Dimas(ManXBoy)

By Farelino

1.2M 36K 2.1K

Cover: @Adistyadistya šŸŽ–ļø5 - Gay (1 April 2019) šŸŽ–ļø1- BL ( 9 April 2019) Mengandung BL addicted, kisah HOMBRE... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
11
12
13
14
15
16 (1)
16(2)
17
18
19
20
21
22

10

52.1K 1.5K 81
By Farelino

Om Anton mengajak ku makan disebuah rumah makan lesehan disisi jalan raya, aku benar-benar suka dengan suasananya, begitu sederhana dan tertata rapih membuatku betah berlama-lama disini.

"Kamu suka tempat ini?" Tanya Om Anton, aku mengangguk dan tersenyum tulus padanya.
"Tempatnya adem, aku suka. Makasih."

"Om tau kamu punya selera yang unik, lain dari orang jaman sekarang."

"Hah~~? Aduh pusing, gak ngerti ah." Jawabku cepat, mataku kembali menelusuri tempat ini, dindingnya terbuat dari bilik kayu, serta perabotan lainnya juga terbuat dari kayu, seperti lantai, meja, bahkan alat makannya juga.
Antik.
Aku suka gaya seperti ini.

"Saya pesan menu spesial disini, serta minuman yang paling spesial untuk 2 orang." Ucap Om Anton pada mbak-mbak pelayannya.

"Mahal gak?" Tanyaku pada Om Anton.

Om Anton terkikik geli di sebrang meja, membuatku heran 'memangnya aku sedang melucu?'

"Gak mahal kok, lagian kalo mahal juga bukan masalah. Apasih yang gak buat Dimas." Gombalnya.

Aku lebih memilih mengalihkan wajah kearah lain, tak mau menatapnya.

Selesai makan, Om Anton mengajakku keliling Bandung. Aku yang baru pertama kali ke Bandung hanya terkagum-kagum layaknya turis. Tak lupa, Om Anton juga mengajakku belanja apapun yang kumau, dia terus memaksaku meski aku sudah menolaknya berkali-kali. Alhasil sebuah jam tangan couple terlingkar manis dipergelangan tanganku dan Om Anton.
Sedangkan jam tangan lamaku malah disita olehnya. Ugh- orang tua itu menyebalkan bukan.

"Aku mau pulang." Jawabku bosan, sebenarnya aku menikmati perjalanan ini tapi aku maunya sama Om Rendra, bukan Om Anton.

Ketika Om Anton hendak protes, aku langsung masuk mobil tak mau mendengar apapun lagi darinya.

Karna kegigihanku, akhirnya Om Anton mau menuruti keinginanku ini. Aku memintanya mengantarku ketempat awal saat Om Anton menculikku.

Aku memang menganggap kalau Om Anton saat ini tengah menculikku.

"Kamu nginap dimana?" Tanya Om Anton setelah sampai di tempat pertamaku jogging.

"Mana aja juga boleh." Jawabku asal, segera melepas sabuk pengaman dan langsung membuka pintu mobil, gagal. Rupanya Om Anton sengaja menguncinya, membuatku mendengus.

"Aku mau keluar." Ucapku.

"Kasih tau dulu, kamu nginap dimana? Terus Sama siapa?" Tanyanya kepo.

"Buka pintunya!!" Pintaku, yang akhirnya dituruti Om Anton.

Aku segara keluar dan masih berdiri disisi jalan.

"Sekarang pergi. Aku gak mau Om Anton ngikutin aku." Pintaku lagi dan lagi membuat Om Anton mengembuskan nafas lelah, lalu kembali melajukan mobilnya meninggalkanku seorang diri.

Setelah bayang-bayang mobil Om Anton pergi, dan dirasa aman. Aku bergegas kembali ke hotel tempatku dan Om Rendra menginap.

Sesampainya disana, aku langsung merebahkan tubuhku dikasur, merasa letih setelah seharian keliling, dari satu tempat ketempat lainnya.

Dddrrrttttttt...dddrrrttttttt.....

Ketika aku hendak menutup mata, aku merasakan Hp-ku bergetar. Aku merogoh saku dan melihat layar tertera nomor baru tak dikenal.

