Romantic Friend · OSH [2016] ✔

By elsa_tyongf

11.2K 786 41

· C O M P L E T E D · Oh Sehun dan Jang Bok Hee adalah dua pasangan remaja yang statusnya tak lebih dari seka... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27 (END)

Chapter 24

505 36 1
By elsa_tyongf

"Direktur, Oh. Apa kabar?"

Ini pertama kali Na Rang melihat Direktur Oh Sehun. Selain bangga dengan keahlian pengusaha muda itu, Na Rang juga takjub akan pesona yang terpancar dalam diri Sehun. Apalagi saat bersanding dengan yeoja yang sangat dikenal Na Rang, Park Lee Ra.

"Sangat baik. Terima kasih"

Na Rang beralih menatap Lee Ra dan memberi pujian bahwa malam ini yeoja itu tampIL begitu  istimewa.

"Bagaimana kabarmu, sayang"

"Aku baik, Bibi"

Keduanya lalu berpelukan ringan.

Na Rang dengan terus terang berkata bahwa kedua pasangan ini terlihat begitu serasi. Dia juga berkata kalau Sehun pria yang sangat beruntung bisa menggandeng yeoja cantik nan lemah lembut seperti Lee Ra. Senangnya Lee Ra mendengar pujian itu.

"Lama tidak bertemu, Jang Bok Hee"

Suara Sehun menarik perhatian mereka. Terutama Na Rang yang sekarang penasaran tentang bagaimana Sehun tahu nama istri keponakannya itu.

"Baik."

Kata Bok Hee ala kadarnya. Jong In masih mengawasi gerak gerik Sehun sedari tadi. Yang mereka tahu kedua orang ini baru bertemu disini. Lee Ra yakin Sehun sangat menantikan pertemuan ini.

"Kalian saling mengenal?"

Tanya Na Rang memecah keheningan.

"Ya. Sangat kenal"

Sehun memberitahu Na Rang bahwa Dia dan Bok Hee sudah kenal sejak kecil hingga sekarang hubungan keduanya seperti saudara. Sulit dipercaya bagi Na Rang tapi itulah kenyataannya.

"Aku tidak melihat Direktur Kim Tae Seuk"

Kata Sehun kemudian.

"Tae Seuk jatuh sakit dan Dia masih harus beristirahat"

"Aku turut prihatin. Bolehkah lain kali Aku melihatnya?"

Dalam hati Jong In menggeram. Mungkin saja ini taktik Sehun agar mempunyai kesempatan banyak untuk bisa melihat Bok Hee nanti.

"Tentu saja. Dia pasti senang Kau mau menjenguknya"

Sehun tersenyum begitu manis sebagai respon.

Rencana Sehun yang ingin menjenguk Mr. Kim membuat Jong In dan Lee Ra mulai antisipasi.

Na Rang meninggalkan keempat pasangan itu lantaran ada beberapa tamu yang menyapanya untuk bergabung. Perang tatapan matapun terjadi. Lee Ra semakin erat memeluk lengan Sehun dengan senyum kebanggaan miliknya. Berbeda dengan Jong In yang mengeratkan genggamannya ditangan Bok Hee. Sehun tatapannya masih tidak berpaling sedikitpun dari Bok Hee, sedangkan yang ditatap sama sekali tidak berani membalas tatapan Sehun terlalu lama. Karena Bok Hee sangat menghargai kehadiran Lee Ra dan juga suaminya Jong In. Tapi Bok Hee tidak bisa berbohong bahwa jantungnya berpacu begitu cepat setiap Sehun menatapnya terlalu dalam.

Puas menatap Bok Hee, pandangan Sehun berpindah kesebelah yeoja itu, dimana Jong In sedang memberinya tatapan penuh arti. Kesal dan sangat tajam. Kedua pria itu seakan berinteraksi melalui kontak mata.

'Berani sekali Kau menatapnya seperti itu'

'Jong In... Kau pasti takut kehilangannya'

Tanpa mereka sadari ada seseorang yang sedari tadi memperhatikan pasangan itu. Terutama untuk pasangan Jong In dan Bok Hee. Dia teramat kesal karena sampai sekarang belum bisa menyingkirkan Bok Hee dari sisi Jong In. Lalu bagaimana Dia bisa mengambil hati Jong In sedangkan pria itu sangat mengawasi istrinya.

"Apa yang membuatmu kesal, Yoon Shin Ae?"

Kehadiran Chanyeol membuat Shin Ae merubah ekspresi wajahnya.

"Jadi Kau menyesal sekarang?"

