,andwe... Kim Minjae..."Lirih Chanmi disela usahanya melepaskan tangan dari genggaman Minjae.

Namun apa mau dikata, Minjae senang membuat orang lain beranggapan jika Chanmi adalah kekasihnya.

--

Chanmi berjalan mengendap berusaha menghindari anggota fansclub Minjae yang bisa datang kapan saja, masa bodoh terlambat masuk kelas.

"Omo...." Chanmi berhasil menghentikan langkahnya di sudut lorong, disana para fans Minjae terlihat sedang berembuk merundingkan sesuatu. Mungkinkah rencana balas dendam terhadapnya?

Memelankan derap langkahnya, Chanmi memutar arah agar bisa sampai dikelasnya meski harus berjalan sedikit lebih jauh.

Keluar dari mulut harimau masuk ke kandang singa, begitulah ungkapan yang pantas disematkan pada Chanmi. Tak seharusnya ia melewati jalan ini, lebih baik babak belur dipukuli fans Minjae daripada harus menyaksikan Yoongi berpelukan bersama wanita yang dilihatnya tadi.

BLUP....

Tubuh lemas Chanmi kini terkurung dalam pelukan Minjae yang berhasil membawanya bersembunyi tepat sebelum Yoongi melihat keberadaannya. Nafas gusarnya berhenti tatkala merasa kedua tangan yang sedaritadi menggantung, kini balik melingkar dipunggungnya

"Gwenchana, aku disini bersamamu." Minjae mempererat pelukannya, berusaha menutupi kepedihan saat isakan itu keluar dari mulut wanita yang ia cintai.

Disini, didalam hati Minjae, ia merasakan sakit yang amat sangat saat melihat Chanmi mengeluarkan air mata demi pria bajingan seperti Min Yoongi dibandingkan saat ia harus menerima kenyataan jika Chanmi tak menganggapnya lebih dari seorang kakak.

--

Tidak ada yang perlu disesali, sejak awal Chanmi sudah tahu resiko apa yang akan ia terima jika akhirnya menjatuhkan hati pada seorang Min Yoongi.

Kejadian tempo hari dimana Yoongi bersikap manis dan menggendongnya ke kamar, hanya satu dari sekian banyak alibi Yoongi agar Chanmi mau beristirahat dan tidak terus-terusan merepotkannya.

Yoongi memang menciumnya, tapi hal itu cukup wajar mengingat Yoongi juga laki-laki biasa yang punya hasrat pada wanita yang tiap malam menghuni kamarnya.

Mencintainya? Oh... tidakkah itu seperti dongeng dari negri antah berantah?

Walau apapun itu, nyatanya Chanmi bertahan dengan cinta sepihak ini sampai ia menemukan garis akhir dibalik dramatikal sepasang insan yang paling ingin ia lupakan

"mma-ttaa-taa." Tidak, Chami tak mungkin seegois itu sampai melupakan tangan kecil yang menggapai-gapai dari dalam box bayi. Sungho dengan mata berbinar melihat Chanmi yang datang ke kamarnya tanpa mengganti seragam.

Sungguh, Chanmi memaki dirinya sendiri karena berpikir ingin berpisah dari Yoongi tanpa memikirkan keponakan tampannya yang sudah ia anggap sebagai anak sendiri

Sungho adalah hidupnya, Sungho memegang separuh nafasnya selain Yoongi. Chanmi tidak mungkin berpisah dengannya meski secara tak kasat mata ia dan Yoongi sudah terpisah jauh

Tak berselang lama setelah menidurkan Sungho dan mengantarkan kepulangan bibi Minjae sekaligus pengasuh Sungho, Yoongi pulang membawa aura dingin.

Tak ada pembicaraan karena Chanmi memang menghindarinya, mendengar suara Yoongi akan membawanya pada ingatan dimana pelukan itu terpampang jelas dimatanya.

Mengambil tas kerja Yoongi seperti biasa, Chanmi sudah menyiapkan semuanya mulai dari air hangat, baju ganti dan makan malam agar tak ada pertanyaan yang ditujukan padanya.

"Tidur dimana?" pergerakan Chanmi terhenti, suara dingin dibelakangnya membuat guratan sakit itu melebar kembali. Bisa saja Chanmi berteriak, melempar guling yang ia bawa kearah Yoongi, dan memakinya karena tega melakukan hal sekejam itu.

"Aku takut Sungho menangis seperti tadi malam." hanya balasan singkat, mengingat tidak mungkin Chanmi menuntut haknya, berharap agar Yoongi membujuknya untuk tetap disini dan menanyakan perihal apa yang membuat Chanmi mengacuhkannya.

Memimpikan itupun terasa sangat mustahil.

"Baiklah, tolong tutup pintunya dari luar."

