From Earth to Heaven ( Mencin...

Da DianBookworm

85K 4.8K 400

Kisah nyata. Inspired by Almarhum Pratu Anumerta Kiki Kirwan (Prada Kiki) 02 Januari 1994 - 20 Maret 2016. Sa... Altro

Let the story begin!
That day
His Promise.
The Helicopter
I Can't Believe
Tentara Tak Punya Malu?
Another Woman He Loved
My Days Since He Go
Pengumuman
Next
Permisi...
Who is He?
Kepergok
Hello readers..
Tumben
Kenalan
Then, It's started
Misterius
Diajak ke Bandung
Pamit
Surprise
Oleh-oleh
We are different, Ki...
Pacar atau Sahabat?
KLARIFIKASI
SHARING
Rutinitas Baru
Balada Jembatan Gantung

Sekumpulan Firasat

4K 215 24
Da DianBookworm

Setelah kepergiannya, baru aku sadar begitu banyak firasat yang bermunculan sebelum Aa pergi..
Hal-hal kecil yang sebelumnya aku abaikan..

I

Beberapa hari sebelum aku berangkat ke Luwuk, Aa sempat mengobrol denganku. Ntah apa yang kami obrolkan, yang jelas yang mampu aku ingat adalah :

"Sayang, orang bali kalo meninggal dibakar ya?" Tanyanya suatu ketika

"Iya, ngaben namanya Aa"

"Iiiih" ia bergidik

"Kenapa Aa?"

"Nggak takut?"

"Kan udah meninggal Aa"

"Nggak serem sayang?"

"Kan udah meninggal Aa.."

"Nggak sakit? Tangan kena api dikit aja sakit kan" Katanya lagi

"Orang kalo udah mati kan nggak ngerasain apa-apa lagi Aa..."

"Hehehe" Dia tersenyum sambil memperlihatkan deretan giginya yang rapi

"Aa, kalo Aa meninggal ketemu bidadari ya?"

"Hahahaha" Aa ketawa

"Kalo iya, kenapa sayang?" Tanyanya dengan raut wajah yang sedikit menyiratkan rasa ngeri.

"Berarti nanti Aa meninggal ketemu bidadari yaah" Tanyaku

"Aku mau minta ke Allah, aku bilang aku mau bidadarinya kamu.." Katanya tersenyum usil sambil mengusap kepalaku.

II

Beberapa hari setelah aku pindah tugas ke Luwuk, seperti biasanya Aa meneleponku setiap subuh sehabis sholat subuh untuk membangunkanku. Pagi-pagi sekali Ia sudah berada di kantor. Sebagai ajudan Danyon (Komandan Batalyon) yang menurutku loyal terhadap pimpinan dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, setiap pagi ia selalu menyiapkan keperluan Danyon sebaik-baiknya termasuk membersihkan ruangan.

"Halo, Assalamualaikum" Jawabku mengangkat telepon. Masih dengan mata yang luar biasa berat dan suara seperti remaja cowok yang baru akil baliq karena baru bangun pagi

"Halo, Walaikumsalam, Swastyastu, Selamat pagi sayangku"

Hoaaaaammmmmmmm

Swastyastu. Pagi sayang"

"Baru bangun ya? Cewek kok baru bangun" Katanya.

Helloooo,, menurut loe? Dia yang ngajakin teleponan sampai tengah malam buat dengerin dia curhat kegiatannya seharian ini trus dengerin dia nyanyi pake gitar, trus dengan tega jam segini dibangunin dan ngejudge seolah-olah aku cewek malas. Hikkzzz

"Iya Aa.." Hanya itu yang keluar dari mulutku

"Aku udah selesai sholat subuh nih"

"Hmmm... Rajinnyaa... Calon Imam yang baik." Aku memuji. Gapapalah. Sekali-sekali kok.

"Iya dooonk. Wajib itu" Katanya bangga

"Trus Aa dimana sekarang?"

"Aku dikantor, sayang."

"Hah? Dikantor? Pagi-pagi begini?"

"Iya" jawabnya singkat

"Sudah mandi donk berarti? Sudah rapi?

"Belum. Bentar lagi aku mandi. Di toilet kantor, aku juga ada nyimpan perlengkapan mandiku kok. Nggak perlu pulang dulu buat mandi" Katanya.

Ajaib ya dia. Dikantor juga nyimpan perlengkapan mandi. Soal pulang, maksudnya pulang ke rumah Danyon, soalnya ia serumah dengan Danyon.

"Di kantor ada perlengkapan mandi?" Tanyaku lagi

"Iya donk"

"Masa?"

