The Exorcist ✔️

By DeadDoggos

456K 38.8K 1.3K

Apa kalian pernah mendengar cerita tentang Banshee dari Irlandia? Atau sosok Dracula yang melegenda dari Ruma... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
The Last Chapter
Extra Chapter
Pengumuman

Chapter 26

7.2K 756 10
By DeadDoggos

Gray melihat lampu menyala di penginapan, dia melangkah mengendap-endap, mengintip ke dalam melalui jendela, beberapa orang tampak berkumpul di dalam penginapan Helmut.

"Kupikir semuanya pergi ke tempat upacara dilaksanakan," pikir Gray. Dia memperhatikan kalau orang-orang ini tidak bersenjata, dan hanya sekadar minum-minum saja. "Sialan..."

Gray menegakan diri, berpura-pura berjalan santai seolah tidak terjadi apa-apa, walau penampilanya yang kotor dan lusuh bakal mengundang kecurigaan, tapi dia tidak peduli

Gray masuk begitu saja ke dalam penginapan, awalnya orang-orang cuek saja. Tapi, ketika kaki Gray menginjak anak tangga paling bawah, mereka sadar kalau orang yang baru saja masuk bukanlah penduduk desa.

"Siapa kau?" tanya pria brewok berbadan kerempeng.

Gray berdiri mematung, dia menunduk, ekspresi wajahnya tertutup bayangan hitam.

"Hei bocah, kalau ditanya dijawab!" bentak pria lain tidak sabar.

Gray membalikkan wajahnya, menyunggingkan senyum bersahabat. "Biarkan aku pergi dan kalian bisa melanjutkan minum-minum, sebab perasaanku benar-benar tidak enak malam ini,"

"Lancang! Kau minta dihajar rupanya!" bentak pria brewok emosi menggebrak meja, hingga beberapa makanan tumpah ke lantai.

"Tunggu, sepertinya aku mengenal dia..."

"Siapa?" pria brewok memperhatikan keadaan Gray yang terlihat lusuh di bawah siraman cahaya lampu penginapan. Matanya membelalak terkejut, mengenali kalau Gray adalah tahanan di bawah lumbung. "Bagaimana kau bisa lolos?"

"Merepotkan saja," gerutu Gray, berbalik mendekati tiga orang itu.

"Kau harus kukembalikan ke dalam selmu lagi!" seru pria brewok meraih baju Gray.

Gray mengernyit tak suka, dia mecengkeram erat pergelangan tangan pria brewok itu, memutarnya hingga terdengar bunyi "krak" keras.

Ekspresi kesakitan tergambar jelas di pria brewok itu, dia menjerit kesakitan sampai bersimpuh di hadapan pemuda tersebut. Tendangan keras pun dilepaskan Gray ke perut pria itu hingga jatuh pingsan.

Gray mundur selangkah, ketika teman pria brewok lainnya melepaskan tinju ke arah wajahnya. Dia membalas tinjuan itu dengan tendang keras di perut dan tinjuan samping di wajah hingga kepala pria itu membentur sisi meja, pingsan.

Melihat dua temannya jatuh tak berdaya, pria ketiga lari keluar penginapan. Berteriak meminta tolong.

Gray tak membuang waktu, dia bergegas ke lantai dua, mengambil pedang miliknya, sama seperti dugaannya tak ada yang berani menyentuhnya.

Mendadak dia terhuyung-huyung seolah dunia berputar di matanya, tangannya meraih pinggiran meja sebelum terjatuh ke lantai. Kepalanya pusing, napasnya berat, digelengkan kepalanya kuat-kuat bermaksud mengusir sakit di kepalanya. Lalu, dia sadar kalau seharian ini, kerongkongannya belum teraliri oleh air, dan perutnya belum terisi oleh makanan.

"Aku benar-benar lupa kalau belum makan," geramnya lemah.

Gray melangkah turun ke bawah, berhati-hati sembari berpegangan meraba-raba dinding, melewati orang-orang yang tadi masih belum tersadar, dia mengambil beberapa potong roti dan segelas air.

"Uhuk uhuk!" Gray memukul-mukul dadanya, karena tersedak roti yang dia makan tergesa-gesa. "Rasanya seperti terlahir kembali..."