Pertanyan itu membuat Shin Ae mendelik.

"Apa maksudmu?"

Chanyeol pun berkata bahwa Dia tahu Shin Ae ingin Jong In mengejarnya seperti dulu. Bahkan Chanyeol dengan sengaja bergumam bahwa Bok Hee sangat beruntung memiliki seorang suami yang memperhatikannya melewati batas seperti Jong In. Shin Ae yang merasa diledek malah semakin kesal.

"Hanya Aku dan Kau yang tidak punya pasangan. Kau mau menjadi pasanganku malam ini?"

Shin Ae berpaling pada Chanyeol yang sekarang sedang tersenyum sumringah. Yeoja itu membalasnya dengan senyum yang dipaksakan, seolah mengejek.

"Tidak. Terima kasih"

Lalu Ia memilih meninggalkan Chanyeol disana.

"Apa yang salah denganku? Aku tidak begitu buruk. Bahkan Aku lebih tampan dari Jong In. Tsh!"

Giliran Sehun yang menaiki podium untuk mengumumkan Perusahaan mana yang akan terpilih untuk bergabung dengan Sunshine Group. Dengan sedikit berargumen, Perusahaan Sehun menjatuhkan pilihannya kepada SJ Entertainment. Dengan alasan bahwa SJ Entertainment memenuhi persyaratan yang diinginkan Sunshine Group, dan nilai saham mereka juga hampir setara. Semua bertepuk tangan dan memberi ucapan selamat kepada perwakilan SJ Entertainment yang hadir malam itu.

"Sudah kuduga"

Gumam Chanyeol disamping Lee Ra. Adiknya hanya tersenyum lalu kembali fokus memperhatikan Sehun didepan sana.

Direktur Kim Na Rang juga naik keatas podium dan berdiri disamping Sehun. Kedua rekan kerja itu berjabat tangan pertanda bahwa Perusahaan mereka mulai bekerja sama.

Masih diacara malam itu. Bok Hee keluar dari ruang Toilet lalu kembali kelantai dansa mencari Jong In. Ditengah-tengah banyaknya pasangan yang berdansa, Bok Hee merasa bahwa ada yang mengawasi gerak geriknya. Kepalanya pun menoleh kesamping kanan dan memergok Sehun yang sedang tersenyum penuh misterius padanya. Mereka berhenti untuk saling memandang. Jarak keduanya dihalangi oleh beberapa pasangan yang tengah berdansa. Situasi ini mengingatkan Bok Hee pada masa lalunya ketika Dia berdansa dengan Sehun saat pesta ulang tahun Lee Ra.

Perasaan aneh itu langsung lenyap ketika sebuah tangan melingkar di pinggang Bok Hee. Seakan menghalangi mereka agar tidak mempunyai kesempatan untuk bersama. Atau pun bertatapan seperti tadi.

"Aku mencarimu, sayang"

Suara Jong In terngiang ditelinga Bok Hee.

Sehun pun tak sendiri lagi karena Lee Ra juga sedang bersamanya. Mereka lalu mengajak pasangan masing-masing untuk berdansa seperti yang lainnya.

Bukan Jong In namanya jika Ia tidak pernah membuat Sehun galau. Dengan sengaja Jong In menarik dagu istrinya. Ia menatap Sehun yang kini masih memperhatikan mereka sebelum akhirnya Jong In berkata.

"Aku mencintaimu"

Dan mencium Bok Hee dengan tatapan masih tertuju pada Sehun. Seakan memberi tahu Sehun bahwa Jang Bok Hee sudah menjadi miliknya.

Dari luar Sehun tampak tenang melihat pemandangan romantis disana, tapi hanya Dia dan Tuhan yang tahu bagaimana keadaan jantungnya itu. Sehun memang pandai menyembunyikan segala sesuatu yang sulit ditebak orang lain.

Dari semua yang paling penting dalam acara malam itu. Sehun hanya fokus pada Bok Hee. Karena yeoja itu merasa paling penting. Bahkan saat Dia mengobrol dengan beberapa pengusaha seperti tadi. Matanya sulit sekali berpaling dari sosok yeoja yang sedari tadi masih dilindungan Jong In. Jauh dari tempat keduanya berdiri hendak mencuri pandang, akhirnya pandangan mereka sama-sama bertabrakan. Rupanya Bok Hee juga terganggu dengan situasi ini dan Ia sungguh tertekan jika tidak menatap kesana setidaknya satu detik. Sehun tersenyum kecil. Dunianya terasa berwarna hanya karena Bok Hee membalas senyumannya. Bukankah ini pertanda?