"Iya. Kalo tidak percaya, nanti kapan-kapan aku video call supaya kamu liat ruanganku sama perlengkapan mandiku di toilet" Katanya

"Iya deh iya"

"Trus Aa ngapain sekarang?"

"Nyapu. Trus abis ini mau ngepel"

"Nyapu?"

"Iya. Kalo kamu jalan-jalan kesini, kamu bakal liat ruanganku rapi sekali. Tidak ada sehelai debu pun." Katanya

"Sehelai? Setitik kali Aa.." Ralatku

"Iya. Setitik. Tentara itu bersih-bersih sendiri. Ruanganku sama ruangan Danyon bersih sekali pokoknya"

"Iya deh, percaya"

"Sayang aku ngepel dulu yaa" Katanya

"Ya udah. Daaa"

"Eh, nggak usah dimatiin" Ia berkata cepat

"Ya udah" Kutekan tombol loudspeaker di HPku. Kutaruh disamping bantal. Sementara kedua tanganku memegang buku yang belum habis kubaca. Aku mulai membaca saat tak lama kemudian ia mulai menyanyi. Kubayangkan ia menyanyi sambil memegang tangkai kain pel. Hihihi.

"Sampai mati kisah ini kan ku jaga
Hingga berakhir nafasku
Putih cintaku untukmu
Sampai mati dirimu kan dihatiku
Tiada mungkin tuk terganti
Walau semua telah berlalu*"

*Putih Band - Sampai Mati

"Eh, lagunya kok sedih" seruku

"Hehe.. Aku suka"

"Nyanyi lagu lain kek" gerutuku

"Hmmm,, lagu apa?"

"Apa aja. Yang penting jangan sedih-sedih"

"Aku nggak tau. Cuma lagu itu yang terlintas di otakku"

"Kamu request donk" Katanya lagi

"Lah, aku nggak tau lah. Kan kamu yang mau nyanyi"

"Aku bingung" Katanya ngotot

"Ya udah deh"

III

Seminggu sebelum meninggal, sekitar jam 6 pagi ia meneleponku lagi. Aku baru saja selesai menjemur pakaian yang malamnya sudah selesai kucuci, bergegas hendak mandi. Karena jarak kostku yang lumayan jauh dari kantor, aku harus selalu bersiap-siap sejak subuh agar tidak terlambat. Biasanya Aa juga yang menelepon untuk membangunkanku sebelum ia berangkat ke masjid di samping Batalyon untuk menunaikan sholat subuh.

"Halo" Kataku mengangkat telepon

"Halo, Swastyastu sayangku"

"Swastyastu. Kok Aa nelepon lagi? Barusan kan udah nelepon"

"Emang nggak boleh? Pacarnya nelepon kok malah dilarang-larang. Emangnya lagi apa?" Gerutunya dengan nada ngambek

"Bukan gitu. Kan tadi subuh udah nelepon"

"Aku tanya,,,, lagi apa" Tanyanya lagi

"Baru selesai jemur pakaian. Sekarang mau mandi" Kataku

"Hhmmmm" Ia menggumam

"Neng.." Serunya pelan

"Ya Aa...."

"Aku lagi denger lagu"

"Lagu apa?"

"Aku sedih ini jadinya"

"Yaelah, ditanya lagu apa, malah curhat"

"Ini, lagunya band Lyla, judulnya detik terakhir"

"Ooooh" Kataku tak tertarik

"Udah pernah denger?"

"Belom tuh"

"Sedih tau. Aku aja dengerin ini jadi sedih." Nada suaranya berubah

"Lagunya soal apa?" Tanyaku

"Ceritanya cowoknya tuh tentara, meninggal pas perang"

"Kasian yah"

"Iya, sedih tau. Coba kamu download"

"Ya udah, nanti ya.."

"Sekarang donk" Katanya memelas

"Aku mau mandi dulu, udah telat nih, mau kekantor"

"Sekarang ya sayang. Download videonya ya. Bisa kan" Katanya lebih seperti perintah ketimbang anjuran.

"Gimana mo di download, aku masih nerima telepon Aa gini" Kataku menggerutu. Agak kesal juga. Udah buru-buru mau mandi, malah harus ngomong sama makhluk manja nyebelin kayak gini. Dipaksa harus nurutin kemauannya sekarang pula.

