What Makes You Fall In Love (...

De beestinson

304K 21.3K 243

Henry hanya mengenal Stacy sebagai gadis pengacau yang merusak malam penuh gairahnya bersama seseorang. Tapi... Mai multe

An Interview
Prolog
Satu
Dua (2.1)
DUA (2.2)
DUA (2.3)
TIGA (3.1)
TIGA (3.2)
EMPAT (4.1)
EMPAT (4.2)
LIMA
ENAM (6.1)
ENAM (6.2)
TUJUH
DELAPAN (8.1)
DELAPAN (8.2)
SEPULUH
SEBELAS
DUA BELAS
TIGA BELAS
EMPAT BELAS

SEMBILAN

8.8K 756 1
De beestinson

Babak Kesembilan
Sangat penting untukku agar menjadi penting bagimu
(Akhirnya, Stacy Peterson)

"PANDUAN MENJADI MRS PETERSON."

Stacy membaca buku agenda bersamak kulit hitam mengkilap yang Marilyn berikan padanya tempo hari. Stacy pikir dengan menikah dan bersandiwara saja sudah cukup dalam proyek ini namun nyatanya keluarga Peterson adalah kumpulan manusia yang rumit.

Seolah kembali belajar di sekolah khusus perempuan, Stacy belajar cara berbicara sesuai dengan ejaan yang benar, memilah jenis humor yang boleh dilontarkan di depan umum, jenis pakaian apa saja yang boleh dikenakan, serta perkumpulan apa saja yang boleh diikuti. Stacy harus memiliki akun media sosial yang berisi kutipan kata bijak atau komentar kritis terhadap isu sosial, intinya adalah bagaimana membuat pencitraan yang baik. Yang benar saja, sebelum ini bahkan aku tidak aktif bersosialisasi di dunia maya.

"'CARA MELAYANI SUAMI DENGAN BENAR DAN NAKAL'" Stacy tersipu malu, "ini bisa dilewati," ia membalik halaman itu tapi kemudian rasa penasarannya terusik. Ia kembali pada bab itu dan membacanya perlahan. "...menurut panduan kamasutra-"

"Butuh bantuan belajar?"

Stacy tersentak lalu menutup buku itu secepat mungkin, ia menoleh pada suaminya yang sedang berdiri di ambang pintu kamarnya. Mengubah posisi menjadi duduk ketika Henry mendekat, "Hanya beberapa pengetahuan umum. Aku bisa melakukannya."

Henry duduk menjajarinya di tepi ranjang, tangannya bergerak menyelipkan rambut ke belakang telinga Stacy secara spontan. "Mama ingin kau melanjutkan pendidikan."

Stacy terenyak, "Benarkah? Untuk apa?"

"Untuk statusmu, mereka berharap kau dapat membantuku di kantor suatu hari, padahal aku tidak butuh bantuan karena aku sudah cukup jenius."

Mengabaikan humor yang berusaha Henry lontarkan ia bertanya, "Bagaimana menurutmu?"

"Ini kesempatan bagimu memperbaiki kualitas hidup. Sebenarnya Mama yang akan membayar untukmu. Itu hadiah untuk menantu kesayangannya."

Stacy dihujam rasa bersalah, "Setelah lulus aku justru mengecewakannya dengan perceraian kita."

"Biar aku yang mengatur itu. Sekarang senangkan saja Mama selama ini aku belum pernah melihatnya begitu antusias mengurus sesuatu."

"Kau tidak masalah?" Stacy melebarkan matanya pada sang suami. Pria itu terlalu menganggap remeh segala hal.

"Tidak, karena bukan aku yang membayar." Henry tertawa geli.

***

"Dengan terpaksa kita mengambil solusi yang diajukan Henry yakni merumahkan sebagian pekerja sementara." Ignasius membuat keputusan rapat setelah kedua kubu, Henry dan Hanzel mempresentasikan solusi atas bencana krisis ini.

"Menghapus jam lembur memang solusi yang bagus namun tidak cukup efektif dalam krisis kali ini." Tambahnya.

"Kita akan bernegosiasi dengan pemerintah soal kebijakan impor bahan baku. Jika memang diijinkan maka kita rekrut kembali mereka." Ujar Henry.

Beberapa peserta rapat setuju dengan usulan tersebut sementara sisanya hanya diam termasuk Hanzel. "Aku tidak yakin mereka akan diam saja. Kemungkinan mereka akan melakukan demo."

"Sebuah perusahaan manufaktur sudah sangat sering didemo, Nak." Jawaban Ignasius membuat kubu Hanzel bungkam.

