Salted Wound [Sehun - OC - Ka...

By heena_park

383K 35.2K 3.9K

Luka yang telah tertanam sedari kecil membuat Se-hun berubah menjadi pembunuh berdarah dingin andalan organis... More

PROLOGUE
Youtube Video Trailer
CHAPTER 1 - [Brother]
CHAPTER 2 - [His Darkest Side]
CHAPTER 3 - [Obsessed]
CHAPTER 4 - [Prom Night]
CHAPTER 5 - [Someone From The Past]
CHAPTER 6 - [Your Best Friend is Your Biggest Enemy]
CHAPTER 7 - [The Monster Creator]
CHAPTER 8 - [A Girl in The Maroon Dress]
CHAPTER 9 - [Venice]
CHAPTER 10 - [The Savior]
CHAPTER 11 - [22]
CHAPTER 12 - [Aspectabund]
CHAPTER 13 - [Photograph]
CHAPTER 14 - [Jealousy]
CHAPTER 15 - [Eccedentesiast]
CHAPTER 16 - [The Boyfriend]
CHAPTER 17 - [Human]
CHAPTER 18 - [The Beginning]
CHAPTER 19 - [Parents]
CHAPTER 20 - [First Kiss]
CHAPTER 21 - [Lacuna]
CHAPTER 22 - [THE KILLER]
[EXPLICIT] CHAPTER 23 - [Into You]
CHAPTER 24 - [No Escape]
CHAPTER 25 - [Who Are You?]
CHAPTER 26 - [The Truth]
CHAPTER 27 - [Deimos]
CHAPTER 28 - [Royce Hayden]
CHAPTER 29 - [Ready For War]
CHAPTER 31 - [Three of Swords]
BAB 32 - [Far From Home]
CHAPTER 33 - [Far From Home #2]
EXTRA PART

CHAPTER 30 - [What a Cruel World]

5.5K 745 169
By heena_park


"Jasmine menghubungiku... dan dia bersama Jong-in."

Se-hun langsung meraih ponsel dari tangan Hee-ra dan memberikannya pada Josse. "Bisakah kau melacaknya meskipun menggunakan private number?" tanyanya buru-buru.

Josse terdiam sebentar, kemudian mengangguk. Tidak masalah, ia bisa mengatasi hal ini.

"Siapa Jong-in dan Jasmine? Apa hubungannya dengan kalian?" Elliot mengeluarkan suara. Ia memang belum diberitahu mengenai hal itu.

Se-hun memutar bola matanya. "Jasmine adalah gadis yang terobsesi padaku dan Jong-in adala—"

"Kekasihku," potong Hee-ra sebelum Se-hun mengakhiri kalimatnya.

Apa Hee-ra sengaja?

Hee-ra melirik Se-hun yang sedang tersenyum miris. Mendengar Jong-in disebut sebagai kekasih oleh gadisnya cukup membuat Se-hun kesal.

"Oh, kenapa aku merasa di sini cukup panas?" celoteh Elliot saat menyadari pandangan kedua insan di depannya. Sebenarnya Elliot tahu tentang hubungan Se-hun dan Hee-ra. Mereka juga bukan saudara seperti yang diceritakan Royce beberapa waktu lalu. Tapi, sepertinya mereka masih bersembunyi dan bersikap seolah keluarga.

Royce memandang keduanya bergantian selama beberapa detik sebelum akhirnya berusaha memecah ketegangan. "Oke, jadi apa yang terjadi pada Jong-in?"

Butuh waktu bagi Hee-ra untuk mengembalikan fokusnya. Mungkin setelah ini Se-hun akan menuntut banyak penjelasan perihal ucapannya barusan, tapi, bagaimanapun, bukankah Hee-ra dan Jong-in memang belum putus?

"Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi Jasmine berkata bahwa aku harus menemuinya sendirian atau nyawa Jong-in yang jadi taruhan."

"Dan?" Se-hun mengerutkan dahi.

Hee-ra menggigit bibir bawahnya pelan. "Datang sendirian sama saja dengan bunuh diri, tapi aku tidak bisa membiarkan Jong-in menjadi tawanan seperti itu. Aku membutuhkan kalian."

"Kau yakin akan melakukannya?" Se-hun menatap Hee-ra was-was. Mereka berhenti di belakang gedung kosong yang berjarak seratus meter dari tujuan. "Tidak bisakah kita masuk bersama?"

Hee-ra menggeleng pelan, ia meraih tangan kanan Se-hun dan menggenggamnya erat. "Aku bisa mengatasinya, kau harus percaya padaku."

