Dimas(ManXBoy)

By Farelino

1.2M 36K 2.1K

Cover: @Adistyadistya šŸŽ–ļø5 - Gay (1 April 2019) šŸŽ–ļø1- BL ( 9 April 2019) Mengandung BL addicted, kisah HOMBRE... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
13
14
15
16 (1)
16(2)
17
18
19
20
21
22

12

49.9K 1.4K 52
By Farelino

Cahaya matahari masuk melewati celah gorden, membiaskan cahayanya yang menyilaukan mata, memaksaku bangun.

Aku mengucek mata sebentar, hal pertama kali yang kulihat adalah wajah Om Rendra yang begitu dekat dengan wajahku sampai-sampai aku bisa merasakan deru nafasnya yang hangat menerpa wajahku.

Tanganku refleks bergerak menyetuh pipinya yang tirus mengisyaratkan ketegasan dan kejantanannya.

Om Rendra adalah sosok yang begitu sempurna, memiliki mata sedikit sipit dengan fokus mata yang tajam seperti elang, orang yang baru pertama kali bertemu Om Rendra mungkin akan mengatakan kalau Om Rendra itu pasti memiliki perangai yang kasar dan kejam, hal ini diperkuat  lagi dengan bentuk alisnya yang tebal sedikit menukik memberi kesan jahat dan bengis.

Tapi nyatanya, sifat Om Rendra berkebalikan dari apa yang dilihat. Orangnya ramah dan mudah tersenyum, baik dan penyayang. Jauh sekali dari sifat begis dan kasar yang ditunjukan wajahnya.

Memiliki bentuk hidung yang mancung, dan warna bibirnya sedikit hitam tipe perokok aktiv. Dadanya membusung kokoh macam pejantan tangguh yang berperan sebagai pahlawan perang dalam serial di televisi.

Om Rendra memiliki otot yang sekal, bukan otot yang sengaja dibentuk karna fitnes.
Otot tubuhnya kuat dan terbuat secara alami, ada 4 kotak yang terbentuk diperutnya membuatnya terlihat macho sekali. Postur tubuhnya juga tegap seperti prajurit tentara, dengan tinggi 180 cm dan berat 70 membuat Om Rendra terlihat begitu sempurna untuk ukuran Pria jantan yang sesungguhnya.

Aku sudah lama mengamatinya, perlahan wajahku bergerak mendekat kearahnya yang masih tertidur damai didepanku.

Bibirku mengibas lembut bibirnya, lalu tersenyum puas saat melihat Om Rendra menggeliat resah.

"Dimas?" Ucap Om Rendra membuatku kaget, aku lihat mata Om Rendra masih terpejam damai.

'Apa dia mengigau?'

Aku hanya menggeleng, kemudian mengecup pipi kanannya sebelum bangun dan lekas mandi. Tapi sebelum aku beranjak dari ranjang, sebuah tangan mencekal pergelangan tanganku, membuatku menoleh dan kulihat Om Rendra sudah bangun, bibirnya menyunggingkan senyum indah dipagi hari yang cerah.

Sekali hentakkan, Om Rendra kembali menarikku hingga tubuhku terjerembab menindihinya. Dengan gerakan cepat ia membalikan tubuhnya hingga aku berada dibawah kungkungannya.

"Om?" Heranku saat kulihat matanya menatapku penuh nasfu.

"Mau kaya semalem, boleh?" Tanyanya, belum aku menjawab Om Rendra langsung saja melumat bibirku, meraupnya rakus dan menyedot bibir bawahku kuat membuatku kewalahan mendapat ciuman mendadak seperti ini.

Alih-alih tanganku mendorong tubuhnya, hal itu malah membuat Om Rendra semakin menarik tengkuk ku dalam.

Lidahnya menelusuri setiap rongga dalam mulutku sesekali mengajak perang dengan lidahku hingga lidah kami saling melilit, kepalanya di telengkan kekanan dan kekiri agar aku tak kehabisan nafas.

Lama-kelamaan aku bisa mengimbangi setiap lumatannya, aku berupaya sebisa mungkin membalas perlakuannya meski tetap saja Om Rendra yang lebih dominan.