++ Romantic Friend ++

Berbagai aroma masakan diruang dapur menyebar hingga keseluruh istana besar itu. Membuat siapapun yang menghirup aroma lezat ini membuat mereka seakan lupa diri dan ingin segera menyantapnya.

Bok Hee yang sibuk memasak tiba-tiba mendapat pelukan manja dipinggangnta. Wangi maskulin mengalahkan aroma masakan Bok Hee di ruang dapur, tapi tidak disepenjuru rumah.

"Masih lama?"

Jong In semakin merapatkan pelukannya dengan menyandarkan dagunya pada bahu yeoja itu.

"Sebentar lagi. Kau lapar?"

"Bukan itu. Aku..."

Bisikkan Jong In membuat Bok Hee terhenti kemudian tersenyum geli. Ia menoleh dimana kepala Jong In masih bermanja dibahunya.

"Aku akan menyelesaikan ini"

"Biarkan pelayan yang mengerjakannya. Temani Aku"

"10 menit lagi. Oke?"

Jong In berdecak sebal lalu Bok Hee menatapnya lagi. Ini pertama kali Bok Hee melihat sisi Jong In yang begitu menggemaskan jika seperti ini. Manis dan tampan.

Ia tidak sadar telah memandang wajah suaminya itu terlalu lama. Sepertinya Bok Hee mulai merasakan sesuatu. Jong In tersenyum super tampan lalu mengambil kesempatan untuk menggodanya.

"Kau tidak mungkin menatapku seperti itu jika tidak ingin dicium"

Lantas Bok Hee berpaling lalu kembali pada aktivitasnya. Pria itu membuat istrinya salah tingkah.

"Sudah jangan menggangguku"

"Satu ciuman saja. Hum?"

CUP

Bok Hee menciumnya dengan gerakan cepat tanpa ingin tahu bagaimana ekspresi kesal Jong In.

"Aish... Aku belum merasakan apapun"

Pura-pura Bok Hee tidak mendengarnya dan itu membuat Jong In beraksi sendiri. Dia memberi serangan dengan meraih wajah Bok Hee lalu mencium selama beberapa waktu yang Jong In mau. Belum sampai 5 detik berciuman, Bok Hee mendorong Jong In lantaran Ia melihat pelayan Hong memasuki ruang dapur dengan tiba-tiba.

"Eoh... Maafkan Saya, Tuan muda. Nona Bok Hee"

Wanita paruh baya dibelakang sana memekik lalu membungkuk seolah dirinya telah melakukan kesalahan besar. Dua orang itu hanya berdehem setelah kepergok seperti baru selesai melakukan sesuatu yang mungkin menurut mereka memalukan.

"Gwaenchana. Ini salah Jong In"

Kata Bok Hee sedikit salah tingkah sementara Jong In hanya menggaruk tengkuknya.

"Sudah pergi sana. Aku akan menyusul"

"Baiklah. Jangan lama-lama"

Jong In dengan tidak rela beranjak lalu melewati tubuh pelayan Hong yang sampai sekarang belum berani mengangkat wajahnya.

++ Romantic Friend ++

Setelah semua menu sudah tersaji diatas meja besar keluarga Kim. Bok Hee pun segera meninggalkan ruang dapur dengan tersenyum sangat senang. Entah karena apa Bok Hee belum tahu karena Ia hanya mengikuti apa yang kini tengah Ia rasakan.

"Sepertinya Kau sedang bahagia"

Langkahnya terhenti ditangga. Ia menoleh pada sumber suara dan menemukan seorang pria tampan sedang melempar senyum maut padanya.

Sehun datang sesuai apa yang Dia katakan malam itu. Selain ingin melihat keadaan Mr. Kim. Tujuan utamanya hanya ingin melihat bagaimana kehidupan Bok Hee disini. Melihat Bok Hee yang tersenyum saat melangkah dari arah dapur tadi, Sehun seakan ikut merasakan kesenangannya. Disisi lain juga ada kesedihan yang menghinggapi Sehun. Jika mengingat kebahagiaan Bok Hee ada kaitannya dengan Jong In. Entahlah, Sehun ingin egois semenjak dirinya mulai yakin akan perasaannya pada yeoja itu.

Masih berdiam diri saling bertatapan. Debaran dijantung keduanya terdengar seperti saling menyaingi. Yeoja itu tidak tahu kenapa Ia merasakan kedamaian dan seperti bersamangat setiap kali melihat sosok pria yang pernah menjadi pujaan hatinya itu.

