My Ice Queen

Від kusoema

17.4M 516K 15.3K

21+. Seorang wanita berparas cantik, bertubuh indah, berkulit putih bak pualam, mata biru gelap segelap laut... Більше

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
30.
Epilog.

29.

450K 14.4K 804
Від kusoema

Hari ini adalah hari kelima Zac bolos dari kantornya. Zac tak ingin meninggalkan Ara karena kandungan Ara diprediksikan akan segera lahir. Kehamilan Ara sudah memasuki bulan kesembilan. Prediksi dokter meleset dua hari. Seluruh keluarga Ara dan Zac selalu was-was. Karena bayi Ara bisa lahir kapan saja.

Zac meminta Ara untuk rawat inap dirumah sakit tapi Ara menolaknya. Zac ingin agar saat Ara merasakan kontraksi, dokter bisa langsung menangani. Ara tidak mau karena ia paling benci rumah sakit. Itu semua dikarenakan masa kecilnya yang menjadikan rumah sakit sebagai rumah keduanya. Zac pun akhirnya mengerti.

Malamnya Ara mengigau menyebut nama Aldrik. Zac yang mendengarnya mengernyit heran karena ini pertama kalinya Ara mengigau. Zac menepuk pipi Ara pelan untuk membangunkannya.

"Mom..sayang..hei, bangun Sayang.." Panggil Zac.

"Aldrik..maafkan aku.." Ara masih mengigau mengucapkan kata yang sama.

"Mom..bangun sayang.." Zac memanggil Ara sedikit lebih keras. Ara terbelalak dan seketika menjerit.

"ALDRIK!" Jerit Ara langsung duduk diranjangnya.

Zac kaget dan sedikit terlonjak ditempatnya mendengar jeritan Ara. Ia mengusap punggung Ara pelan untuk menenangkannya.

"Kamu memimpikan Al, Sayang?" Tanya Zac lembut. Ara menoleh pada Zac dan merebahkan kepalanya didada Zac.

"Ya Zac. Dia bilang kalau waktuku semakin dekat dan dia merindukanku." Jawab Ara menyentak Zac.

"Maksudmu?" Tanya Zac khawatir.

"Aku juga tidak tahu. Aku bermimpi kalau aku ada disebuah taman yang sangat indah. Disana hanya ada aku dan Al. Dia mengajakku duduk dipadang rumput yang lapang dan berkabut. Dia bilang kalau aku akan tinggal disana bersamanya. Dia bilang akan selalu menungguku disana. Dia juga bilang kalau dia merindukanku dan memintaku untuk datang kepadanya." Ucap Ara menerawang. Zac seketika panik dan memeluk Ara erat.

'Al, apa maksudmu dengan hadir dimimpi Ara seperti itu? Jangan ambil dia dariku Al. Kau berjanji untuk menjaganya tapi sekarang sudah ada aku. Aku akan menjaganya juga Aldara dan anak kami satunya. Aku mohon Al.' Ucap batin Zac memohon.

"Dad, kamu kenapa? Kok kaya ketakutan gitu?" Tanya Ara yang merasakan tubuh Zac gemetar. Zac melepaskan pelukannya dan menangkup pipi Ara.

"Mom, berjanjilah padaku kamu tidak akan meninggalkanku dan kedua anak kita. Berjanjilah." Perintah Zac. Ara mengernyit heran.

"Kenapa kau memintaku mengatakan janji itu? Memangnya aku mau kemana?"

"Just promise me. Please Mom." Mohon Zac. Ara menangkup pipi Zac dan mengecup bibirnya singkat.

"Aku berjanji, aku tidak akan meninggalkanmu dan anak-anak kita sayang. Aku tidak akan kemana-mana. Aku akan selalu bersamamu dan anak-anak kita." Jawab Ara. Zac menghembuskan nafas lega untuk sesaat.

"Mom..apa arti mimpimu itu? Aku takut Mom." Ucap Zac mengutarakan kekhawatirannya. Ara mengernyit.

"Hei..itu hanya mimpi sayang. Jangan terlalu difikirkan. Aku tahu Al tidak mungkin melakukan itu padaku. Kamu tahu, besok adalah hari kematian Al. Sudah hampir dua tahun aku tidak menjenguknya." Ucap Ara menerawang.

'Apa mungkin Al ingin Ara datang ke makamnya?' Batin Zac.