Hanzel pulang lebih dulu, ia memikirkan cara apalagi yang dapat ia lakukan untuk menyerang Henry. Kemudian ia teringat pada Stacy, gadis itu menjadi kelemahan Henry sekarang. Mungkin ia bisa mengintimidasinya dan membuat Stacy mundur dari apapun yang telah mereka rencanakan.

Ia memutar balik kemudinya lalu melaju kencang menuju rumah Henry Peterson. Ia yakin bahwa Henry masih berkutat dengan rencana PHK bersama HRD dan bagian keuangan sehingga tidak mungkin pulang sekarang.

Tumpukan berkas kelulusan tersebar di atas ranjang. Stacy sibuk memilah mana saja yang ia butuhkan untuk melanjutkan sekolah, ia bukan orang munafik. Tidak mungkin ia melewatkan kesempatan ini. Paling tidak tinggal seatap dengan Henry selama tiga tahun membuatnya menjadi output yang lebih baik.

"Oh, di sini kau rupanya."

Stacy memutar pinggangnya ketika terdengar seruan seseorang dari arah pintu kamarnya.

"Kupikir kau dan Henry tidur bersama." kata Hanzel lagi.

Stacy menarik napas dalam, menghadapi pria ini sangat membutuhkan kontrol diri yang luar biasa.

"Hanzel? Maaf kamarku berantakan."

"Jadi kau memang tidur terpisah dengannya ya? Apa kau menolak melayaninya? Apa bercinta tidak masuk dalam perjanjian kalian?"

Stacy menertawakan tuduhan Hanzel, "Kamar ini hanya untuk barang-barang pribadiku, aku tidak ingin memenuhi kamar tidur kami."

Hanzel menatapnya dua detik lalu menoleh ke arah ranjang, "Kau tahu, Henry tidak cukup baik untuk dibela. Dia mempermainkan wanita, tidak setia, dan astaga, kejeniusan macam apa yang membuat ratusan orang menjadi pengangguran?"

Stacy memilih untuk merapikan kertas-kertasnya, "Aku yakin suamiku punya rencana yang lebih baik."

"Stacy-" Hanzel terdengar kehabisan kesabaran, "aku tahu soal Little Sunny dan William Hector, aku juga tahu Henry campur tangan dalam hal ini."

"Lalu?" gadis itu berhasil menyembunyikan tangannya yang bergetar.

"Bantu aku, hanya kau yang bisa buat Henry gagal dengan membongkar kerjasama kalian. Setelah itu akan kutebus Little Sunny untukmu."

Stacy menggeleng pelan, ia menatap iba pada pria tampan di hadapannya. "Lalu bagaimana dengan cintaku? Seumur hidup aku memimpikan seorang pangeran, lalu Henry datang seperti keajaiban. Kau ingin aku mengkhianatinya? Aku mencintainya, terserah apa yang orang lain pikirkan."

Hanzel mengerjap takjub, kemudian ia berdeham. "Kalau begitu kau dalam masalah yang lebih besar lagi karena suamimu tidak akan pernah membalas perasaanmu. Dia akan meniduri wanita yang berbeda di kamar kalian sementara kau membusuk di kamar ini sendirian dan menyedihkan."

"Oh, aku akan usir semua wanita yang mengelilingi suamiku. Aku yakin bisa membuatnya jatuh cinta padaku."

Hanzel tertawa. Pria itu tertawa kencang hingga matanya berair dan perutnya kaku. "Kau-" ia menunjuk Stacy keseluruhan, "membuatnya jatuh cinta padamu. Jangan terlalu bermimpi Cinderella, bangunlah. Kau pikir akan ada ibu peri yang mengubah penampilanmu yang payah? Selera Henry amat sangat tinggi."

"Kau pikir aku tidak bisa jadi seperti mereka. Kita lihat saja, siapa mengalahkan siapa."

"Jadi benar, kau menikahinya karena uang."

"Memangnya siapa yang tidak?" jawab Stacy tak acuh.

Hanzel tertawa lagi, "Pertimbangkan tawaranku, setidaknya denganku kau tidak perlu melukai hatimu sendiri."

Stacy menutup pintu segera setelah pria itu keluar. Ia meremas dadanya sendiri sambil mengatur napas. Pria itu benar, setidaknya dengan Hanzel ia tidak perlu bermain hati, hampir saja ia tergoda oleh tawarannya. Namun, Stacy bangga dengan prinsip profesionalisme yang ia pertahankan hingga detik ini.