"Selamat datang. Tn. Oh"

Lantas keduanya langsung melepas pandang begitu Na Rang menghampiri. Sehun membungkuk hormat dan mengutarakan tujuannya. Na Rang pun mengajak Direktur muda Sunshine Group itu untuk mengikutinya menemui keadaan Mr. Kim.

Sejenak Sehun berhenti tepat disamping Bok Hee. Tanpa keduanya saling bertatapan pun, mereka sama-sama melempar senyum dan berpisah disana.

Usai melihat keadaan Mr. Kim yang situasinya cukup memprihatinkan. Oh Sehun hendak untuk pamit. Tapi Na Rang melarang dan menawari Sehun untuk makan malam dulu sebelum pulang. Dan Sehun bisa menolak.

Semua berkumpul dimeja makan tanpa kehadiran Mr. Kim. Karena Kim Tae Seuk belum sanggup duduk terlalu lama seperti ini. Maka dari itu, beliau hanya bisa makan ditempat tidur dengan sedikit bantuan pelayan Hong dan juga Na Rang.

"Enak sekali. Siapa Chef nya?"

Puji Sehun ketika Sup Ayam Gingseng buatan Bok Hee menyentuh lidahnya.

"Istriku"

Jong In menjawab dengan suara bangga. Seperti biasa, respon Sehun tetap tenang-tenang saja. Ia lalu menatap kearah Bok Hee yang sedari tadi hanya makan dengan tenang disebelah Jong In.

"Kau pandai memasak sekarang. Dulu Akulah yang sering membuatkan makanan untukmu dan Mr. Jang. Kau ingat?"

Pujian itu membuat Jong In menggeram kesal. Bahkan tangannya mencengkram kuat sendok makannya saking kesalnya Dia. Sehun hanya bermaksud mengulang kembali kisah remaja mereka karena memang Sehun begitu dekat dengan keluarga Jang, bahkan seperti keluarganya. Namun tidak bagi pandangan Jong In. Dia melihat ada maksud lain dengan basa basi Sehun barusan.

"Iya. Terima kasih"

Jawab Bok Hee dengan memberi senyuman. Tapi matanya sesekali melihat ekspresi Jong In yang diyakin pasti kesal. Itu benar.

"Sekarang Dia sudah bisa melakukan apa yang dilakukan seorang istri dan juga Ibu rumah tangga"

Sahut Jong In kembali, seperti tidak puas sebelum membuat Sehun bungkam.

"Dia baru bisa melakukannya setelah menikah 'kan? Waktu itu Dia sama sekali tidak bisa memasak"

Itu suara Na Rang. Ucapannya memang santai tapi terdengar menyebalkan. Tapi Bok Hee bersikap seolah tidak ada Na Rang diantara mereka. Anggap saja Na Rang itu kursi kosong. Pikirnya.

"Lalu bagaimana denganmu, Tuan Oh? Kapan Kau dan Lee Ra berencana menikah?"

Lantas pertanyaan itu membuat mata Bok Hee dan Sehun sama-sama bertemu. Jong In menangkap akan kontak mata keduanya lalu dengan sengaja berdehem keras hingga Sehun dan Bok Hee segera melepas pandang.

"Kami belum membicarakan tentang rencana untuk menikah"

"Kalau begitu cepatlah. Apalagi yang kalian tunggu? Aku pikir kalian sudah siap karena kalian telah memiliki segalanya sekarang"

"Benar" Jong In menyela. "Bukankah kalian sudah menjalin hubungan bertahun-tahun? Kekasihmu mungkin menunggu untuk segera dilamar?"

Jong In tersenyum penuh maksud. Sangat berharap agar Sehun cepat-cepat menikahi Lee Ra bila perlu pergi jauh dari Seoul. Agar Sehun tidak muncul lagi dihadapan Bok Hee.

"Aku pasti akan melamarnya. Hanya saja Aku memerlukan waktu yang sangat tepat"

"Aku rasa Kau memiliki kejutan untuk cinta pertamamu itu. Aku jadi tidak sabar mendengar kabar baik ini. Kau juga 'kan Sayang?"

Bok Hee tersadar dari lamunannya ketika mendapat elusan pelan dilengannya.

"Kau pasti juga tidak sabar melihat teman kecilmu ini menikah"

"Eoh... Ne" Kata Bok Hee ragu "Bagiamana kalau bicaranya nanti saja. Kita habiskan ini dulu"

Sama sekali Bok Hee tidak menatap Sehun lagi. Memori otaknya masih mengulang kembali perkataan Sehun tentang pernikahannya dengan Lee Ra. Rasanya ada sedikit ketidakleraan ketika mendengarnya.