"Sayang, apa kamu mau menengoknya? Aku bisa mengantarmu besok." Tanya Zac. Ara langsung menoleh padanya dengan senyum.

"Benarkah?" Tanya Ara tak percaya dibalas anggukan pasti oleh Zac.

"Oke. Besok pagi kita kesana. Terima kasih Dad. Terima kasih banyak." Ucap Ara memeluk leher Zac.

Zac memeluk Ara erat. Ia berdoa semoga mimpi Ara hanya sebuah mimpi yang mengartikan Al ingin Ara datang kepusaranya. Semoga persalinan Ara berjalan lancar.

************

Pagi ini Zac dan Ara sarapan menggunakan pakaian serba hitam. Elena dan Richard mengernyit melihat pakaian mereka. Maxi dan Rixi pun datang menggunakan pakaian yang sama.

"Good morning princess. Good morning my nephews. Good morning all." Sapa Maxi dan Rixi pada Ara, mencium perut Ara dan menyapa keluarga Richardson yang lain. Elena dan Mario membalas sapaannya hangat.

"Morning, son. Kalian mau kemana dengan pakaian serba hitam?" Tanya Elena to the point.

"Menengok Al, Mom. Kata Zac semalam Ara memimpikannya. Mungkin baby twin akan lahir setelah menengoknya." Jawab Rixi santai.

Rixi mencomot sandwich Ara membuat Ara merengut kesal padanya. Rixi hanya cengengesan sambil meleletkan lidah pada adiknya. Maxi yang melihatnya, menggeplak pelan belakang kepala Rixi, dia makin cengengesan.

"Oh ya? Mom ikut. Yuk Dad. Mom rindu padanya." Ucap Elena langsung bangun dari kursinya dan menyeret Mario ikut dengannya.

Mario hanya mengikutinya tanpa membantah. Maxi dan Rixi juga sepasang suami istri itu terkekeh melihat tingkah Elena.

"Ayo berangkat. Mama Papa kalian tidak ikut?" Tanya Elena setelah menghabiskan waktu 10 menit untuk berganti pakaian.

"Mama, Papa dan Anna sudah menunggu disana Mom. Mereka tadi mampir ke apotik dulu. Makanya aku menyuruh mereka langsung jalan saja. Kalau begitu Ayo. Kita bawa dua mobil saja. Oke?" Jelas Maxi.

Mereka berangkat dari rumah dengan Ara dan Zac yang satu mobil dengan Maxi dan Rixi. Mereka sempat menepi karena Ara ingin membeli bunga Lily putih kesukaan Al.

Sesampainya dipemakaman elit didaerah graha sentosa, Zac dan yang lainnya terbelalak melihat makam Al. Sangat indah dan bersih. Bahkan makamnya terlihat apik, megah dan elit.

"Astaga! Mewah sekali." Pekik mereka bersamaan selain Ara.

Ara tersenyum dan berjalan kearah samping makan Al. Ia menaruh bunga Lily yang dibelinya dan duduk dipinggir makam.

"Hai baby. Apa kabar? Aku yakin kamu sangat merindukanku makanya semalam kamu hadir di mimpiku. Kenapa? Kamu marah karena aku lama tak menengokmu, hm?" Sapa Ara seperti berbicara langsung dengan Al.

Mama Amora dan Papa Adrian meneteskan air matanya dan ikut duduk dibelakang Ara. Mereka menyapa Al dan meletakkan bunga dari mereka. Zac menghampiri Ara dan berjongkok disampingnya sambil mengelus perut besar Ara.

Maxi dan Anna menyapa Al dan duduk disisi yang berbeda, meletakkan bunga Lily putih untuk Al. Rixi duduk dibangku yang disediakan disana setelah menyapa Al diikuti oleh Mom dan Dad Zac.

"Apa kamu yang membangun makam ini, Mom?" Tanya Zac masih terheran-heran.

"Ya. Bukankah ini rumah terakhir untuknya? Makanya aku membuatnya menjadi senyaman mungkin untuknya." Jawab Ara sambil tersenyum. Zac mengangguk mengerti.

Ara mengusapkan telapak tangannya dirumput makam Al. Ia merenung sambil menatap pusara Al. Setetes air mata jatuh dipipinya.

"Dulu aku kesini sendirian Al. Sekarang aku membawa semua anggota keluargaku. Aku ingin kamu tahu aku tidak pernah melupakanmu, begitu juga mereka. Selama jantungmu masih berdetak didadaku, aku tidak akan bisa melupakanmu." Ucap Ara sendu. Zac dan semua keluarganya hanya mendengarkan.