Sejenak dia ingin bersantai tapi pikirannya tertuju pada keselamatan Chloe, tanpa membuang waktu lagi, Gray keluar penginapan, tetapi gerakannya terhenti tiba-tiba, tatkala dia melihat sekelompok orang berbaris rapi menghunus pedang, seolah memang menunggu dirinya.

Orang-orang ini tampak aneh, mereka seolah melompat dari lorong waktu, entah Gray harus bersikap bagaimana, dia melongo heran melihat orang-orang di depannya ini berbaju zirah lengkap layaknya ksatria salib di zaman dulu. Helm perang, tameng besi di punggung, serta pedang besar di pinggang

Dahinya mengernyit kebingungan, "apa penginapan ini jalan ke dunia lain?" gumam Gray menengok ke belakang memastikan kalau dia masih di masa kini.

Seorang di antara ksatria itu, maju ke depan, menghunus pedang, mengarahkan mata pedang tepat di antara mata Gray.

Gray bergeming. Keningnya mengernyit, matanya menyipit tajam.

"Gray Aldric Azazel, kami tahu sepak terjangmu, kami juga tahu latar belakangmu, jika saat ini kau menyerah, dan patuh ikut bersama kami, maka kami akan mengampuni nyawamu," kata prajurit itu setengah mengancam.

Gray menyunggingkan cengiran meremehkan. "Aku tidak tahu siapa kalian, tapi aku tak pernah patuh atau tunduk pada siapapun, aku hanya patuh pada kebenaran," dengusnya.

"Aku putuskan kalau kau melawan kami, maka pedang kami akan membinasakan dirimu," ancam prajurit itu.

"Coba saja!"

Secepat kilat Gray menangkis bilah pedang yang tertuju ke arahnya. Menendang ke dada prajurit itu hingga terjerembab ke belakang

Seluruh prajurit berbaju zirah menghunus pedang seketika. Tak ada ampunan lagi untuk Gray bagi para ksatria itu, selain membungkam anak Azazel itu untuk selamanya.

Di lain tempat, Helena, Bu Yola, dan Nagisa dihentikan paksa oleh beberapa penduduk yang berjaga, ketika mereka ingin memasuki tempat diadakannya ritual yang dikira oleh Helena dan teman-temannya sebagai festival desa.

"Kenapa kami tidak diizinkan masuk? Kami hanya ingin sekadar melihat, tidak bermaksud mengganggu," kata Nagisa bersungut-sungut.

"Tidak bisa, malam ini dikhususkan bagi warga desa, kalian boleh melihat di hari lainnya ketika diadakan upacara lagi," tegas penjaga itu tak mau tahu.

"Bagaimana kalau kalian izinkan kami masuk, jika kami mengacau kalian boleh mengusir kami?" tawar Bu Yola, dia mengembuskan napas Succubus-nya berharap para pria di depannya takluk akan bujuk rayunya.

"Tidak, aturan tetap aturan, kami tidak bisa mengizinkan kalian, apalagi kalian baru saja menginjakkan kaki di desa ini," ujar pria itu tak peduli bujukan Bu Yola.

Bu Yola melongo heran, kekuatan rayuan Succubus-nya tidak mempan. Nagisa melirik Bu Yola, menyunggingkan cengiran menyebalkan seolah menertawakan. Bu Yola membalas ejekan Nagisa dengan jari tengahnya.

"Memangnya ini upacara apa? Keagamaan, kah?" tanya Helena pelan.

"Bisa dibilang seperti itu, dan cukup sakral bagi kami," jawab pria itu congkak.

"DUNG!  DUNG!  DUNG!" genderang ditabuh beberapa kali, Sang Imam keluar dari belakang panggung, dan penduduk bersorak sorai, tanda upacara persembahan segera di mulai.

"Sepertinya akan dimulai," tukas Helena menyipitkan mata, memfokuskan pandangannya. Walau tetap saja hanya terlihat seperti bintik bercahaya.

"Ya sudahlah, kami melihat dari sini saja," kata Nagisa menyerah.

Penjaga-penjaga itu saling bertukar pandang, tapi mereka tidak memprotes lagi, membiarkan ketiga sahabat itu menonton upacara dari jauh.

Sosok gadis cilik keluar diiringi beberapa orang, Chloe menangis tersedu-sedu, dia diarahkan berdiri tepat di tengah panggung menghadap api unggun.