++ Romantic Friend ++

Hampir dua jam lebih Lee Ra memandang ponselnya yang sedikitpun belum bergetar diatas nakas. Sebenarnya Lee Ra menunggu Sehun untuk menghubunginya lebih dulu. Lee Ra ingin tahu apakah Sehun ada kemauan sendiri untuk menghubunginya. Karena selama ini selalu Lee Ra yang menghubungi Sehun lebih dulu. Tapi Lee Ra tidak bisa melawan rasa rindunya hingga Ia mengalah untuk menelpon saja.

Sehun yang baru tiba di Apartment lantas merogoh ponselnya disaku jas karena bergetar.

"Belum tidur?"

Sehun memulai. Mereka berbincang dengan kesibukan Sehun yang sedang melepas pakaiannya satu persatu.

"Aku menunggu kabar darimu. Bogoshipo"

"Maaf. Aku baru pulang menjenguk Direktur Kim"

Lee Ra semakin dibuat kesal. Pertama, Lee Ra tidak mendapat balasan apakah Sehun juga merindukannya atau tidak. Kedua, Sehun bahkan tidak memberitahu bahwa Ia akan pergi kerumah Jong In. Ketiga, kenapa Sehun tidak mengajaknya untuk pergi bersama. Bukankah mereka ini pasangan kekasih?

"Kau masih disana?"

Panggil Sehun karena Lee Ra tak bersuara. Andai Sehun tahu bahwa sekarang Lee Ra sedang menangis. Apakah Sehun akan merasa bersalah?

"Kalau begitu istirahatlah. Sampai jumpa besok"

Panggilan langsung diputus Lee Ra. Nada suara Lee Ra yang terdengar jelas kesal itu membuat Sehun mulai mengetahui dimana letak kesalahannya. Sehun tahu dirinyalah yang salah. Bukannya memikirkan bagaimana perasaan Lee Ra yang tampak kacau. Sehun malah terbayang dengan istri orang lain. Jang Bok Hee. Yeoja itu telah menguasai hati dan pikirannya.

"Ya Tuhan. Aku tidak tahu kalau kelanjutannya Aku akan seperti ini"

++ Romantic Friend ++

CUP

CUP

"Kau adalah alasan kenapa Aku bangun disetiap pagi"

"Ck. Aku bosan mendengar gombalan itu lagi"

Jong In tersenyum lalu kembali membenamkan bibirnya pada bibir Bok Hee. Kali ini lebih dalam dan penuh perasaan. Bok Hee yang masih berada dibawah tindihan Jong In sesekali melenguh karena ciuman Jong In hampir membuatnya kehilangan akal sehat. Manis dan memabukan. Membuat Bok Hee merasakan kenikmatan.
Bibir Jong In berpindah menyapu lembut bagian wajah dan berhenti ditelinganya. Itu area favorite Jong In.

"Aku suka aroma ini"

Katanya seduktif dengan suara diberat-beratkan untuk menggoda Bok Hee. Lalu Jong In menyesap area favoritenya itu dengan tempo yang sangat pelan hingga membuat Bok Hee kembali mengerang.

"Ngghh~~"

Tangannya meremas halus rambut tebal Jong In dan pria itu semakin menjadi-jadi dicerukan lehernya. Tubuh Jong In merinding hanya karena desahan Bok Hee yang menggodanya tepat ditelinga.
Jong In berhenti karena penasaran bagaimana ekspresi Bok Hee ketika sedang menahan nikmat.
Sungguh seksi dimata Jong In.

Merasa tak ada sentuhan lagi. Mata Bok Hee terbuka pelan dan menemukan tatapan Jong In yang tengah memandangnya lapar. Wanita itu merasakan panas di wajahnya, terutama di bawah sana seperti akan keluar sesuatu. Padahal ini baru pemanasan. Lalu bagaimana tahap selanjutnya?

Bok Hee akan tahu bagaimana mengerikannya Jong In jika mereka meneruskan malam panjang ini.

Wanita itu memekik begitu Jong In menyerang bibirnya lebih ganas. Matanya yang lebar kembali tertutup dan membalas setiap lumatan yang diberikan Jong In. Untuk yang kesekian kalinya Bok Hee seakan hilang kesadaran setiap Jong In menyentuhnya seperti ini.

"Aku mencintaimu Bok Hee"

Ada suara orang lain yang mengganggu pikiran Bok Hee.

"Kau bahagia? Kau mencintainya?"