"Sekarang aku memiliki tambahan keluarga. Well, i think you already know, don't you? Aku sudah menikah Al. Dijodohkan. Hahaha. Awalnya aku fikir aku tidak akan merasakan perasaan yang seperti dulu lagi, ternyata aku salah dan kamu benar. Aku akan jatuh cinta lagi. Kenapa kamu selalu benar ya? Ya Al. Aku jatuh cinta pada suamiku. Aku mencintainya seperti aku mencintaimu. Dia lelaki yang baik, manja, kekanakan, dan menyebalkan." Lanjut Ara membuat Zac berdecak dan mencubit pipinya gemas. Ara malah tertawa.

"Hahahaha..maaf Zac, aku hanya jujur sayang. Tapi aku sangat mencintai suamiku, Al. Aku mencintai sifat manjanya, rengekannya, sifat kekanakannya yang selalu membuatku naik darah dan aku mencintainya karena kesabarannya dan kebijakannya. Al...maafkan aku kalau nanti aku akan jarang menengokmu. Kau tahu? Kita akan memiliki Aldara sebentar lagi. Zac mengijinkan anak pertama kami untuk dinamai Aldara, seperti rencana kita dulu. Rencana kita yang tak bisa kita wujudkan." Ucap Ara dengan senyum tapi air matanya menetes deras.

Zac merengkuh Ara kepelukannya dan menciumi puncak kepalanya. Zac mengulurkan satu tangannya kemakam Al dan mengelus rumputnya lembut.

"Hai Al. Aku Zac. Salam kenal. Aku rasa kau sudah mendengar tentangku dari kekasihmu yang dingin ini." Ucap Zac membalas Ara. Ara dan yang lain terkekeh geli.

"Al...aku tak tahu arti dari mimpi Ara semalam. Aku takut Al. Aku mohon bantu aku menjaga Ara dari tempatmu. Aku tahu kau mencintainya, tapi aku mohon padamu, jangan ambil Ara dariku. Aku juga mencintainya. Aku akan mati tanpanya. Aku mohon Al, apapun yang terjadi, bantu aku menjaganya. Bantu aku untuk menjaga agar jantungmu tetap berdetak didadanya. Aku takut kehilangannya. Maafkan aku yang egois. Tapi ini semua juga demi calon anak-anak kita bukan?" Lanjut Zac yang berbicara dengan makam Al sepeti sedang memohon langsung padanya.

Seketika angin lembut berhembus menerpa wajah Ara, Zac dan yang lainnya. Bulu kuduk mereka yang menengok Al merinding saat angin itu berhembus. Zac dan yang lainnya bergidik kecuali Ara.

Ara tersenyum dan bangkit berdiri. Ia mendongak menatap langit kemudian beralih menatap kesekitar makam Al. Ara menatap satu titik yang kosong disamping makam Al tepatnya dihadapannya.

Ara melangkah mendekati titik yang ia tatap. Semua mata mungkin tak dapat melihatnya. Tapi tidak dengan Ara. Ara melihat Al yang berdiri disamping makamnya sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Ara. Ara meraih uluran tangannya walupun tak dapat menyentuhnya. Air mata Ara menetes deras dipipinya.

Amora dan Adrian menarik mundur Zac dan memberikan ruang pada Ara. Zac yang bingung menatap Amora.

"Ada apa Ma?" Tanya Zac bingung.

"Al datang. Berikan Ara sedikit waktu bersamanya." Ucap Amora disela tangisnya membuat Zac menganga dan kembali menoleh pada Ara.

"Aku tahu kau mendengarku dan sekarang kau disini, Aldara. Kau merindukanku? Aku juga merindukanmu, sayang. Maaf aku lama tidak kemari. Aku sibuk dan alu juga takut kemari, karena setiap kemari aku selalu menangis. Kau tak suka melihatku menangis kan?" Ucap Ara kepada bayangan Al.

"Aku tahu, Sayang. Berbahagialah Aldara. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Waktunya Aldara kecil sudah tiba. Jaga dirimu, Sayang. Jaga dia selalu berdetak didalam dirimu." Ucap Al yang hanya bisa didengar oleh Ara. Al mencium kening, bibir, jantung dan perut besar Ara. Ara mengelus kepala Al saat ia mencium lembut perut Ara.