"Ya udah, aku matiin dulu kalo gitu teleponnya. Pokoknya download sekarang ya. Ntar aku telepon lagi"

"Hmmm... Ya udah" Kataku mengalah

"Sayaaang"

"Hmmmm"

"Sekarang ya"

"Iyaaaaa" Jawabku

"Ya udah aku matiin dulu"

"Iya, Assalamualaikum"

"Walaikumsalam... Ingat ya, download videonya"

"Iyaaa"

"Swastyastu sayangku" Tutupnya

"Om Shanti Shanti Shanti Om"

"Hehehe.. Om Shanti Shanti Shanti Om" Katanya mengikuti

Nggak apa-apalah sekali-sekali terlambat. Langsung ku download video yang Ia maksud. Setelah selesai, langsung kutonton video itu. Nothing's special. Palingan juga si Aa baper gara-gara settingan video itu ngambil tema soal tentara, yang notabene adalah pekerjaan doi. Atau mungkin ikut-ikutan temennya pada baperan.. Hihihi

Baru aja selesai nonton video, Aa menelepon lagi

"Halo"

"Halo Swastyastu sayangku, gimana, sudah didownload?"

"Swastyastu. Iya sudah sayang. Jadi nelepon lagi, trus bikin aku telat ke kantor cuma gara-gara lagu sama video gitu?" Jawabku

"Hehe.. Sedih tau. Aku aja sampai nangis"

"Airmata buaya. Kenapa coba pake nangis segala?"

"Sedih lah. Coba kamu bayangin, aku ditugasin masuk hutan gitu, perang sama teroris, trus aku mati ditembak. Emangnya kamu nggak bakalan sedih?" Tanyanya

"Iiiih.. Kok jahat.. Kok malah nyuruh aku ngebayangin kayak gitu"

"Usap air matamu, dekap erat tubuhku
Tatap aku sepuas hatimu
Nikmati detik demi detik yang mungkin kita tak bisa rasakan lagi
Hirup aroma tubuhku yang mungkin tak bisa lagi tenangkan gundahmu
Gundahmu.."

Ia langsung menyanyi tanpa mempedulikan gerutuanku.

"Kok malah nyanyi"

"Nyanyikan lagu indah, sebelum ku pergi dan mungkin tak kembali
Nyanyikan lagu indah, tuk melepasku pergi dan tak kembali"

"Udah iih. Nggak lucu tau Aa.. Kalo Aa yang nyanyi malah jadi sedih"

Ia malah semakin mengeraskan volume suaranya, tidak mempedulikanku

"Nyanyikan lagu indah, sebelum ku pergi dan mungkin tak kembali
Nyanyikan lagu indah, tuk melepasku pergi dan tak kembali"

"Please, udah ya.. Kalo Aa nggak berhenti nyanyi aku matiin nih teleponnya" Ancamku

"Iya deh iyaa.. Tapi beneran sedih kan." Katanya

"Tau ah. Aku mau siap-siap dulu. Udah telat nih mau ke kantor"

"Jawab dulu. Sedih kan..."

"Nggak"

"Kok bohong?"

"Ya udah deh. Iya iya. Sedih kalo Aa yang nyanyi" Kataku mengalah.

IV

Sekitar tanggal 12 Maret 2016, Aa mulai jarang menghubungiku. Ia mulai sibuk mengawal Danrem (Komandan Resort Militer) sejak seminggu sebelumnya. Namun masih sering membangunkanku setiap ia hendak atau selesai sholat subuh, meneleponku saat jam istirahat makan siang dan malam sebelum tidur, namun tidak seintens biasanya. (Mulai Januari 2016 kami LDR, karena aku pindah tugas di Luwuk-Banggai) Saat itu juga aku merasa ada yang berbeda. Sebab aku sudah terbiasa selalu diperhatikan olehnya. Tidak mungkin juga aku menghubunginya duluan. Selain ia pasti sibuk sekali, sebagai cewek aku juga gengsi menghubunginya. Saat itu jugalah aku mulai mendownload banyak sekali game di HPku untuk mengusir kebosananku dan sedikit melupakan rutinitas yang biasa dilakukan olehnya, memberikan perhatian kepadaku. Itu pertama kalinya dalam hidupku aku sedemikian banyaknya mendownload game. Biasanya aku mengusir kebosanan dengan membaca buku. Tapi entah kenapa saat itu aku ingin mencoba alternatif lain selain buku.

V

Jumat, 18 Maret 2016.

Gelangku tiba-tiba patah.

Iya, patah. Tidak tau apa sebabnya. Yang pasti gelang itu patah menjadi 2 bagian, dan jatuh di halaman kantor saat aku sedang berjalan menuju ke ruangan.

