My Ssaem My Husband

By Grayomega

156K 9K 685

Privated some chapter.. 🐱 Follow dlu biar bisa baca Kisah dimana seorang murid yang harus menjadi istri dari... More

Jungkook Ssaem My Husband
Yoongi ssaem My husband
Taehyung ssaem My husband
Namjoon ssaem My husband
Jimin ssaem My husband
Jin ssaem My husband
Jungkook ssaem My husband (1)
Yoongi ssaem My husband (1)
Taehyung ssaem My husband (1)
Namjoon ssaem My husband (1)
Jin ssaem My husband (1)
Hoseok ssaem My husband (1)
GRAYOMEGA 🐙
Jimin Ssaem My Husband (1)
Jungkook Ssaem My Husband (2)
Yoongi ssaem My husband (2)
Taehyung ssaem My husband (2)
GRAY OMEGA AGAIN 🐙🐙
Namjoon ssaem My husband (2)
psst... 🐙
Jin ssaem My husband (2)
Jimin ssaem My husband (2)
Hoseok ssaem My husband (2)
(3)
Jungkook ssaem My husband (3)
Taehyung ssaem My husband (3)
Yoongi SsaemMyHusbad (3)
Special part (Woojin edition)

Hoseok ssaem My husband

5.9K 394 14
By Grayomega

  Meski wajahnya selalu menunjukkan raut bahagia, aku sedikit ragu benarkah perasaan itu berasal dari hatinya.

  Membuang impiannya menjadi Sarjana magister (S2) karena harus menikahiku, nyatanya Hoseok ssaem tetap memperlakukanku dengan baik.

  Aku siswi culun, dari kecil sudah yatim piatu dan dititipkan di panti asuhan. Saat menginjak bangku SMA, aku menyelamatkan nyawa seseorang yang ternyata adalah ibu Hoseok ssaem sendiri. Tapi maut tak dapat ditebak, beberapa minggu kemudian ibu Hoseok ssaem wafat karena penyakit jantung yang ia idap. Sebelum meninggal, ia berwasiat agar Hoseok ssaem mau menikahiku, karena aku pernah menyelamatkan nyawa mendiang.

  Tentu aku menolak, karena ssaem yang notabane adalah guruku saat itu sedang akan mengambil ujian masuk universitas meraih gelar master. Tapi karena harus menikahiku, ia mengurungkan niatnya karena menurutnya biaya perkuliahan akan lebih berguna untuk kehidupan kami setelah menikah.

“Bong Mi, kacamatamu rusak?” aku menggeleng, dan terus menunduk menyuap sarapanku. Ssaem sama sekali tak pernah ingin memanggilku dengan sebutan Yeobo, atau panggilan kesayangan lainnya. Ssaem selalu memanggilku dengan namaku sendiri, padahal ssaem tahu jika disekolah aku selalu diperolok karena namaku yang terdengar aneh.

“Ssaem…” aku mendongak, ssaem menarik kacamataku dan menemukan kerusakan disalah satu gagangnya. Bibir ekspresifnya melengkung, menggambarkan jika dia sedang berada dalam perasaan tidak menyenangkan.

“Harus berapa kali ku katakan, jangan pernah ragu untuk meminta sesuatu padaku, Bong Mi-ya. Aku suami mu, aku harus mencukupi semua kebutuhanmu.” Bagaimana bisa aku meminta sesuatu walaupun aku ingin, gaji ssaem sekarang terasa pas-pasan karena harus membiyai sekolahku, belum lagi biaya rumah tangga seperti sewa apartemen, makan dan lain-lain

“Apa kau bisa pakai lensa? Aku punya beberapa, setidaknya bisa sedikit mengurangi gangguan penglihatan mu.” Ssaem langsung masuk ke kamarnya dan kembali dengan membawa sekotak lensa.

“Mari ku bantu.” Ssaem membekap wajahku, sebelah tangannya berusaha memasang lensa di mataku

“Buka yang lebar Bong Mi.”

“Perih ssaem.” Ringisku

“Sebentar lagi masuk, tahan sedikit.”

“Ssaem, sakit…”

“Sedikit lagi, buka lebih lebar.”

Brak….