Angin kembali berhembus dan bayangan Al ikut hilang terbawa angin dan terbang keatas. Ara melambaikan tangannya kelangit dan tersenyum bahagia. Ia berbalik menatap semua keluarganya. Ia melirik Zac yang masih menganga menatapnya. Ara melangkah dan tiba-tiba meringis memegang perutnya. Zac berlari dan merengkuh Ara.

"Mom, ada apa?" Tanya Zac khawatir.

"Sepertinya ini waktunya Aldara kecil lahir. Al mengatakannya padaku kalau sekaranglah saatnya. Sebaiknya kita kerumah sakit. Al...sepertinya anakku ingin mengunjungimu dulu sebelum dia lahir. Atau kau mengerjaiku? Awas kau ya. Arrrgghh..sakit Zac." Ucap Ara sambil menatap pusara Al dengan kesal. Ia meringis dan memeluk perutnya. Semua keluarganya panik dan berhamburan kearah Ara.

Zac dengan sigap langsung menggendong Ara. Ia melirik kepusara Al.

"Al, kami pamit dulu. Ingat ucapanku. Jaga Ara dari sana. Terima kasih." Ucap Zac.

"Ayo semuanya kita langsung kerumah sakit." Lanjut Zac.

Maxi berlari kearah mobil dan membuka pintu untuk Zac. Semua kelaurganya ikut membuntuti mobil Maxi dari belakang.

**************

Sesampainya dirumah sakit, Ara langsung masuk ke ruang bersalin. Zac menemani Ara didalam. Ia berusaha tenang dan membantu Ara untuk mengatur nafasnya. Dokter dan bidan sudah siap disamping Ara.

"Sudah bukaan 8 dokter. Tunggu sebentar lagi." Ucap bidan pada Dokter tampan itu.

"Aaaa..sakit Zac.." Teriak Ara. Zac menggenggam tangan Ara memberikan kekuatan pada Ara.

"Sabar sayang. Tarik nafas, hembuskan perlahan. Kamu kuat sayang. Kamu bisa." Ucap Zac menyemangati Ara.

"Astaga Tuhan...AAAA..SAKIIIT..." Teriak Ara lagi. Ia mencengkram tangan Zac.

Keringat mengucur dari dahi Ara. Zac menghapus keringat Ara dan terus menyemangatinya.

"DOKTEEER..CEPAT KELUARKAN ANAKKU.."Teriak Ara membentak dokter dan bidan yang menanganinya.

Bidan itu memasukkan jarinya kelubang pusat Ara dan mengangguk pada dokter. Dokter dan bidan menyiapkan semua perlengkapannya. Ada gunting, benang dan jarum melengkung. Tiga perawat membantu mereka menyiapkan peralatannya.

"Kalau kontraksinya datang, ibu boleh mengejan ya." Perintah bidan. Ara mengangguk. Selang beberapa menit Ara kembali berteriak.

"AAAA..HMMMP..hah..hah.." Ara mengejan dan bidan siaga.

"Terus bu. Kepalanya sudah terlihat." Ucap bidan itu.

Zac benar-benar panik. Ia merangkul bahu Ara agar ia bisa mengejan dengan kuat. Beruntung ia mengikuti senam hamil dan sering membaca buku tentang melahirkan.

Ara kembali mengejan dengan kuat dan akhirnya suara tangisan seorang bayi terdengar keras. Zac tersentak dan dadanya mengembang bahagia mendengar suara tangisan anak pertamanya.

"Laki-laki. Lahir tepat pukul 14:00. Berat 3000 gram panjang 51 cm. Anak yang tampan bu." Ucap dokter setelah menimbang dan mengukur si bayi. Perawat mengambil alih dan memandikannya.

Zac dan Ara tersenyum bahagia. Air mata mereka luluh begitu saja dipipi mereka mendengar tangisan anaknya yang begitu kuat dan kencang.

"Aldara kita laki-laki Mom." Ucap Zac sebelum mencium kening Ara lama.

Beberapa menit kemudian Ara kembali meringis.

"Aaaarrggh...sakiiiit.." Ara kembali meringis.

"Satu lagi dokter." Kata Zac. Zac kembali merangkul Ara dan Ara kembali mengejan.

Hanya dua kali Ara mengejan dan akhirnya kembali terdengar suara tangis bayi dari bawahnya. Zac tertawa bahagia dan Ara terkulai lemas tapi tetap tersenyum.