Suara itu semakin terngiang saja dalam otak Bok Hee. Bersamaan dengan sosok Sehun yang tiba-tiba muncul dalam benaknya. Senyuman dan tatapannya seperti di pesta semalam. Hingga kedatangannya beberapa jam yang lalu. Sosok Oh Sehun seperti merusak pikirkan Bok Hee ditengah-tengah mereka bercinta. Lantas Bok Hee membuka kedua matanya cepat lalu menghentikan aktivitas mereka.

"Waeyo?"

Kata Jong In bingung dengan nafas yang memburu.

"Aku...Hhh... Ingin ke Toilet"

Segera Bok Hee turun dari ranjang begitu Jong In melepas kurungannya. Yeoja itu memungut piamanya yang berserakan dilantai akibat ulah Jong In tadi. Lalu memakainya asal dan bergegas memasuki Toilet. Jong In merebah sembari menghela nafas dengan kedua mata terpejem.

"Pokoknya malam ini harus tuntas"

Gumam Jong In.

Bok Hee membasuh wajah berkali-kali lalu menatap bayangannya dicermin.

Dia pikir ini sudah salah. Ini benar-benar gila. Bagaimana bisa bayangan Sehun menerobos dengan mudahnya ketika dirinya dan Jong In sedang bercinta?
Bok Hee menangis lantaran sangat sulit melupakan Sehun. Padahal Ia sedang berusaha memberikan seluruh perasaannya pada Jong In. Dan Jong In pantas mendapat perhatian lebih karena sejauh ini Bok Hee merasa terlindungi akan sikapnya yang terlalu baik. Meskipun terkadang menyebalkan namun sikap tulus dan kasih sayangnya lebih mendominasi dari segala hal. Bok Hee berencana akan melupakan Sehun dan menjalani kehidupan barunya. Dia tahu ini akan sangat sulit tapi Bok Hee tidak menyerah untuk berusaha demi dirinya dan keluarga kecilnya nanti.

++ Romantic Friend ++

"Aku pulang lebih awal hari ini. Aku ingin menemani Ayah. Perlu kujemput Kau?"

Bok Hee menghentikan kesibukannya sejenak lalu menghiraukan Jong In yang sekarang sedang bersiap-siap akan pulang. Usai memakai jas kantoran Jong In lantas mengambil ponsel dan kunci mobil disamping laptop lalu melangkah menghampiri meja Bok Hee.

"Tidak perlu. Aku bisa pulang naik Taxi"

Mata Jong In mengintip jam tangan yang sekarang menunjukkan waktu masih sore.

"Masih lama. Kau lembur lagi sayang. Jangan sampai Kau telat makan"

Bok Hee mengangguk tersenyum seraya mengusap lembut punggung tangan Jong In yang sekarang menyentuh wajahnya.

"Kalau begitu Aku pulang"

Sebuah kecupan mendarat dipuncak kepala Bok Hee.

"Aku mencintaimu"

Kata Jong In lagi lalu beranjak.

"Aku juga"

Jong In berhenti lalu berbalik dengan gerakan cepat. Pertama kali mendengar balasan cinta dari istrinya sendiri. Biasanya Jong In hanya mendapat balasan seperti anggukan kecil dengan senyuman saja.

"Kau bilang apa barusan?"

"Aku juga mencintaimu. Tuan Kim Jong In"

Terdengar desahan frustasi dari mulut Jong In. Lalu Ia mengacak rambutnya gusar.

"Aish. Aku jadi tidak ingin pulang sekarang"

Jong In bingung bagaimana cara menunjukkan pada Bok Hee bahwa Dia luar biasa senang mendengarnya.

"Jangan begitu. Aku akan segera menyelesaikan ini agar cepat pulang"

"Perlu kubilang pada Na Rang agar pekerjaanmu dilanjutkan besok saja? Kita bilang saja ada masalah suami istri yang harus 'dituntaskan'?

Kedua alis Jong In naik turun sambil tersenyum jahil.

"Ck. Mana mungkin Kau membawa masalah keluarga dalam pekerjaan. Sudah pulang sana"

"Peluk suamimu ini"

Jong In merentangkan kedua tangannya seolah siap menyambut pelukan Bok Hee. Tanpa menolak, sang istri lalu bangkit dari duduknya kemudian berjalan beberapa langkah dan memeluk leher pria penggoda itu.

"Katakan sekali lagi. Jebal"

"Aku mencintaimu"

Bisik Bok Hee. Membuat senyuman Jong In semakin lebar lalu memeluk erat pinggang yeoja itu.