"Baiklah." Se-hun menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskan perlahan. Seharusnya, Hee-ra lah yang merasa gugup, tapi malah Se-hun yang kebingungan karena rencana gadis itu. "Periksa alatmu, jangan sampai ada yang rusak. Aku akan selalu mengamati kalian. Bila Jasmine mulai tak terkendali, segera beri kode dan kami akan menjemputmu."

"Aku tahu," balas Hee-ra sambil tersenyum. "Kau harus turun sekarang," lanjutnya sambil menggerakan dagu agar Se-hun keluar dari mobil.

"Oke."

Tidak ada hal lain yang bisa dilakukan Se-hun selain menuruti perkataan Hee-ra. Ia bergegas turun dan membiarkan Hee-ra duduk di kursi pengemudi. Jantungnya berdebar lebih kencang, membiarkan Hee-ra yang tak berpengalaman untuk menghadapi Jasmine adalah hal paling nekat dan bodoh yang pernah ia lakukan.

"Jaga dirimu." Bibirnya bergetar, Hee-ra hanya terkikik melihat raut ketakutan Dae-hyu, tak menyangka jika pria itu akan setakut ini membiarkannya menemui Jasmine.

"Aku berjanji akan kembali dengan selamat," gumam Hee-ra, kemudian menaikkan kaca mobil dan kembali melaju. Sementara itu, Se-hun hanya mengamati dari kejauhan, setelah sosok Hee-ra menghilang, ia segera berlari ke sebuah gedung yang hanya berjarak beberapa meter dari gedung tujuan Hee-ra.

Sesungguhnya Hee-ra tak tahu apa yang akan terjadi. Ia hanya berbekal keberanian dan kewajiban untuk menyelamatkan Jong-in. Jasmine bukan gadis bodoh, bukan gadis lemah, dan bukan pula gadis yang mudah dimanipulasi.

Ia memarkir mobil di depan rumah kosong berlantai dua, sesuai dengan alamat yang dikirimkan Jasmine. Selama beberapa saat, Hee-ra mengamati tempat ini. Ia berasumsi bukan cuma Jasmine yang ada di dalam sana. Gadis itu pasti membawa beberapa teman sebagai backing-an.

"Kuharap semuanya akan berjalan lancar," bisiknya pada diri sendiri.

Ia melangkah ragu. Menimbang-nimbang kemungkinan keberhasilan rencananya sendiri. Fifty-fifty, tapi Hee-ra yakin, ia pasti bisa mengatasinya.

Dibukanya perlahan knop pintu, lalu didorong hingga terdengar suara decitan karena kayu menyentuh lantai menerjang telinganya. Ia menelan saliva dengan susah-payah. Dua orang wanita sudah menunggu di balik pintu. Mereka langsung mengancam Hee-ra dengan menempelkan pistol di kedua sisi kepala gadis itu.

Mereka menggiring Hee-ra ke lantai dua dan masuk ke sebuah ruangan yang cukup luas. Alunan lagu What A Wonderful World milik Louis Armstrong terdengar nyaring. Sosok Jasmine tengah duduk di atas paha Jong-in yang tak sadarkan diri di kursi. Gadis itu memainkan badan pisau di wajah Jong-in, hanya perlu sedikit tekanan, Se-jun akan terluka.

Hee-ra ingin mengumpat dan membunuh gadis jahat di depannya itu, tapi keadaan menentangnya dengan keras. Hee-ra harus bersabar, ia tak boleh gegabah dan membahayakan dirinya sendiri.

Menyadari kehadiran Hee-ra, Jasmine menengok dan menunjukkan senyum liciknya. "Kau punya nyali juga ternyata," ucapnya lalu sedetik kemudian berdiri. "Geledah gadis itu, aku tidak ingin dia membawa benda tajam apapun!" perintah Jasmine pada kedua anak buahnya yang langsung dilaksanakan oleh mereka.

Hee-ra tidak melawan, ia membiarkan kedua gadis tadi menggeledah tubuhnya. Sementara kedua matanya menghitung jumlah orang yang ada di sini. Setidaknya, ada delapan orang termasuk Jasmine di dalam ruangan. Bukan tidak mungkin di luar sana Jasmine juga menempatkan beberapa orang lain untuk berjaga-jaga.

"Clear!" gumam salah satu gadis pada Jasmine.

"Aku sudah memenuhi keinginanmu, sekarang bebaskan Jong-in." Hee-ra bergumam. Ia hanya berbasa-basi dan bersikap polos seperti gadis yang tak tahu apa-apa

"Kau menginginkannya? Hahahaha!" Gelak tawa Jasmine menggelegar. Ia menatap tajam pria di sampingnya dan kembali bergumam, "Bangunkan lelaki tak berguna itu!"