Aku dan ssaem sama-sama menoleh ke arah ruang tamu, seperti ada sesuatu yang jatuh.

“Hoseok-a, i-ini aku. A-aku hanya mengantar bu-buku absen mu yang tertinggal. A-aku tak melihat sama sekali, sungguh.  Maaf datang di waktu yang salah, si-silahkan lanjutkan lagi.” Aku mendengar suara Haechan, teman ssaem yang tinggal di apartemen sebelah bergetar seperti orang ketakutan, anehnya ssaem malah berusaha menahan tawa sampai ku dengar pintu apartemen kami kembali tertutup.

“Ssaem, waeyo?”

“Ania, mari ku bantu pasangkan yang sebelah lagi.” aku menatap heran pada ssaem yang terus cekikan tak jelas. Memang apa yang lucu dari yang dikatakan Haechan tadi?
--

Gebrakan di mejaku membuat ku terkesiap dan terus merunduk. Beberapa siswi yang memang hobi membully ku mengangkat wajahku dan mendecih

“Cih… si nerd kita sudah bisa pakai lensa sekarang? Punya siapa yang kau curi hah?” wajahku ditolehkan dengan kasar, membuat nyali ku semakin ciut setiap harinya. Beberapa temannya yang lain ikut menertawaiku

“A-aku tidak mencuri Gyuri, I-ini milik…”

“Milik siapa eoh?” aku tak bisa menjawab, tidak mungkin ku katakan jika ini milik ssaem. Mereka pasti akan semakin menyiksaku karena tak percaya, lagipula ssaem juga guru yang sangat digilai di sekolah ini.

“Mi-milik….”

“Wah.. Bong bong sudah berani mengelak sekarang rupanya. mencuri tapi tak mengaku, kira-kira harus kita jadikan apa dia sekarang hmm?” aku merintih kesakitan, Gyuri menjambak kuat rambutku, sementara teman sekelasku yang lain lebih memilih bungkam seolah aku ini tak dianggap sebagai makhluk hidup

“Milik siapa yang kau curi hah?”

PRAK….

Satu tamparan mendarat diwajahku, belum pulih sakit bekas tamparan kemarin, sekarang aku kembali merasakannya dan membuat ujung bibirku sedikit terluka

“MILIK KU, WANG GYURI!!!!”

“SSAEM!!!”

Jambakan di rambutku terlepas, mereka gentar melihat ssaem berdiri di ambang pintu dengan beberapa guru dan orang tua mereka masing-masing.

“WANG GYURI!!!!” seorang pria paruh baya menampar keras wajah Gyuri hingga membuatnya hampir jatuh tersungkur jika saja aku tak menahannya

“Beraninya kau buat malu ayahmu seperti ini? pulang!!!! Kau benar-benar akan ku masukkan ke asrama sekarang!” Gyuri terisak memohon saat ayahnya menyentaknya kasar keluar ruangan. Tak jauh berbeda dari Gyuri, temannya yang lainpun ikut mendapat perlakuan yang sama dari orang tuanya.

Aku berusaha menahan tangisku saat ssaem datang ke mejaku dan mengikat kembali rambut ku yang berantakan. Ssaem seolah tak peduli dengan kericuhan para siswa melihat perlakuannya padaku

“Bisa berdiri?” aku mengangguk

“Ayo kita obati luka mu.” Ssaem makin mempererat genggamannya ditanganku saat aku mencoba melepaskannya. Aku takut melihat ekspresi siswa lain melihat tingkah ssaem yang terkesan berlebihan untuk seorang guru pada murid.

Ssaem mengunci pintu dan mendudukkan ku di ranjang UKS, aku terus bungkam sampai ssaem membenturkan keningnya denganku

“Ssaem…” aku mendengarnya mendesah panjang. Kepalaku di tahan agar aku tak melepas keningku dengannya

“Bong Mi-ya, apa aku suami yang buruk?”

“Ke-kenapa ssaem bicara begitu?”

“Lalu kenapa kau selalu menyembunyikan semuanya dariku seolah aku orang asing bagimu? Apa kau tertekan selama ini?” Ssaem memegang kedua bahuku, iris pekatnya terlihat bergetar menatapku.