Beberapa jam berlalu dan tak terasa diluar sana sudah keadaan langit sudah menggelap. Proposal yang sedari tadi dikerjakan Bok Hee sudah kelar. Tinggal mengantar tugas itu keruangan Na Rang. Bok Hee berhenti didepan pintu ruangan Na Rang. Nafasnya terdengar begitu frustasi mengingat dirinya yang akan melihat wajah menyebalkan itu lagi.

"Ini..."

Na Rang malah memberikan beberapa Dokumen lagi saat Bok Hee baru saja menyerahkan tugasnya.

"Ini masih berantakan. Buatlah laporan baru dan susun dari awal. Setelah itu copy paste dengan data kemarin dan Aku ingin laporan itu selesai malam ini juga"

Bok Hee menahan nafas.

"Semuanya?"

Na Rang mengangguk santai.

"Tapi... Direktur bilang Aku hanya menyelesaikan yang ini setelah itu Aku bisa melanjutkannya besok?"

"Tiba-tiba Aku berubah pikiran karena besok kita masih punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Apalagi Perusahaan kita sudah bekerja sama dengan Sunshine Group. Dan pastinya kita semua akan menjadi sangat sibuk. Mengapa? Kau keberatan, Sekretaris Jang?"

Wanita mengerikan itu memberi tekanan akhir kalimat.

"Tentu saja tidak. Aku akan menyelesaikannya malam ini juga"

"Bagus. Kalau begitu kembalilah keruanganmu"

Berdiri dari tempatnya sambil membungkuk, lalu menghindari dari hadapan Na Rang. Wanita kejam itu itu benar-benar tidak berhenti membuat hidup Bok Hee menderita.
Setibanya diruangan,
Bok Hee mendesah kasar lalu menduduki sofa tamu disana. Mendongak dengan menyandarkan lehernya pada punggung sofa, sekedar mengistirahatkan tenaga dan pikiran yang bisa saja membuatnya cepat tua karena Na Rang.

"Aigo... Hidupku"

Segera Bok Hee merogoh saku untuk mengambil ponsel lalu mengirim pesan pada Jong In yang mungkin sedang menunggu kepulangannya. Harusnya Bok Hee sudah pulang setelah laporan tadi selesai. Siapa sangka Na Rang menyiksanya seperti ini. Kejam sekali.

"Bukankah Kau hanya lembur sampai pukul 9?"

From : Jong In

Untungnya mereka melakukan kontak melalui pesan. Jadi Bok Hee bisa memikirkan alasan yang pas untuk membalasnya.

To : Jong In

"Benar. Tapi sepertinya Aku akan sedikit terlambat karena ada kesalahan tadi. Maaf"

"Baiklah sayang. Tidak apa-apa"

Jong In lalu mengirim sebuah sticker lengkap dengan tulisan 'miss you'

Bok Hee membalasnya dengan sticker sepasang kekasih yang sedang berciuman.

Terakhir, Jong In mengirim gambar seolah dirinya mabuk kepayang dan tidak sabar ingin bertemu
. Lantas Bok Hee tertawa karena ini sangatlah lucu. Mereka layaknya sepasang remaja yang sedang kasmaran. Begitu kekanak-kanakan.

++ Romantic Friend ++

Lee Ra dan Sehun masih mematung didalam mobil dengan Sehun yang tampak berusaha membujuk Lee Ra, karena dari semalam yeoja itu tampak marah karenanya.

"Kau berubah. Semenjak Kau kembali Kau benar-benar berubah. Aku ingin Sehun yang kukenal dulu"

Sehun diam membisu. Pikirannya sungguh kacau dan tidak fokus pada situasi yang terjadi kini.

"Apa Kau masih mencintaiku?"

Haruskah Sehun menjawab bahwa perasaannya tidak seperti dulu lagi? Tidak. Sehun masih ragu mengatakan ini.
Sehun memandangnya dengan melempar senyuman.

"Aku menyayangimu"

Itu jawaban yang diberikan Sehun. Bukankah perasaan sayang boleh diberikan kepada siapa saja? Namun Lee Ra tidak tahu bahwa rasa sayang itu hanya sebatas teman.

"Orang tuaku akan datang besok. Mereka ingin bertemu denganmu"

"Aku akan lihat jadwalku besok"

"Sehun. Aku sudah berjanji dengan mereka. Kau harus datang"

Lee Ra tampak memohon namun terdengar memaksa.

"Baiklah Aku janji. Masuklah"

++ Romantic Friend ++

Sungguh merdekanya dunia Bok Hee karena sekarang dirinya boleh pulang setelah melewati ujian maut dari si kejam Na Rang.