***

Pagi hari adalah satu-satunya waktu mereka bertemu secara rutin. Kesibukan masing-masing membuat mereka jarang sekali bersama. Helga, salah satu asisten rumah tangga Henry terlihat sedikit aneh. Ia selalu mencuri pandang ke arah kedua majikannya ketika menyajikan roti panggang dengan sangat lambat.

Henry dan Stacy tidak terbiasa berbincang. Mereka tidak hangat sama sekali untuk ukuran pengantin baru. Menyadari gelagat asistennya, Stacy berpikir perlu melakukan sesuatu.

Tetiba ia menangkup tangan suaminya di atas meja, "Kau oke, baby?" suaranya terdengar penuh perhatian membuat Henry tersentak. Ia mengalihkan pandangannya dari deretan huruf di surat kabar.

"Apa yang-" ia diam ketika merasakan Stacy meremas tangannya. "Ah, maafkan aku. Belakangan ini pekerjaan menggila."

"Tidak apa, urusan kuliahku juga cukup menyita waktu." Stacy menarik tangannya sendiri lalu meminum kopi panas dari cangkir Henry.

Henry menyipitkan matanya berusaha mencerna gelagat sang istri yang tidak biasa.

"Tambahan jus jeruk, Sir?" adalah Helga yang kembali menginterupsi mereka. Pagi ini Helga terlihat lebih sering muncul daripada biasanya membuat Henry risih.

"Jika aku tidak minta, tolong jangan datang." jawab Henry ketus.

"Baby!" seru Stacy pelan, "maafkan suamiku, kurasa kami tidak butuh apa-apa lagi, Helga. Terimakasih."

Helga diam sejenak sebelum mengangguk dan kembali ke dapur.

Henry menyeka mulutnya dengan serbet, "Aku harus meminta Jemima mengurus anak itu."

Stacy melirik ujung apron Helga mengintip dari celah pintu. Sial! Rupanya kami diawasi. Stacy berdiri, ia memindahkan bokongnya ke pangkuan Henry. Pria itu tidak akan melewatkan setiap kesempatan untuk menyentuh istrinya yang ketus jadi ia mengecup bibir Stacy berkali-kali.

"Ada apa, baby?" senyum geli mengintip di sudut bibirnya.

Stacy tersenyum sinis, "Kamar."

"Oh, seks pagi hari. Kau akan buat kita terlambat."

Mengabaikan gurauan Henry, ia menarik pria itu kembali ke kamar tidur pria itu.

"Berubah pikiran?" senyum miring menggoda Stacy.

"Kita sedang diawasi."

Gurat jahil di wajah Henry lenyap seketika, "Apa maksudmu?"

"Kemarin, Hanzel datang kemari..." kemudian ia menceritakan persis apa yang terjadi di kamar Stacy. "Dan pagi ini Helga bersikap aneh. Dia sedang mengawasi kita untuk-, mungkin untuk Hanzel."

"Kalau begitu kita pecat Helga." Henry benar-benar tidak sabar lagi.

"Baby- ah, maksudku Henry-" ia mengkoreksi, "kau ingin kita membenarkan kecurigaan Hanzel?"

"..." Henry menggeleng.

"Kita buat Helga menyampaikan apa yang ia lihat."

"Maksudmu, kita akan berakting di depan asisten sialan itu?"

"Jika kau tidak keberatan."

Henry menyembunyikan senyum puasnya, "Tentu saja, kita lakukan itu."

Keduanya menuruni tangga ketika mendapati Helga sedang merapikan meja makan dengan gerakan lambat. Henry berhenti di tengah tangga lalu menciumi istrinya yang sudah ia buat berantakan di atas. Keduanya kembali turun sambil mengancingkan kemeja masing-masing seolah mereka baru saja bercinta.

"Lain kali kita lakukan sebelum berpakaian rapi, oke? Jasku kusut." protes pria itu.

"Seharusnya tolak saja ajakanku." gerutu Stacy lagi, ia menyisir rambutnya dengan jari.

"Mana mungkin bisa." Henry menatapnya lalu menciumnya lagi hingga Helga merasa malu dan pergi dari sana.

Stacy mendorong dada suaminya, ia meraih tas lalu berjalan lebih dulu keluar. "Aku terlambat."

"Kuantar." sahut Henry.

"Kau yang akan terlambat kalau begitu."

Henry mengedikan bahu tak acuh, "Aku bosnya."