BUKK!

BUKK!

Hee-ra hampir kehilangan kesabaran saat melihat seorang pria memukul Jong-in berkali-kali hingga tersadar kembali. Kalau saja pistol sialan ini tidak menempel di kepala Hee-ra, ia pasti akan berlari dan memukul pria gila itu!

Brengsek!

Jasmine dan semua anak buahnya harus mati!

Hee-ra menarik napasnya dalam-dalam.

Sabar... kau harus bersabar...

"Siapa kalian?!" teriakan Jong-in berhasil membuat Hee-ra membeku. Pria itu kelihatan sangat terkejut pada pemandangan di sekelilingnya.

Tak sengaja, mata Hee-ra dan Jong-in bertemu. Saat itu juga Hee-ra memberikan senyum termanisnya, tapi tidak dengan Jong-in, ia membelalakkan mata, rahangnya menegang hingga urat-urat di lehernya terlihat.

Tentu saja, siapa yang tidak shock melihat nyawa kekasihnya terancam? Bagaimana mungkin Hee-ra masih tersenyum saat pistol yang menempel di kepalanya bisa menembakkan peluru kapan saja?

Lagu What A Wonderful World yang sebelumnya memenuhi ruangan seolah tak terdengar lagi di telinga mereka. Jong-in dengan susah payah berusaha memberontak karena tak ingin Hee-ra kenapa-napa, sementara Jasmine tertawa terbahak-bahak melihat tingkah pria itu.

Berbeda lagi dengan Hee-ra. Ia hanya berusaha tenang. Ia menggeleng saat Jong-in kembali menatapnya sebagai tanda agar dia tak memberontak.

"Brengsek! Siapa kalian? Lepaskan kami!" teriak Jong-in yang tak digubris Jasmine sama sekali.

Hee-ra paham akan perasaan Jong-in saat ini. Sebagai lelaki, Jong-in pasti merasa harus melindungi dan melepaskan Hee-ra dari situasi membahayakan yang tengah terjadi. Tapi Hee-ra tak bisa mengatakan apapun, ia tak ingin rencananya gagal.

Hee-ra kembali membuka mulut, suaranya terdengar sedikit kacau, "Aku sudah melakukan apa yang kau inginkan. Sekarang bebaskan kami."

"Membebaskan kalian?" Jasmine menepuk kedua tangannya bersamaan. "Apa aku pernah bilang akan membebaskan kalian setelah kau datang? Kubilang, kau harus datang untuk menyelamatkan pria bodoh ini."

Jasmine maju beberapa langkah, berdiri di antara Hee-ra dan Jong-in. "Lakukan sekarang!"

Sontak, Hee-ra ditarik untuk duduk di kursi. Kedua tangannya diikat ke belakang, sementara seorang gadis lain terus menempelkan pistolnya ke kepala Hee-ra. Di sisi lain, kepala Jong-in didongakkan paksa dari belakang oleh pria yang memukulnya tadi. Tidak berhenti di sana, pria itu bahkan menempelkan pisau di leher Jong-in.

Oh, shit!

Hee-ra mulai ketakutan sekarang.

"Kau memang tak pernah belajar dari masa lalu, Shin Hee-ra." Jasmine berhenti sebentar dan menyilangkan kedua lengan. "Se-hun pasti akan sangat sedih mendengar berita kematianmu sebentar lagi. Ia mungkin akan marah padaku, tapi tak masalah, yang penting kalian tidak bersatu, hahahahaha!"

Hee-ra mendecih, "Kau salah. Kita lihat siapa orang yang tidak belajar dari masa lalu, Jasmine Rochester."

Setelah mengucapkan kalimat barusan dan berhasil membuat Jasmine bingung, Hee-ra segera menekan tombol kecil di jam tangannya. Suatu alat yang sengaja digunakan sebagai kode dan pelacak milik agen rahasia.

"Apa maksu—"

DORR!

DORR!

DORR!

PRANG!!

Belum sempat Jasmine menyelesaikan ucapannya, tiga butir peluru berhasil melubangi kaca dan menembus kepala dua orang gadis yang berada di samping Hee-ra serta seorang pria yang tengah menempelkan pisaunya di leher Jong-in.

"Brengsek apa yang kau lak—"

PRANG!!

Kali ini bukan hanya peluru yang berhasil memecah kaca, namun empat orang laki-laki mengayun masuk menggunakan tali dan berhasil membuat Jasmine dan anak buahnya kebingungan.