--

Yoongi mendapati sarapan sudah terhidang, Sungho juga sudah ditangani dengan baik oleh bibi Kim yang datang lebih awal. Mendapati sosok yang ditunggu tak kunjung turun, Yoongi memberanikan diri bertanya pada bibi Kim yang sedang menyuapi Sungho

"Ng... ahjumma, a-apa kau tahu dimana Chanmi?" setelah orang tuanya, Yoongi paling takut jika dihadapkan dengan pengasuh Sungho ini. Tatapan hangatnya bisa berubah dingin jika dia tidak menyukai sesuatu, dia juga benci orang yang bertele-tele

"Sampai kapan kau akan ragu pada perasaanmu? Kau justru akan menggali rasa sakit dihatimu dan membuka jalan lebar untuk orang lain memilikinya." Yoongi diam seribu bahasa, tanpa perlu dijelaskan bibi Kim sudah paham seluk beluk permasalahan rumah tangganya.

Ada kala dimana Yoongi percaya jika Chanmi akan bahagia bersamanya tanpa peduli cercaan dunia luar dan resiko yang harus ia tanggung jika pihak sekolah sampai mengetahui pernikahan mereka, namun ada sisi lain di hati Yoongi yang berkonfrontasi jika cinta yang ia berikan harusnya tak menyakiti orang yang ia cintai.

"Ahjumma, aku-"

"Arra." Sela bibi Kim meletakkan mangkok bubur bayi yang telah kosong "Kau ingin membuat Chanmi membencimu dan memendam cinta sepihakmu sendirian." Skak mat, Yoongi mati kutu. Semua yang ada dipikirannya bisa dibaca dengan jelas oleh bibi Kim.

--

Wanita yang tertawa bersama Yoongi saat itu sudah ia anggap seperti kakak sendiri. Dialah yang membantu Yoongi untuk mengungkapkan perasaan pada mendiang kakak Chami dulu. Sebagai anak tunggal, Yoongi begitu merindukan kehadiran kakak angkatnya itu. Tiga tahun mereka terpisah, bahkan saat pemakaman istrinya, ia tak bisa hadir karena terhalang jadwal pekerjaannya sebagai pengacara di Amerika.

"Kenapa Yoongi yang ku kenal bisa serapuh ini? tidak ada satupun yang kau sakiti disini."

"Aku membenci diriku sendiri nuna, kenapa aku tidak bisa memberi kebahagiaan yang utuh pada Chanmi? Aku mencintainya sama seperti aku mencintai kakaknya." Kerapuhan itu akhirnya patah, Yoongi menumpahkan sakit yang ia tanggung dalam pelukan Kwang Minyoung kakak angkatnya.

"Rasanya aku sudah tidak sanggup, aku ingin menyusul Junmi disana." Minyong mengusap pelan punggung Yoongi, ia tahu betul bagaimana inginnya Yoongi mengungkapkan perasaannya pada Chanmi dan melupakan batas umur yang terpaut jauh antar keduanya.

"Ingat Sungho, ingat juga Chanmi. Aku yakin dia tahu jika kau juga mencintainya tanpa perlu di ungkapkan, tenanglah Yoongi-ya. Kau pria yang kuat."

air matanya yang menggenang tak jadi luruh, saat menyadari kahadiran wanita yang langsung disentak pergi oleh seorang pria yang paling Yoongi khawatirkan akan merebut istrinya.

Tidak cukupkah kejadian tadi pagi dimana Yoongi melihat tangan Chanmi digenggam mesra dan diumbar-umbar sebagai kekasih Minjae? Tolong jangan ini lagi, tolong biarkan Yoongi menganggap pria yang sedang memeluk istrinya itu hanyalah sebuah halusinasi

--

"Chanmi-ya..."

"Minjae jebal, jangan seperti ini." sekuat apapun Chanmi berupaya melepas tangan Minjae dari lengannya, nyatanya pria ini terus bersikukuh dan merengek manja.

Minjae merelakan bangun siang di hari Minggu demi mengikuti bibinya bekerja ke rumah Yoongi dan melarikan Chanmi sekedar untuk lari pagi

"Argh.... Baiklah-baiklah. Aku mau, kau puas?" senyum kemenangan merekah di wajah Minjae, tak sia-sia dia merengek sepanjang jalan agar Chanmi mau menemaninya jalan-jalan siang ini.

"Min Chanmi, suatu hari aku berharap bisa mengganti margamu sama sepertiku." Minjae membatin memandang lekat wajah cantik yang kini tertawa lepas akibat tingkah childish yang ia buat.

Tangannya yang terulur kembali mengepal, sadar bahwa dia belum berhak memeluk tubuh mungil itu tanpa alasan jelas. Minjae tidak mau kehilangan Chanmi karena terlalu memaksakan perasaannya

--

Chanmi pulang tepat waktu sebelum bibi Kim pulang ke rumahnya. Ia masih bisa mempertanggung jawabkan kewajibannya sebagai istri

Namun penerangan yang tiba-tiba meredup, membuat Chanmi merogoh tas sandangnya dan menghidupkan lighter yang baru ia dapatkan dari mesin penjepit boneka bersama Minjae.

"Darimana saja?"

"Omo... khamjagiya." Dengan cahaya seadanya, Chanmi terperanjat mendapati Yoongi telah berdiri di depannya dengan kedua tangan menyilang di dada. Tak berselang lama, penerangan rumah kembali normal seperti biasa

"Naega?" Chami menunjuk dirinya ragu-ragu "Menghabiskan akhir pekan bersama temanku."