Sang Imam mulai mengguyur Chloe dengan air dingin, gadis itu menggigil kedinginan apalagi hanya mengenakan gaun terbuka.

"Apa sih, kenapa gadis itu diguyur air di malam sedingin ini?!" Nagisa sedikit kesal tidak setuju.

"Ada yang aneh," gumam Helena curiga.

"Apa?" tanya Nagisa.

Helena menoleh ke arah Nagisa. "Jika upacara agama atau festival desa, kenapa harus ada upacara seperti itu?Api unggun besar yang berkorbar itu lebih seperti api untuk pengorbanan, dibandingkan perayaan," ujar Helena curiga.

Nagisa berpikir kalau yang dikatakan Helena ada benarnya. Dia mulai menaruh rasa curiga.

Bu Yola bergidik, dia merasakan ada suatu entitas yang kuno, berbahaya, kuat, dan begitu jahat sama seperti saat dia bertemu Lucifer.

"Perasaanku tidak enak" desahnya gelisah.

Nagisa maju ke depan. Meraih bahu salah satu penjaga.

Penjaga itu berbalik kesal, matanya melotot karena merasa terganggu. "Ada apa?"

"Sebenarnya upacara apa ini?!"

Penjaga itu tersenyum, ekspresinya begitu mengerikan di bawah cahaya lampu temaram. "Sudah kubilang kalian tidak perlu tahu, cukup saksikan, dan kalian akan kagum atas apa yang akan diperbuat gadis itu untuk desa ini, paham?" katanya ketus.

Nagisa tak puas dengan jawaban penjaga tadi, dia memaksa masuk namun penjaga itu mendorongnya ke belakang.

"HEI!" protes Nagisa keras.

"Kalian sudah diperingatkan, jika berbuat lebih dari ini kami akan menggunakan kekerasan!" ancam penjaga itu memperlihatkan pisau berburu panjang di pingganggnya.

Nagisa bergeming, dia tak takut sama sekali, malahan dia mengeluarkan pedangnya dari dalam tas panjang yang dia bawa sedari tadi.

"Aku tidak takut, sesuai aturan Ordo Exorcist kami berhak melihat dari dekat, dan menginvestigasi upacara persembahan apabila agen di lapangan mencium adanya bahaya," ujar Nagisa terlihat tak mau berkompromi lebih dari.

Para penjaga terkejut bukan main mendengar ordo disebut-sebut, tanpa pikir panjang, mereka mencabut pisau berburu, dan salah satu penjaga berlari berniat melaporkan pada pemimpinnya.

"Sepertinya memang ada yang disembunyikan oleh mereka" gerutu Nagisa.

"Aku akan membantumu bocah pengusir setan," tukas Bu Yola mengeluarkan cakar tajam di jari-jari tangannya.

"Oh tidak! Aku benar-benar mendapat firasat buruk!" pekik Helena menunjuk panggung.

Chloe berjalan ke pinggir panggung, api berkorbar semakin hebat. Gadis tersebut memejamkan mata karena takut, dia melangkah perlahan, gemetaran.

"Pasrahkan dirimu, maka kau akan menemukan kedamaian bersamaNya," kata Sang Imam lembut, nada suaranya terdengar penuh kasih sayang.

Chloe hanya mengangguk tersedu-sedu. Kini dia sudah berada di pinggir panggung, berhadapan langsung dengan api unggun yang menyala-nyala dengan hebatnya seolah siap menerkam dirinya.

Musik mengalun semakin cepat, para penduduk desa berteriak riuh rendah, mengucapkan permohonan dan harapan mereka.

Chloe membuka matanya, menghadap ke langit malam. Lalu, bibir tipisnya berkata, "ayah, kakak, aku akan menyusul ibu, semoga kalian hidup bahagia selamanya,"

Hatinya telah mantap, dia bersiap melompat ke depan.

Nagisa, Helena, dan Bu Yola berhasil mengatasi penjaga yang menghalangi mereka, tapi jarak mereka terlalu jauh. Nagisa entah bagaimana merasa kalau gadis itu adalah bagian dari dirinya.

"TIDAAAAAK!" teriak Nagisa putus asa.

Teriakan Nagisa sayup-sayup terdengar di telinga Chloe, dia mencari asal suara. Celingukan ke sana kemari.

"Apa itu kau, Nagisa?" pikirnya penuh tanya, mencari sumber suara di antara penduduk yang memanjatkan doa.