Setelah puas mengeksploitasi mulutku, Om Rendra kini menempatkan bibirnya di ceruk leherku, mencium, menjilat dan mengesapnya kuat membuatku kembali mendesah, lalu lidahnya dengan liar mengulum daun telingaku membuatku meremang geli.

Om Rendra menghentikan aksinya sesaat membuatku mengerang kecewa, kulihat dia malah tersenyum diatasku. Salivaku berceceran di sekitar mulut, membuktikan betapa liarnya dia memangut bibirku.

Tangan Om Rendra bergerak meloloskan kaos yang dikenakannya, lalu membantu melepas kaosku hingga kami sama-sama topless. Dan lidah Om Rendra kini kembali menjelajahi seluruh lekuk tubuhku.

Aahh...ahhhh....ahhhh

Aku tak akan cerita bagian ini.

Ahhh...ahhh..ahhhh

Saat tubuh kami sudah sama-sama bugil sekarang. Penis Om Rendra kini kembali merangsak masuk.

Ahhhh...ahhhh...ahhhhh....

Tubuhku di bolak-baliknya, kakiku mengangkang dan dia kembali memasukkan penisnya kedalam ku.

Ahhhh....ahhh...ahhhh

Kami mengganti gaya doggy style sekarang. Kedua tanganku menyeimbangkan tubuh, dan dibawah sana Om Rendra masih merojok dalam anusku.

Aaahhh...aahh...aaahhhh......

Om Rendra mengangkat tubuhku hingga sekarang aku terduduk.dipangkuannya, penisnya masih saja asyik keluar-masuk lubangku.

Aaaahhhhh...aaahhh.....aahhhh...

Aku benar-benar mencintai Om Rendra.

Setelah selesai, aku dan Om Rendra mandi bersama, saling membersihkan tubuh masing-masing, saat mandi pun Om Rendra kembali menggagahiku.

O em ji, aku baru tau kalau Om Rendra itu hyper sex, satu hal lagi mungkin yang bisa mendeskripsikan sosok Om Rendra.

"Besok sore kita pulang, Dim." Beritahu Om Rendra, kini kami sedang makan disebuah restaurant.

"Lho, bukannya ini baru 2 hari ya Om?

"Sebenernya tugas Om cuma untuk 2 hari, 1 harinya lagi Om mau ngajak kamu kerumah kakek nenekmu. Kamu mau ketemu mereka kan?" Ucapnya.

Meski aku sudah tinggal lama sama keluarga Om Rendra, tapi baru kali ini aku berkunjung kerumah kakek-nenek yang merupakan orang tua Tante Nila dan ibuku.

Orang tua Om Rendra sendiri sebenarnya sudah lama meninggal dunia.

"Beneran Om?" Tanyaku memastikan.

Om Rendra mengangguk, lalu tersenyum padaku.

"Maaf ya Dim, baru kali ini kita bisa berkunjung ke kampung, sebab Om terlalu sibuk dengan pekerjaan kantor. Padahal tante mu itu terus meminta Om, untuk mengajak mu pulang kampung sekali-kali."

"Gak papa Om. Kakek-Nenek tinggal di daerah haurgeulis kan ya Om?"

"Iya, Dim."

Setelah itu, kami kembali melanjutkan makan sesekali mengobrol ringan.

"Oy, bro."

Panggil sebuah suara membuat Om Rendra mendongak, lalu tersenyum kearah orang itu.

"Oy, sini gabung." Ajak Om Rendra ramah.

Aku bisa mendengar suara langkah kaki yang kian mendekat kearah meja kami.

"Kenalin, bro. Keponakan gue, namanya Dimas." Ucap Om Rendra memperkenalkanku.

Ketika aku berdiri untuk menjabat tangannya, aku langsung diam membatu seperti patung. Aku Jelas kaget melihat orang yang kini berdiri dihadapanku. Orang itu--

"Kenalin Dim, dia ini bos sekaligus teman baik Om. Namanya Anton." Ucap Om Rendra memperkenalkan orang itu padaku.

"Anton." Ucapnya sambil menjabat tanganku.

--Om Anton.

