Dimas(ManXBoy)

By Farelino

1.2M 36K 2.1K

Cover: @Adistyadistya 🎖️5 - Gay (1 April 2019) 🎖️1- BL ( 9 April 2019) Mengandung BL addicted, kisah HOMBRE... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
14
15
16 (1)
16(2)
17
18
19
20
21
22

13

40.7K 1.3K 59
By Farelino

Sore harinya sekitar jam 16:30 WIB, seperti yang sudah direncanakan sebelumnya kalau aku dan Om Rendra akan berkunjung kerumah Kakek dan nenek yang ada di Haurgeulis.

Aku sendiri tak tau dimana itu Haurgeulis, ini baru pertama kalinya aku kesana bersama Om Rendra.

"Ayo, Dim. Bentar lagi keretanya dateng." Ajak Om Rendra saat kami berada diruang tunggu stasiun, aku mengikutinya berdiri di sisi rel bersama penumpang lainnya.

Aku dan Om Rendra kali ini mendapat tempat duduk rangkap 2.

Sepanjang perjalanan, kami saling mengobrol dan bergurau. Harus kuakui, setelah malam itu sikap Om Rendra jauh lebih ramah dan perhatian padaku, aku suka ketika dia selalu memperhatikan hal kecil tentangku. Semua itu membuat hatiku berdesir, tapi yang jadi pertanyaan adalah...Apakah Om Rendra suka sama aku? Hubungan apa yang terjalin antara aku dan dia?

Terkadang semua itu membuatku terdiam, setelah direnungkan sampai sekarang aku belum tau bagaimana perasaan Om Rendra padaku.

"Om?" Panggilku membuatnya yang yang berada disampingku menoleh. "Aku mau tanya sesuatu, boleh?" Tanyaku sambil meremas jari jemariku resah.

Om Rendra menaikan sebelah alisnya, bingung atas sikapku yang tiba-tiba saja murung.

"Apa ada masalah? Kamu mau tanya apa?"

"Aku mau tau, gimana perasaan On Rendra sama aku sekarang. Tolong jawab jujur." Pintaku membuatnya menghembuskan nafas lelah. Kulihat ia kini menyenderkan kepalanya kebelakang, membuatku semakin takut mendengar jawaban yang mungkin saja menyakitkan untuk kudengar. Jika hal ini buruk, aku belum siap mendengar semuanya.

"Om gak tau, Dim." Ucapnya membuatku hampa, "Om sayang kamu. Om tau kalau kamu cinta sama Om, tapi--" ucapnya terhenti.

Aku menatapnya lama, tak sabar menunggu kalimat selanjutnya.

"Itu gak mungkin."

Satu kata itu. Satu kata itu mampu membuatku sedih, rasanya seperti banyak ribuan jarum yang menusuk hatiku. Seharusnya aku tau ini akan terjadi, seharusnya aku tau batasanku dan inilah resiko yang harus kutanggung karna mencintai seorang straight.

"Tapi Om udah--." Aku tak mampu untuk protes, aku ingin sekali berteriak didepan wajahnya, meminta penjelasan seharusnya dari awal ia menyatakan penolakan terhadapku. Aku merasa dipermainkan disini. Aku benci Om--

"Om juga punya rasa sama kamu."

Aku menatapnya tak mengerti semya perkataanya, beberapa menit yang lalu dia bilang kalau dia tak tau jawabannya, sekarang dia bilang punya rasa sama aku.

"Aku gak ngerti." Jawabku parau. Aku mengalihkan wajahku kejendela, tak mau menatapnya.

"Untuk saat ini, biarkan semuanya mengalir dulu Dim." Ucapnya menggenggam tanganku, dia mengaitkan jarinya denganku. Membuatku kembali menatapnya, aku benar-benar takut tersesat didalamnya dan tak bisa menemukan jalan keluar untuk semua ini.

Kurasakan pegangan Om Rendra semakim kuat, mengisyaratkan kepercayaan bahwa suatu saat nanti semuanya akan jelas. Tapi sampai kapan? Sampai aku tau kalau pada akhirnya antara aku dan Om Rendra tak mungkin bersatu?

Aku benar-benar takut memikirkannya, perlahan aku tersenyum. Apapun keputusannya, pada akhirnya aku harus tetap menerimanya. Sekarang, biarlah kami menikmati perasaan yang tumbuh ini.

Tak lama, terdengar pengumuman kalau kereta sebentar lagi akan sampai ditempat tujuan.

Aku dan Om Rendra turun di stasiun Haurgeulis bersama beberapa penumpang lain yang satu tujuan.

"Ayo, Dim." Ajak Om Rendra sambil menghentikan sebuah becak. Sejak percakapan itu sampai sekarang, kami baru berbicara lagi. Aku pun memutuskan untuk tak memikirkan hal itu sekarang, biarlah waktu yang menjawab harus sampai mana aku dan Om Rendra berakhir. Yang pasti bukan sekarang, terlalu cepat. Aku inginkan dia untuk waktu yang lama.

"Om, kita beneran naik ini?" Tanyaku tak yakin. Aku celingak-celinguk mencari taxi, nihil.

"Deket kok. Naik becak aja. Disini gak ada taxi, angkotpun gak lewat sini." Ucap Om Rendra membuatku melongo.

Bukan apa-apa, tapi ini lho. Abang becaknya sudah berumur plus kurus lagi. Aku tak tega jika harus membiarkannya menggoes pedal becak, mengingat berat badanku dan Om Rendra kan gede-gede.