Tak mau ambil pusing, jempolku langsung menggeser tombol panah hijau hingga telfon tersambung.

'Hallo' ucap orang di sebrang, mendengar suaranya yang bass aku tau kalau orang ini pria.

'Siapa?'

'Ini saya. Gilang.'

'Gilang siapa ya?'

'Kita duduk berseblahan saat di gerbong'

Aku berusaha mengingat-ingat wajahnya dan ya aku mengingatnya, kita kan pernah ML dikereta kan.

'Oh~Om Gilang. Maaf, aku baru ingat hehe.'

'Gak papa, kok. Saya mah udah biasa dilupain' ucapnya membuatku tak enak hati.

'Eh, maksud aku bukan begitu Om. Kapasitas ingatan orang kan beda-beda, pasti ada beberapa bagian yang lupa. Itukan manusiawi."

'Hahaha.....iya ganteng iya. Santai aja kali, gak usah ampe ketakutan gitu'

Aku memutar bola mata jengah mendengarnya, siapa juga yang ketakutan kalo dia marah. Aku kan hanya coba menjelaskan sifat manusia, tempatnya salah dan lupa.

'Kamu kok gak balas BMnya Om?'

'Oh itu, aku lagi keabisan kuota sama pulsa' jawabku bohong. Ugh- aku jarang pegang Hp. Kalau kuota sama pulsa mah selalu ada.

Tuuutttttt....tuuutttttt........

Aku menatap layar Hp aneh ketika sambungan tiba-tiba saja diputus. Tak mau ambil pusing, aku menaruh Hp diatas nakas. Kulirik jam menunjukan pukul 17:00 WIB, tanpa sadar hari kini beranjak sore dan aku memutuskan untuk mandi.

Selesai mandi, aku langsung mengenakan pakaian lengkap dan berbaring di ranjang, kembali menge-cek Hp dan disana tertera 12 panggilan dan 2 pesan dari nomor yang sama-Om Gilang.

Saat kubuka pesan pertama, aku kaget karna ada SMS kalau nomorku sudah diisi pulsa 100.000~

Saat aku mengecek saldo, aku tak percaya kalau itu benar. Tapi siapa yang mengisinya? Perasaan aku tak membeli pulsa atau minta dibeliin pulsa sama siapa-siapa. Om Rendra? Ah-tak mungkin, Om Rendra kan lagi kerja jadi mana sempat.

Lalu aku menge-cek pesan kedua, dan disanalah aku tau siapa orang.yang sudah mengirim pulsa ini. Orangnya tak lain adalah Om Gilang.

'Pulsanya udah masuk belum? Sekarang bales chatt'an Om ya'-Om Gilang.

Dengan sangat terpaksa, aku bbm'an sama Om Gilang, menjawab setiap pertanyaannya.yang panjang hanya dengan beberapa baris kata.
Ugh-aku tak mau berhubungan atau memiliki kontak apapun dengan orang yang sudah ML sama aku. Antara aku dan Om Gilang, aku menggapnya hanya sebatas fuck buddy, tak lebih. Aku tipe orang yang gampang bosan, seperti itulah aku.

Aku masih membalas Chatt'an Om Gilang sebagai bentuk terimakasih saja, tak lebih dari itu. Kalau besok-besok mah beda lagi ceritanya.

Hari semakin larut dan tanpa sadar aku tertidur, mengabaikan pesan Om Gilang selanjutnya.

Aku terbangun, ketika seseorang menarik selimut untukku. Aku membuka mata sedikit, yang ternyata Om Rendra.

Om Rendra melepas sepatu dan menaruh jasnya di kursi. Tangannya bergerak melepas dasi yang sudah seharian mengekang lehernya, lalu dia mulai berjalan ke arah kamar mandi dan membuka setiap kancing kemejanya.

Belum sempat aku melihat tubuh topless-nya itu, Om Rendra sudah lebih dulu menutup pintunya membuatku mengerang tertahan, sebab adegan yang ku tunggu-tunggu malah terpotong.

Kulihat jam menunjukan pukul 22:30 WIB, sudah hampir tengah malam.

Dengan langkah mengendip-endip seperti maling, aku berjalan kearah pintu kamar mandi dan menempelkan telingaku disana.