Stacy pulang ke rumah dengan tubuh lelah. Rasanya ia ingin berendam di dalam bak air hangat dan tertidur di sana. Kuliah memang menyenangkan namun ia bosan dengan basa basi sebagai Mrs Peterson. Mereka selalu menanyakan hal yang sama, bagaimana mereka bertemu, siapa yang jatuh cinta lebih dulu, lalu seperti apa Henry di ranjang. Astaga, Stacy mengarang indah untuk menjawab semua itu.

"Oh, Helga-" Stacy terkejut mendapati gadis itu di dalam kamarnya. "Apa yang kaulakukan di kamarku?"

Helga tersenyum singkat, "Aku menggantikan Lea untuk membersihkan kamar Anda, Mam."

"Oh, oke." Stacy melangkahkan kakinya ke depan lemari dan mengganti pakaiannya, ia mempertimbangkan untuk mandi di kamar mandi Henry karena Helga tampaknya akan berlama-lama di dalam kamarnya."

"Aku ingin mandi dan istirahat, jika kau sudah selesai tolong tutup pintunya." ujar Stacy lagi.

Hari sudah hampir gelap ketika Henry naik ke kamarnya. Ia melihat pintu kamar Stacy tertutup dan berpikir istrinya mungkin sudah tidur.

Setelah melepaskan jas dan kemejanya, ia pergi ke toilet untuk buang air kecil. Perlahan ia mendengar hembusan napas teratur dari balik tirai bathupnya, Henry segera menyelesaikan urusannya lalu menyibak tirai itu.

Napasnya tertahan ketika mendapati sesosok tubuh telanjang berendam di dalam air. Stacy tertidur dengan kepala beralaskan handuk yang kian basah. Astaga, sudah berapa lama ia tertidur seperti ini.

Henry berjongkok di sampingnya, mengamati wajah itu dengan seksama. Bentuk bibir Stacy menggoda, hidungnya sempurna, dan pipinya menggemaskan.

Gadis itu membuka kelopak matanya perlahan, "Kau sudah pulang."

"Hm. Apa yang kaulakukan di kamar mandiku?"

Stacy menegakan tubuhnya, ketika udara menyentuh putingnya ia langsung menyilangkan tangan di depan dada, "Apakah Helga masih berkeliaran?"

Henry mengangguk spontan, "aku berpapasan dengannya ketika naik."

Stacy menghela napas lelah, "Dia belum menyerah juga. Kupikir dia meninggalkanku setelah aku mengurung diri di sini. Jam berapa sekarang?"

"Delapan malam. Sudah berapa lama kau di sini?"

"Aku tertidur setengah jam. Tolong handuknya."

Henry memberikan baju handuk yang biasa ia gunakan dan membiarkan gadis itu mengeringkan tubuhnya sementara ia kembali ke kamar.

"Kau melewatkan makan malam?" tanya Henry.

Stacy sedang mengeringkan rambutnya didepan kaca, "Ya, kau?"

"Aku hanya makan sepotong roti sebelum pulang. Bagaimana kalau kita minta Helga membawakan makan malam kemari?"

Stacy tersenyum lemah lalu mengangguk, "Ide bagus."

Baik Henry maupun Stacy sangat kelelahan, ketika Helga membereskan sisa makanan mereka, Stacy sudah jatuh tertidur di ranjang Henry. Setelah Helga keluar, Henry tak sampai hati membangunkan gadis itu, ia tidur di sampingnya dan berharap Stacy tidak terbangun tengah malam.

Tapi Stacy terbangun tengah malam, ia turun dari ranjang tanpa sepengetahuan Henry dan kembali ke kamarnya sendiri. Situasi di lantai bawah telah senyap tanda para asisten sudah beristirahat. Bermain petak umpet dengan Helga begitu merepotkan.

Continuă lectura

O să-ți placă și

193K 18.4K 10
*PERHATIAN* Dianjurkan untuk membaca Sweetly Broken dahulu. **** Tidak mati. Senyum yang tersungging dari bibirnya yang bengkak terasa pahit. Sagara...
10.1K 436 21
Blurb: Giselle Putri Natapradja, gadis cantik ambisius - seorang konsultan senior yang mengidamkan posisi Partner yang sedang kosong di kantornya Th...
72.4K 9.6K 34
Myoui Mina, seorang mahasiswa baru dari Jepang yang baru saja pindah ke Kampus Elite di Indonesia Sifatnya yang ramah dan otaknya yang jenius membuat...
1M 94.1K 24
(Content dewasa. Pastikan sudah cukup umur kalau ingin membaca) Aria Daniel, vokalis Storm. Digilai cewek-cewek satu Indonesia. Dikagumi cowok-cowok...