"Pak, biar Om saya aja yang goes. Bapak duduk dibecak sama saya." Ucapku membuat Om Rendra melongo.

"Gak usah den, ini udah jadi kerjaan bapak. Masa bapak biarin penumpang bapak yang goes." Jawab abang becaknya tak enak hati.

Tanpa basa-basi, aku langsung menarik tangan abang becaknya hingga kami berdua duduk, barang bawaan pun sudah tersusun rapih di becak, tinggal berangkat.

"Ayok Om, goes." Suruhku.

Aku tertawa melihat Om Rendra misuh-misuh, tapi dia tetap menggoes pedalnya menggantikan tukang becak.

Aku memegang kuat tangan abang becaknya, yang tak mau diam dan terus memaksa agar dia saja yang menggoes.

"Ayok Om! Yang kuat doang goesnya. Semangat...semangat!" Ucapku, lalu menoleh ke abang becak. "Ayok pak, bantu semangatin Om saya yang ganteng ini, ayok semangat-semangat-." Tambahku. Mau tak mau abang becaknya ikutan bersorak menyemangati Om Rendra. Kulihat Om Rendra kini tersenyum, bahkan dia kadang tertawa sendiri.

Tak butuh waktu lama, becak pun berhenti disebuah gang setapak.

"Nih, Pak." Ucapku sambil memberi uang Rp. 50.000 ke abang becaknya.

"Gak usah den, saya kan gak goes. Udah gak papa. Bayarnya ke Omnya aden aja." Tolak abang becaknya.

Om Rendra menaikan sebelah alisnya.

Aku tetap memaksa, hingga abang becaknya mau. Saat dia akan memberi kembalian, tanganku mencegahnya.

"Gak usah, pak. Kembaliannya ambil lagi aja." Jawabku. Setelah itu, abang becaknya pergi dengan mengucapkan terimakasih berkali-kali.

"Ayok, bang becak. Kita lanjutin perjalanan." Ajak ku pada Om Rendra. Om Rendra bercakak pinggang kearahku, bibirnya tersenyum.

"Bentar. Om mau marahin kamu. Berani-berani ya kamu nyuruh Om goes becak, emang muka om kaya abang-abang becak?"

Aku ikutan bercakak pinggang, menantangnya. "Om gak liat kondisi tukang becaknya yang udah tua renta gitu. Om tega biarin abang becak yang kurus itu goesin Om yang badannya kaya gajah, ups." Ucapku sambil menutup mulut, pura-pura keceplosan.

"Dimass---" Om Rendra menggeram gemas, membuatku tertawa.

"Sorry, dorry, morry, mayory, strawberry Om. Aku cuma gak tega aja liat abang becaknya. Kasihan." Jawabku jujur. Sekarang Om Rendra mengelus kepalaku lembut, "Om bangga sama kamu. Kamu mulai dewasa ya sekarang."

Aku nyengir.

Aku dan Om Rendra berjalan menyusuri sebuah gang sempit yang hanya bisa dilewati pejalan kaki. Sebelum akhirnya kami sampai disebuah rumah sederhana.

"Rendra, ya ampun. Lama gak kesini. Mau dateng kok gak kabar-kabar?" Ucap seorang wanita berumur sambil memeluk singkat Om Rendra.

"Iya nih, Mak Ati. Baru sempet kesini lagi." Ucap Om Rendra. Lalu yang dipanggil 'Mak Ati' kini menatapku.

Aku langsung mencium tangannya sopan, dia mengelus pucuk kepalaku, meski risih aku hanya diam saja.

"Cah ganteng. Ini siapa Ren?"

"Ini Dimas, Mak. Anaknya mbak yu ika."

Mak Ati sedikit terkejut, lalu menatapku lama. Aku hanya tersenyum.

"Ya ampun, kamu anaknya Ika?" Ucapnya memelukku lama. Matanya terlihat berkaca-kaca, pelukannya pun semakin erat membuatku terharu.

"Ya udah. Ayo, masuk-masuk. Ayo Dimas." Ajak Mak Ati merangkul pundakku masuk kedalam rumah diikuti Om Rendra.

"Mak Ati." Panggil Om Rendra membuat Mak Ati yang tengah menyuguhi minuman menoleh.

"Emak sama Abah kemana? Kok rumah sepi. Yang lainnya kemana?" Tanya Om Rendra.

Mak Ati kini duduk disampingku, tangannya kembali mengelus pucuk kepalaku. Dia tersenyum, dan aku membalas senyumnya.

"Emak masih dipengajian. Abah masih dikebun bareng Bang Ipin. Nah, si Liam sama Yodi palingan main bola di lapangan." Ucap Mak Ati, kini tangannya mengelus punggungku. "Dimas umurnya berapa sekarang?" Tanya Mak Ati.

"17, Bu." Jawabku.

"Panggil Mak aja, Dim. Oh ya, kamu berarti seumuran sama Liam dan Yodi kalo gitu."

"Eh iya, Mak." Jawabku.

"Assalamualaikum. Ti, ada tamu?" Ucap seorang nenek tiba-tiba masuk kedalam rumah.

Bersambung.........

Kedepannya mau slow-update aja ya. Makasih lho yg udah mau ninggalin voment.

Continue Reading

You'll Also Like

316K 3.8K 13
BoyPussy Bxb Cowo Bermeki
2.1M 17.5K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
962K 47.1K 47
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
623K 99.4K 39
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...