Aku tak bisa mendengar apapun selain guyuran air, tapi hal itu malah membuatku berfantasi liar membayangkan bagaimana tetesan air itu mengguyur tubuh sekal Om Rendra dengan gerakan slow-motion.

Membayangkannya saja membuatku panas dingin. Tanganku bergerak menarik gagang pintu, aku langsung membekap mulut hendak berteriak ketika pintu kamar mandi ternyata tak dikunci. Senangnya~~

Yeay, aku mengintip dan bisa kulihat dengan jelas tubuh bugil Om Rendra untuk pertama kalinya.
Kedua tangannya meng-kramas kepala dengan shampo, membuat bulu-bulu ketiaknya yang lumayan lebat itu ter-ekspos jelas di depanku, aku hanya bisa menyapu bibir bawah ingin rasanya mencium rimbunan hitam hutan lebat itu sepuasnya.

Setelah kramas, Om Rendra menuangkan sabun cair yang langsung digosokkan di seluruh tubuhnya dengan gerakan cepat dan asal tapi menjangkau semua lekukan badan. Mataku kini terfokus pada dua bongkahan gunung kembarnya yang terlihat pas di badan, tanganku gatal ingin menamparnya.

Selanjutnya inilah bagian yang aku tunggu-tunggu sejak tadi. Om Rendra kembali menuangkan sabun cair ketangan, lalu secara perlahan dan teliti membersihkan bagian selangkangannya, dimulai dari rimbunan hitam sekitar selangkangan lalu ke benda pusakanya yang masih lemas menggantung.

Aku meneguk ludah dengan susah payah, saat melihat ukuran penis Om Rendra. Masih lemasnya saja sudah keliatan besar, bagaimana kalo udah ngacengnya. Pasti besar banget-

Setelah menyabuni hampir seluruh tubuhnya, Om Rendra kini membilasnya dibawah shower sampai bersih.

Aku tetap berdiri ditempat, karna kurasa Om Rendra juga belum mau keluar. Setelah bersih, bukannya segera handukan dan berganti baju, adegan Om Rendra selanjutnya membuatku kaget.

OMG!!!! Dia coli!!

Mulutku melongo ketika kulihat Om Rendra kembali mengambil sabun dan mulai mengurut penis gemuknya. Perlahan penis itu mulai berdiri tegang, dan tangan Om Rendra juga semakin liar mengocoknya.

Ini sudah hampir 30 menit, tapi Om Rendra belum ada tanda-tanda orgasme, kulihat wajahnya juga sudah penuh keringat. Aku kasihan, jadilah ku memutuskan untuk membantu Om Rendra mencapai puncak kenikmatannya malam ini.
Aku cuma mau membantu, itu saja.

Aku kembali menutup pelan pintunya, menunggu sampai beberapa menit memberikan jeda waktu.

Cklak!

Aku membuka pintu dan pura-pura kaget melihat keadaan Om Rendra yang sedang coli.

"Om?!" Shock ku, diam membatu.

"Dimas?" Kuliahat Om Rendra nampak malu-malu karna ketahuan sange. Dalam hati aku tertawa melihat wajahnya itu.

Perlahan aku semakin mendekat kearahnya, dan Om Rendra langsung menutupi daerah selangkangannya dengan dua tangan.

"Om sange ya?" Tanyaku. "Mau aku bantu?"

Kulihat Om Rendra menatapku dengan ekspresi tak mengerti, aku memang sudah menunggu kesempatan ini sejak lama.

Tanpa membuang-buang waktu, aku langsung duduk didepan selangkangan Om Rendra dan  mengulum penis jumbonya, melakukan blow job untuk memberikan servis dan mengeluarkan keahlianku.

"Ahhhh.....Dimassshhh....kamu...mau..ngapain." ucapnya samar-samar saat penisnya mulai ku kulum.

Bersambung........

Continue Reading

You'll Also Like

958K 46.7K 47
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
282K 27.2K 31
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...
2.1M 17.5K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
5.4M 450K 63
"Allahuakbar! Cowok siapa itu tadi, Mar?!" "Abang gue itu." "Sumpah demi apa?!" "Demi puja kerang ajaib." "SIALAN KENAPA LO GAK BILANG-BILANG KALO PU...