  Aku masih tak mengerti, apakah pandangan itu menyiratkan rasa kekecewaan sebagai seorang suami ataukah hanya sebagai seorang guru? Ssaem, sampai saat ini aku masih tak bisa menerka bagaimana perasaanmu yang sesungguhnya padaku

“Ssaem, apa kau mencintaiku?”

Seperti tersadar, ssaem langsung bungkam dan melepas tangannya dari pundakku, raut kecemasan itu juga langsung lenyap dari wajahnya, dia mendadak seperti orang bingung.

“Bo-Bong Mi…”

“Gwenchana ssaem, tanpa kau katakan pun aku tahu semuanya. Ini sudah bel masuk, aku permisi dulu ssaem.” Ku paksakan tersenyum dan sedikit membungkuk hormat sebagaimana yang biasanya dilakukan seorang murid pada guru.

  Aku mendadak tuli berpura-pura tak mendengar seruan ssaem yang terus memanggilku, bahkan si culun ini juga bersembunyi saat melihat ssaem berupaya mengejar.

--

  Ibu pengasuh panti sedikit terkejut saat melihatku datang dengan masih berseragam sekolah, ia langsung memelukku dan membawaku berkumpul bersama adik-adik panti yang lain. Ya… setidaknya disini lebih baik, aku bisa merasakan semua cinta yang tulus untuk ku

“Apa kau berkelahi dengan tuan Hoseok?”

“Ibu, seandainya aku bercerai dengan ssaem apa ibu akan mengusirku? Karena mungkin saja ssaem akan berhenti menjadi donatur karena ada aku disini.”

“Apa yang kau katakan Bong Mi? ada atau tidaknya tuan Hoseok sebagai donatur disini, kau tetaplah anak ibu.” Ibu langsung memelukku dan mengelus punggungku untuk mencairkan air mata yang selama ini sudah ku tahan. Aku menangis sejadinya dalam pelukan ibu dan mengatakan kalau Hoseok ssaem selama ini berpura-pura mencintaiku.

“Gwenchana Bong Mi-ya, ibu menghargai semua keputusanmu. Sekarang istirahatlah disini sampai perasaanmu tenang, setelah itu bicaralah baik-baik dengan tuan Hoseok.”

--

Hoseok POV

  Dua hari ini Bong Mi tidak pulang dan masuk sekolah. Aku merasa ada sesuatu yang hilang dari hatiku saat ku amati apartemen ini, padahal keadaannya sama seperti saat aku belum menikah dulu.

  Sikutku tak sengaja menyenggol sesuatu di meja, kacamata milik Bong Mi! tanganku bergetar saat aku berusaha mengambilnya, sosok polos Bong Mi terbayang dalam ingatan ku.

  Selama kami menikah, dia sama sekali tak pernah meminta apapun, membuatku takut jika aku gagal memenuhi wasiat ibu untuk menjadi suami yang baik.

  Kakiku membawaku membuka kamarnya yang berada tepat di depan kamarku, aroma khas Bong Mi menyeruak membuat ulu hatiku terasa seperti dihimpit sesuatu.
Aku mengernyit, tak sengaja menemukan diary nya dibalik bantal

12 Oktober

hari ini aku resmi menikah dengan Hoseok ssaem. Meski kami sudah mengucapkan janji sehidup semati entah kenapa hatiku selalu ragu saat membaca raut bahagia diwajah ssaem seolah-olah semuanya dipaksakan. Selama ini ssaem sudah baik padaku, aku tak ingin tamak dengan semakin memilikinya dan berharap kebaikan lebih.

22 Oktober

Ssaem berasalan jika ia tidak ingin menganggu jam belajarku, karena itulah dia memisahkan kamarku dengannya. Ssaem,kenapa kau harus berbohong, kenapa kau terus berpura-pura bahagia yang malah akan semakin menyakitiku?