"Perempuan. Lahir pukul 14:04. Berat 2.800 gram. Panjang 50 cm. Bayi yang cantik bu. Apa ada lagi?" Tanya bidan sedikit menggoda.

"Sayang..itu Zackira sayang.." Ucap Zac sambil tertawa bahagia.

Zac menatap kedua putra putrinya yang sudah dimandikan oleh perawat dan menaruhnya dibox tak jauh dari meja bersalin Ara. Mereka menangis dengab kencang seakan mereka marah karena dikeluarkan dari kehangatan perut Ara.

"Aaaa..sakiiit...kenapa ini..aarrgghh.." Ara kembali meringis. Zac, dokter dan bidan itu menganga.

"Benar-benar ada lagi?" Tanya bidan itu kaget.

Ara mengeluarkan semua tenaganya dan kembali mengejan kuat hingga sekali mengejan anak ketiganya lahir dengan selamat. Zac benar-benar bahagia sekaligus takjub karena ia mengira anaknya hanya ada dua. Ternyata tiga.

"Laki-laki. Lahir pukul 14:10. Berat 2.700 gram. Panjang 49 cm. Wow, anda hebat pak...ada lagi ibu?" Tanya bidan itu lagi. Zac tertawa keras lalu menciumi wajah istrinya.

"Sayang..astaga..tiga Mom! Itu Alexi sayang. Oh Tuhan. Terima kasih Tuhan. Terima kasih Ara. Aku mencintaimu. Kau memberiku berkah yang melimpah Tuhan." Ucap Zac penuh syukur. Ara tersenyum lemah sambil mengatur nafasnya. Zac memeluknya erat dan terus menciuminya.

Bidan dan dokter dengan sigap melakukan proses akhir melahirkan. Mengeluarkan ari-ari nya dan menyetop darah Ara. Mereka membius lokal Ara dikemaluannya dan mulai proses penjahitan dikemaluan Ara.

***********

Zac keluar dari ruang bersalin menghadap keluarganya. Ia menangis dan tertawa bersamaan.

"Bagaimana Zac?" Tanya Maxi tak sabaran.

"Aldara laki-laki. Zackira yang kedua. Dan..." Zac menggantungkan ucapannya.

"Dan apa?" Tanya Elena.

"ANAKKU KEMBAR TIGA! YANG KETIGA ALEXI LAKI-LAKI." Teriak Zac penuh kebahagiaan.

"APA?" Pekik semua keluarganya bersamaan.

Maxi memeluk Zac erat dan ikut menangis. Mereka memeluk Zac bergantian dan mengucapkan selamat.

"Bagaimana Ara?" Tanya Rixi.

"Dia baik-baik saja. Dia wanita yang kuat. Astaga. Aku tak menyangka ia akan memberiku 3 anak sekaligus. Oh Tuhan, aku sangat-sangat berterima kasih kepadamu Tuhan." Ucap Zac sambil menangis bahagia.

"Kita tunggu Ara. Ia sedang dibersihkan. Anak-anakku ada diruang bayi. Kita kesana." Lanjut Zac. Semuanya mengangguk dan melangkah bersamaan melihat ketiga malaikat kecil mereka.

Ara sudah berada diruang perawatan. Ia tertidur karena kelelahan. Setelah menyusui ketiga anaknya, Ara tertidur pulas. Diwajah tidurnya tergurat raut lelah dan bahagia. Zac yang menunggui Ara tak henti-hentinya tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada Ara.

Semua keluarga mereka bersorak bahagia karena harapan dan doa mereka terkabul.

Maxi, Rixi dan Anna pergi ketoko perlengkapan bayi untuk membeli ranjang bayi. Mereka begitu antusias dan tak sabar ingin menggendong keponakan mereka.

Mereka semua berbahagia dan berdoa semoga semuanya berjalan lancar tanpa ada kesulitan kedepannya.

Продовжити читання

Вам також сподобається

2.1M 98.4K 52
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
VC [END] ✓ Від Abang

Романтика

1K 174 27
"Goblok goblok!" Seseorang perempuan mengetuk dahinya pelan ketika orang yang kemarin salah dia vc. Ada didepan kelas. Tengah menulis stukur teks new...
1.1M 55.9K 48
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
25.2M 790K 67
"Papih, ini om-om yang udah ngehamilin Abi!" cast : ~ Kendall Jenner as Abigail Meshach Pradipta ~ Harry Styles as Aldrich Reynand Maxston _________...