"Kenapa kau lama sekali," Sang Imam tidak sabar, dia melangkah maju mengangkat jubah panjangnya, tangannya mendorong punggung Chloe dari belakang.

Gadis itu kehilangan keseimbangan, tangannya meraba-raba ke depan mencari pegangan. Terlambat, tubuhnya melayang jatuh dari panggung.

Sampai akhirnya...

Sekelebat bayangan melompat tinggi meraih tubuh Chloe, gadis itu menjerit, dan dia mendarat di atas tanah, jauh dari kobaran api yang menjilat liar.

"Kau selamat, untung aku tepat waktu, apa kau bisa berdiri?"

Chloe memgangguk, lalu bertanya "Si-siapa kau?"

"Kau lupa, ya? Aku ini Robert, orang yang berubah menjadi vampir di sel tahanan bersamamu tadi, ah maafkanku pasti kau ketakutan melihat aku bertransformasi seperti itu," ujar Robert tersenyum malu mengingat perbuatannya tadi.

"Terima kasih!" air mata tumpah menetes di pipi Chloe, gadis itu duduk bersimpuh menangis karena masih bisa merasakan mengirup oksigen.

"Dia selamat!" pekik Bu Yola senang.

Helena tersenyum lega, Nagisa mengusap air matanya.

Para penduduk desa seketika terdiam, beberapa tampak terpukul. Ekspresi mereka bercampur antara tak percaya, bingung, dan marah. Begitu juga Sang Imam, tak dapat menyembunyikan amarahnya, dia langsung memerintahkan para penjaga untuk menangkap Robert dan Chloe.

Udara yang sebelumnya terasa dingin mendadak berubah panas, api unggun berkobar hebat, membesar, dan terus membesar, menciptakan badai api membara membentuk pilar api. Semua orang mundur perlahan, mereka semua ketakutan.

Robert melindungi Chloe di balik punggungnya.

"Aku merasakan firasat buruk," ucap Bu Yola, bayangan api menari-nari terpantul di matanya.

Sang Imam membelalak tak percaya, bersama pengikut di panggung dia bersujud meminta ampunan menghadap api unggun. Bersamaan itu, seluruh penduduk desa yang hadir melakukan hal serupa.

Api unggun perlahan berubah kehitaman, lidah apinya menjilat ke sana kemari.

Sesuatu menampakan wujudnya, melangkah ke luar dari api hitam. Wujudnya begitu mengerikan, dia tak susah payah menyerupai manusia seperti ayahnya. Tingginya sekitar dua meter,  badannya besar, tapi perutnya buncit.  Kulitnya berwarna hitam abu-abu, bentolan besar menjijikan menghiasi hampir sekujur tubuhnya. Rambutnya hitam legam, mata hitam kelam, dengan bentuk hidung tak beraturan, mulutnya penuh air liur yang menetes.

Iblis itu mengarahkan pandangannya pada Sang Imam dan bawahannya yang sedang bersujud kepadanya.

Gray menghentikan pertarungannya, dia berhasil mengalahkan beberapa ksatria salib. Dadanya naik turun, gelisah tak karuan. Tapi bukan kelelahan yang membuatnya berhenti.

"Situasi ini... Aku merasakan sama seperti ketika berada di dalam sel" pikir Gray, matanya membelalak terkejut, dan kini dia tahu siapa iblis ini. "Mammon... Aku harus cepat ke sana," tambahnya menggerutu sebal.

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 126K 23
Jasmin selalu memandang manusia lebih menakutkan dibandingkan roh-roh gentayangan. Mengapa? Karena ia sudah menyaksikan sendiri apa yang sudah manusi...
663K 16.6K 10
🔞🔞 Yoon seorang dokter yang bekerja di klink hewan,Sangat panasaran dengan seseorang yang selalu datang ke klinik hewan untuk berobat,orang itu ber...
650K 78.7K 31
~Original my story fantasy~ ~(Baca Selagi On Going) TK? Apa yang kalian bayangkan dari kata 'TK'? Taman kanak-kanak? Ya, seperti judulnya, cerita ini...
214K 50.3K 80
[Pemenang Wattys 2021 Kategori Fantasi dan Dunia Paling Atraktif] Ketika dunia telah lenyap bersama sejarah jauh tertimbun berselimutkan perairan tan...