2 Desember

Hari ini ssaem terlihat lelah, aku tak ingin mengatakan jika hari ini aku ulang tahun. Aku takut ssaem akan bertambah sulit dengan berupaya ceria lagi dan menanyai hadiah apa yang ku inginkan. Doaku tahun ini aku hanya berharap semoga ssaem selalu bahagia dan menemukan seseorang yang benar-benar dicintainya

14 Februari

Aku tidak ingin menangis di hari ulang tahun ssaem. Aku sudah mengumpulkan uang bulananku dan membuatkan ssaem cake untuk ku berikan padanya sepulang sekolah nanti. Tapi ternyata impian ku terlalu tinggi, ssaem pulang larut dalam keadaan mabuk karena merayakan ulang tahunnya bersama rekan kerjanya. Ssaem, saengil chukkae. Aku mencintaimu!!!!

  Aku berlari sekencang mungkin di tengah malam musim dingin ini. ku seka air mataku yang terus mengalir mengingat bagaimana tertekannya Bong Mi selama ini karenaku. Aku terlalu bodoh sampai tak menyadari bagaimana perasaanku yang sebenarnya pada Bong Mi hingga membuatnya kini benar-benar pergi dariku.

--

  Harapanku hancur sudah, kaki ku lemas untuk bisa terus menopang tubuhku. Aku terduduk, menangis dalam diam karena kini aku benar-benar telah kehilangan seseorang yang tulus mencintaiku

“Bibi sama sekali tak tahu dia dimana karena Bong Mi merahasiakan dimana kampung halaman ayahnya. Mianhae tuan Jung, bibi harap ada keajaiban yang akan membawa kalian bertemu lagi.”

--

  Kau berharap agar aku bertemu orang yang benar-benar ku cintai, tapi saat aku menemukannya kenapa kau malah meninggalkan ku Bong Mi?

  Apa kau tahu bagaimana sesaknya aku setiap melihat bangkumu di sekolah yang selalu kosong semenjak kepergianmu? Bahkan aku tak kuasa untuk menahan air mataku setiap aku masuk ke apartemen, rumah kita.

“Kau sungguh-sungguh akan pindah Hoseok-a?” aku menepuk pundak Haechan yang terlihat tak rela melepas kepergianku.

  Setelah tiga bulan kepergian Bong Mi, aku minta agar kepala sekolah memindahkan ku ketempat dimana aku bisa sedikit melupakan kenangan tentang Bong Mi.

  Haechan membalas lambaianku dari luar jendela saat aku sudah masuk ke dalam kereta. Bong Mi, apa kau pernah merindukanku selama ini?

--

Para siswi mendadak heboh saat kepala sekolah membawa seseorang dibelakangnya. Mereka bersuit ria meminta agar kepala sekolah menyudahi pidatonya dan memberikan kesempatan pada pria berumur dua puluh lima tahun itu untuk mengenalkan diri

“Anyeonghasseo, Jung Hoseok imnida. Hari ini hari pertama saya mengajar di sekolah ini sebagai guru literatur. Harap kerja samanya.”

  Hoseok seperti terabaikan karena para siswa laki-laki justru berkumpul di jendela saat mengetahui siswi idola mereka sedang dihukum kepala sekolah karena datang terlambat.

  Para siswa bersungut saat mendengar suara Hoseok meninggi menyuruh mereka agar kembali duduk. Mereka langsung menegaskan pada Hoseok jika dia tidak boleh tebar pesona pada siswi pujaan mereka

“Rambutnya tergerai indah seperti hamparan sutra, mata bulatnya seperti sinar purnama yang menerangi di kegelapan, wajahnya yang membuatku….”

“Ng… cukup-cukup. Aku sudah bisa membayangkannya.” Kilah Hoseok menghentikan salah satu siswa yang berkhayal tinggi dengan fantasinya saat Hoseok menanyakan bagaimana rupa siswi itu

  Pintu berderit, Hoseok mengerjap berulang kali, memastikan jika gadis cantik yang berdiri tertunduk diambang pintu benar-benar orang yang ia kenal.

  Rambutnya tak dikepang dua, kacamata berlensa ganda tak bertengger dibatang hidungnya, dan wajah yang biasanya selalu polos kini dipoles dengan sedikit make up. Berbeda jauh, tapi mungkinkah dia…..

“BONG MI?”

“SSAEM?!” ia balik tertegun

Fin 😘

Guys, vote wee, vote.... Maksa ini 😂😂

Continue Reading

You'll Also Like

190K 9.3K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
146K 14.8K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
455K 45.9K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
94.6K 13.3K 29
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...