"Di-di-dimas." Ucapku gelagapan, ikut menjabat tangannya. Bisa kurasakan tangan Om Anton mencengkram kuat tanganku saat kami berjabat tangan. Membuatku tersentak kaget.

Matik aku!

Habis sudah riwayatku.

Om Rendra dan Om Anton ternyata saling kenal, tak hanya hubungan persahabatan, mereka pun terjalin kontrak antara bos dan bawahan.

Ini akan sulit. Aku tak bisa membayangkan hidupku selanjutnya.

Om Anton terlihat biasa saja, lain halnya denganku yang sekarang sudah keringat dingin berhadapan dengannya, aku takut Om Rendra tau hubunganku dengan Om Anton, begitupun apa yang akan dilakukan Om Anton saat dia tau aku ada hubungan lain dengan Om Rendra.

Kepalaku tiba-tiba mendadak pusing, selera makan pun seakan ikut lenyap.

"Om, aku ke WC dulu ya." Pamitku pada Om Rendra. Kulihat Om Anton menatapku lama, bibirnya perlahan ikut tersenyum, tersenyum atas kemenangannya karna telah tau kartuku sekarang, Om Anton pasti akan sering mengganggu hidupku.

Aku membilas wajah dengan air, mengharapkan kesegaran untuk sedikit meringankan sakit kepalaku yang tiba-tiba menyerang.

Kedua tanganku kini mencekal kedua sisi wastafel, perlahan wajahku mendongak dan bisa kulihat pantulan wajahku yang terlihat frustasi.

"Arrg!!!!kenapa aku bisa terjebak dalam situasi seperti ini sih!!!" Erangku. Kebetulan keadaan WC saat ini sedang sepi, hanya ada aku seorang hingga aku tak perlu malu untu mengerang frustasi.

"Dimas?" Panggil suara itu, dia kembali mengikutiku ternyata.
"Sekarang Om tau kamu tinggal dimana, kenapa kamu gak bilang dari dulu kalau kamu tinggal sama keluarga Rendra, Hm?"

"Lepas, Om!!!" Aku berupaya melepas tangan Om Anton yang kini melingkar di sekitar perutku, dia memelukku dari belakang.

Om Anton tak mau mendengarkan ku, sangat keras kepala. Sekarang wajahnya diletakkan di ceruk leherku, membuatku meremang.

"Lepas Om!!nanti ada yang liat!"

Aku berhasil mendorong tubuhnya kuat, membuatnya melepas pelukannya dan mundur beberapa langkah.

"Kamu itu ya." Sabar Om Anton kembali maju beberapa langkah. Aku menunjuk tegas wajahnya memberi peringatan, membuatnya berhenti.

"Aku gak mau ketemu Om! Kenapa sih Om ngikutin aku terus!! Aku risih Om, aku gak cinta sama Om. Om ngerti gak sih!!"

"Yang Om ngerti, sekarang Om bisa ketemu kamu kapanpun Om mau. Om seneng banget sayang, akhirnya om tau dimana tempat tinggal kamu. Ah ya, Om juga akan menaikkan posisi Rendra  berhubung dia itu Om kamu. Semua demi kamu, kamu seneng gak?"

Tanpa bicara lagi, aku langsung meninggalkan WC dan menarik tangan Om Rendra untuk meninggalkan restaurant itu.

"Kamu kenapa, Dim?"

"Aku mau pulang aja Om, kita kan harus siap-siap untuk kerumah kakek nenek sore ini."

"Iya, tapi kenapa kamu tiba-tiba ninggalin restaurat. Apa terjadi sesuatu?"

"Gak ada apa-apa, Om."

Bersambung.......

Continue Reading

You'll Also Like

559K 39.3K 61
Dokter Rony Mahendra Nainggolan tidak pernah tahu jalan hidupnya. Bisa saja hari ini ia punya kekasih kemudian besok ia menikah dengan yang lain. Set...
296K 12.2K 32
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
2.3M 253K 45
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
5.4M 449K 63
"Allahuakbar! Cowok siapa itu tadi, Mar?!" "Abang gue itu." "Sumpah demi apa?!" "Demi puja kerang ajaib." "SIALAN KENAPA LO GAK BILANG-BILANG KALO PU...