"Lawan mereka!" perintah Jasmine. Ia langsung mengeluarkan pistol dari saku.

Sempat terjadi baku tembak juga adegan saling pukul antara mereka. Jasmine yang mulai merasa kalah berusaha untuk melarikan diri, namun niatnya gagal saat seorang pria menahan pergelangan tangannya.

"Sialan! Lepaskan aku!"

Gertakan Jasmine tak berhasil menggoyahkan pria itu. Ia menarik Jasmine keluar ruangan dan melemparkan tubuh gadis itu hingga menabrak dinding cukup keras. Tak berhenti di sana, pria itu memborgol kedua tangan Jasmine di belakang.

Lantas, dilepasnya helm yang menutupi seluruh wajah pria itu. "Sudah kukatakan padamu untuk tidak menyentuh Hee-ra dan kau masih berusaha menyelakainya!" amuk Se-hun. Ia menatap lekat-lekat kedua bola mata Jasmine, menekan dagu gadis itu sekencang mungkin. "Sudah kukatakan padamu Jaze... aku tidak akan mengampunimu kali ini. Kau harus membusuk di penjara sampai mati!"

Belum sempat Jasmine membalas perkataan Se-hun, Elliot sudah lebih dulu datang bersama dua orang petugas kepolisian. Mereka tak mengulur waktu dan langsung meringkus Jasmine serta menjauhkan Se-hun. Elliot hanya tidak ingin hal-hal di luar batas terjadi, mengingat tatapan membunuh yang dipancarkan Se-hun begitu besar.

"Tenangkan dirimu!" Elliot menahan tubuh Se-hun agar tidak mengikuti polisi yang membawa Jasmine. "Hee-ra lebih membutuhkanmu. Kau harus menemuinya."

Benar, Hee-ra lebih membutuhkannya. Se-hun tak boleh terbawa emosi. Ia harus membiarkan pihak berwajib menangani kegilaan Jasmine setelah ini.

Buru-buru Se-hun berlari ke ruangan sebelah. Dilihatnya Royce tengah berusaha melepaskan borgol dari pergelangan tangan Hee-ra, sementara itu, salah satu anak buah Elliot melepaskan ikatan di tubuh Jong-in.

Ia mendekati Hee-ra perlahan. Rasa takut serta khawatirnya lenyap begitu melihat Hee-ra baik-baik saja. Ia bahagia gadis itu berhasil melaksanakan rencananya dengan baik.

"Se-hun!" Hee-ra bangkit begitu borgol di tangannya berhasil dilepaskan Royce. Ia menerawang mata Se-hun yang menyiratkan betapa bersyukurnya lelaki itu saat ini.

"Aku hampir mati karenamu. Aku takut kau ke—"

"Aku baik-baik saja." Hee-ra menarik Se-hun dalam pelukan sebelum pria itu semakin melantur. Ia paham seberapa khawatirnya Se-hun. Ia paham seberapa takutnya Se-hun karena Hee-ra pun juga pernah merasakannya.

"Sudah kubilang, aku pasti berhasil melewati semua ini," ujar Hee-ra lagi. Ia mengecup lembut pundak Se-hun. "Terima kasih karena sudah mengkhawatirkanku, Oh Se-hun."

Se-hun mengangguk, menyandarkan dagu di pundak gadis itu. "Aku bisa gila," keluhnya yang sedetik kemudian mempererat pelukan mereka.

Hee-ra dan Daehyun saling mengekspresikan perasaan masing-masing, melepaskan ketakutan juga kekhawatiran yang sempat bergentayangan dalam hati. Namun, tanpa mereka sadari, Jong-in yang masih berada di sana memiliki seribu pertanyaan.

Hei! Apa yang sebenarnya terjadi antara mereka? Kenapa Hee-ra tak menghampiri Jong-in dan malah memeluk Se-hun?

Ia tak suka pemandangan ini.

Ia tak suka Hee-ra dan Se-hun seperti itu.


TO BE CONTINUED

Continue Reading

You'll Also Like

673K 14.1K 7
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
1.3M 113K 61
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
72.4K 6.2K 15
[ RION KENZO MIKAZUKI ] adalah ketua mafia dari Mikazuki AV Rion kenzo Mikazuki mafia Italia, ia terkenal dengan kekejamannya terhadap musuh maupun...
57.4K 6.4K 54
Chris adalah seorang duda yang memiliki empat anak,anak nakal yang selalu sulit diurus semenjak cerai dengan istri. suatu saat ia bertemu dengan hyun...