Yang membuatku bingung, itu gelang kayu yang menurutku kuat. Gelang kayu khas Luwuk. Gelang itu sepasang dengan Aa. Aku membeli 2 gelang saat pulang liburan ke Poso. Kupakai 1, dan kuberikan yang satunya lagi untuk Aa sebagai oleh-oleh. Ia selalu memakainya kemanapun. Ia mengenakannya di tangan kanan, tepat di atas jam. Iya, Aa memang mengenakan jam di tangan kanan. Jam tangan sport warna hitam berbentuk persegi yang sangat kukenal.

VI

Minggu 20 Maret 2016.

Paginya, aku memang sedang menemani kedua kakak sepupuku berenang ke pantai KM 5. Pantai yang terkenal di Luwuk. Saat itu aku menggunakan baju hitam sehabis mandi di kost-kost'an. Aku memang tidak berniat berenang. Hanya menemani kedua kakak sepupuku.
Saat itu aku minta diantarkan ke toilet oleh kakak sepupuku untuk buang air kecil.

Setelah selesai, aku langsung ke mobil, berkaca dan merapikan rambutku.

Anting-antingku sebelah kiri hilang!!!

Aku panik. Anting-anting itu hadiah ulang tahun pemberian dari kedua orang tuaku.

Aku bergegas ke toilet yang tadi. Mencari anting-antingku.

Tidak ada...

Kakak sepupuku membantu mencari.

Akhirnya anting-anting itu ia temukan di sudut toilet.

Bagaimana anting-anting itu bisa jatuh? Aku pun tidak mengerti.

VII

Aku lupa entah tanggal berapa, tidak lama sebelum Aa meninggal, saat itu Aa menelepon, ia mengatakan sedang berada di Poso untuk membereskan beberapa barang yang hendak dibawanya ke Palu. Sore itu, setelah Sholat Maghrib ia meneleponku. Ketika itu aku sudah berada di Luwuk, sedang berbelanja beberapa keperluan kost.

"Sayangku dimana?" Tanyanya

"Aku lagi dijalan, Aa.. Mau belanja.."

"Aku tadi baru abis dari rumah kamu"

"Oh ya? Ngapain?"

"Cerita-cerita sama Mama" Katanya penuh percaya diri.

"Gimana, Mama sehat?"

"Iya. Kangen kamu katanya"

"Hahaha.. Iya sama. Aku juga"

"Kangen Mama?"

"Ya iyalah. Tolong disampein ya, aku kangen Mama" Kataku mau ngeliat reaksinya. Padahal aku mah kalo kangen Mama kan gampang, masih bisa ditelepon.. Hehehe

"Iya besok aku sampein pas pamitan ke Mama sebelum berangkat ke Palu."

"Makasih ya Aa..."

"Aku nggak dikangenin?"

"Oohh kamu?"

"Iya"

"Emang kamu siapa?" Godaku

"Pacar kamu lah. Nggak diakui ya akunya?"

Bisa kubayangkan ia memanyunkan bibirnya diseberang sana.

"Hahaha.. Iya deh iya"

"Iya apa? Kangen tidak?"

"Iya, Kangen kamu juga"

"Hehehe... Ngomong-ngomong aku mau makan dulu" Katanya

"Dimana?"

"Di depan, sama Mas Bejo"

Kelak akan kuceritakan tentang keluarga Mas Bejo, mereka juga ikut andil besar dalam usaha Aa Kiky mendekatiku dahulu.

"Oh, ya udah. Makan dulu gih. Ntar aja neleponnya" Kataku

"Nggak usah dimatiin teleponnya." Serunya

"Lho, kenapa?"

"Temani aku makan ya, Neng" Pintanya. Kalo udah mulai manggil dengan sebutan "Neng" atau "Eneng", itu artinya manjanya mulai kumat.

Tapi tidak biasanya ia semanja itu. Sampe minta ditemani makan. Akhirnya, aku menemaninya mengobrol sampe ia selesai makan. Ia makan cepat sekali.. Setelah itu kami masih sempat mengobrolkan banyak hal, ya lebih tepatnya aku yang mendengarkannya curhat.

VII

Salah satu firasat lainnya, ada di bagian awal tulisan ini. Bukan hanya aku yang merasakannya, namun juga Papaku.

Continua a leggere

Ti piacerà anche

6.1M 317K 73
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
3.1M 173K 38
Siapa yang tak mengenal Gideon Leviero. Pengusaha sukses dengan beribu pencapaiannya. Jangan ditanyakan berapa jumlah kekayaannya. Nyatanya banyak pe...
4.7M 175K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
1.2M 41.5K 55
Sial bagi Sava Orlin setelah melihat lembar penetapan pembimbing skripsinya. Di sana tertulis nama sang mantan calon suaminya, membuat gadis itu akan...