"Siapa? Kim Minjae?"

"N-ne."

Yoongi mendesah panjang seraya membelah tengah rambutnya kebelakang.

Wanita ini, selalu saja membuatnya cemas ada atau tidaknya dia di sisi Yoongi. Ini memang salahnya karena menginginkan cinta sepihak, tapi bukan berarti Chanmi bisa pergi seenaknya. Baiklah, dia memang tetap bertanggung jawab pada kewajibannya sebagai istri, namun seharian tidak melihat wajahnya membuat Yoongi sesak di ulu hati.

Rindu? Katakanlah begitu.

"Dengarkan aku, kau tidak boleh pergi bersamanya lagi."
Peringatan Yoongi membuat keberanian itu tersulut, Chanmi mengeyahkan telunjuk Yoongi dari wajahnya dan berjalan selangkah lebih dekat.

"Wae? Apa ini peraturan baru mu lagi ssaem? Haruskah aku mematuhinya demi nilai study ku?"

Yoongi menelan ludah, ia mengutuk dirinya sendiri karena sudah bicara gegabah atas dasar kecemburan. Hal ini justri memberi celah bagi Chanmi untuk menuntut semua perlakuannya selama ini

"Be-benar. Kau murid sekaligus istriku. A-aku tidak mau jika Minjae mengganggu konsentrasimu dalam belajar."

Chanmi memanggutkan kepala dan bersidekap "Aaaa.... Begitukah? Apa menurutmu Minjae akan jadi penyebabnya?"

"Y-ye. Dia sudah jelas menyukai mu lebih dari sahabat. Jika kau terus memberi harapan padanya, dia tidak akan pernah lelah menganggumu."

"Dia tidak mengangguku, aku senang bersamanya." Yoongi terbelalak, mungkinkah secepat itu perasaan Chanmi bisa berubah? Belum genap dua bulan dan Chanmi sudah membalas perasaan Minjae.

Lalu bagaimana dengannya? Yoongi bahkan sudah berikrar untuk terus menjaga cinta sepihaknya sampai kapanpun. Tapi saat semuanya nyata, kenapa perasaan menyesal terasa menghambat organ pernapasannya? Sesak, sangat sesak

"Jika kau melarangku dalam konteks seorang suami, apa aku pantas menolak sebagai seorang istri?" Yoongi menaikkan sebelah alisnya bingung

"Wanita yang membuat mu tertawa lepas, wanita yang kau peluk begitu erat. Apakah aku boleh membencinya? Bahkan jika aku bisa, aku juga ingin membencimu ssaem."
Chanmi meruntuhkan tembok beban di hatinya, melupakan tata krama bicaranya pada seorang guru sekaligus suami.

Cukup sudah ia diam selama ini, ia ingin menjadi Chanmi yang dulu, Chanmi yang bebas mengutarakan semua perasaan tanpa perlu mencemaskan perasaan orang lain

Yoongi melempar pandang keluar jendela, berusaha menahan genangan air yang mendesak di pelupuk mata.


"Andai aku punya pilihan lain Chanmi-ya." Batin Yoongi menangis.

"Begini saja, lebih baik kita tidak usah mencampuri urusan pribadi mulai saat ini. Kau bebas menentukan semua pilihanmu begitupun aku. Cintailah pria yang harus kau cintai dan ku cintai wanita yang memang pantas ku cintai. Apa itu adil?"

"Sangat adil." Seru Chanmi menutupi gejolak di hatinya. Ingin rasanya ia menangis tersedu dan memaki Yoongi sepuas hatinya. Suami bodoh, suami tidak peka, aku sungguh ingin membencimu.

Mulai malam itu mereka membuat kesepekatan diatas semua kebohongan yang mereka pendam.

Kamar yang menjadi saksi mereka selama ini, hanya tinggal Yoongi seorang diri. Chanmi putuskan untuk tidur dikamar Sungho.

Dilarang ada rasa kecemburuan jika melihat kedua belah pihak berkencan dengan pria maupun wanita lain.

Diusahakan untuk tidak saling bertegur sapa jika memang kebetulan berpapasan di rumah maupun di sekolah.

Sungguh perjanjian yang bodoh karena harus membohongi perasaan masing-masing.

TBC 🐇🐢

Ehem... cheogiyo!!!

Bagi yang udah baca tolong komen ya, kalau bisa komen sekalian. Sedih loh rasanya, berasa ga ada yang dukung padahal karyanya sudah dibaca.

And about this fanfic, setiap guru sekaligus suami tampan ini punya kelanjutan ceritanya di setiap chapter. Jadi jangan dipikir setiap author post salah satu member itu berarti cerita dengan tema baru ya reader.

Makasih udah sempatin baca

Continue Reading

You'll Also Like

104K 10.1K 27
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
56.5K 7.3K 47
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
58K 8.8K 55
Rahasia dibalik semuanya
295K 30.3K 33
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...