Buru-buru Bok Hee keluar dari gedung besar yang menjulang tinggi ditengah-tengah Kota Seoul. Diluar sana Ia menghentikan Taxi yang lewat.

"Kau punya waktu?"

Sapaan itu belum sempat membuat Bok Hee menyentuh gagang Taxi. Dari suaranya mampu membuat Bok Hee sulit mengontrol detak jantungnya. Apalagi ketika Ia memastikan bahwa orang itu Sehun.

Pria itu masih dengan senyum manisnya meskipun Bok Hee belum memberi reaksi, bahkan ketika mata mereka bertemu Bok Hee hanya memasang wajah kaku. Tapi jantungnya itu tidak bisa berbohong.

Sehun berhasil mengajak Bok Hee ikut denganya. Dengan alasan ada sesuatu yang penting untuk dibicarakan.

Mereka kini sudah duduk disebuah cafe yang sering mereka kunjungi saat SMA dulu.

'Kenapa harus disini?'

Rutuk Bok Hee dalam hati. Tempat ini benar-benar menyimpan banyak kenangan. Bahkan sampai sekarang pun Sehun masih menjadi sorotan mata bagi semua pengunjung di cafe itu. Tak terkecuali para pekerja yang ikut frustasi karena cafe mereka kedatangan tamu berupa dewa itu.

Sedikit pun Sehun tidak berpaling memandang Bok Hee yang berusaha menghindari tatapannya. Bahkan saat pesanan mereka datang pun, Bok Hee masih belum ingin menatapnya. Andai Bok Hee tahu bahwa Sehun lebih merasakan apa yang sedang dirasakannya sekarang. Jantung Sehun berdebar lebih parah darinya. Hanya saja Sehun lebih lihai menyembunyikan perasaan itu. Dia merindukan gadis kecilnya, sampai-sampai Sehun ingin memeluknya disini jika Ia mau.

"Aku membutuhkan jawabanmu segera. Aku baru bisa menjalani kehidupan dengan tenang jika Kau menjawabnya sekarang. Beri Aku kepastian, Bok Hee"

Setelah jantung Bok Hee terkontrol, Ia lalu menatap mata meneduhkan itu. Entah setiap kali mata mereka bertemu Bok Hee seakan lupa cara berbicara. Seperti ingin amnesia dan seakan terhipnotis. Buru-buru Bok Hee membayangkan wajah Jong In, seseorang yang sekarang menjadi masa depannya untuk menjernihkan pikirannya kembali. Dan itu berhasil.

"Iya. Aku mencintainya. Aku bahagia bersamanya. Setiap kali Aku mengatakan bahwa Aku begitu membencinya, Dia dengan sabar menghadapiku dan tidak pernah menyerah memperjuangkanku. Saat Dia tahu Aku tidak mencintainya, Dia selalu berdiri disisiku. Kurasa sekarang... Jong In adalah alasan hingga Aku bertahan sejauh ini. Aku pikir Aku tidak bisa mencintainya. Aku pikir__"

Ucapannya tercekat ditenggorokkan. Matanya berkaca-kaca dan hatinya begitu perih. Seolah ucapannya itu menyakiti dirinya sendiri. Apakah Sehun juga merasakannya? Benar. Didalam sana Sehun lebih tersakiti lagi. Seberapa pandai Sehun menyembunyikannya, tetap tidak bisa mengelabui Bok Hee. Meskipun wajahnya itu tetap menunjukkan lebih banyak ketenangan. Namun naluri Bok Hee tidak bisa meleset mengenai perasaan Sehun sekarang.

"Arasseo..."

Suara Sehun nyaris tak terdengar saking gemetar. Jantungnya seperti terbelah menjadi dua hingga hancur berkeping-keping.

"Aku akan menikahinya. Mungkin dengan begitu... Aku bisa melupakanmu. Kau tahu? Selama Aku di Jerman Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu. Kau adalah satu-satunya alasan kenapa Aku kembali dan menjadi seperti sekarang"

Tubuh Bok Hee semakin bergetar. Baru tahu bahwa bertahun-tahun lamanya, Sehun selalu memikirkan dirinya.

"Aku harap Kau bisa bahagia dengan kehidupan barumu. Dan... Maafkan Aku, Sehun"

Bok Hee menunduk untuk menyembunyikan kesedihan diraut wajahnya. Air matanya menetes begitu banyak.

"Tapi... Kita tetap menjadi teman 'kan?"

Kata Sehun dengan sedikit tersenyum. Ia sedang berusaha untuk bangkit melawan keterpurukkan yang sekarang seperti menindihnya.

"Tentu. Kita tetap menjadi teman selamanya"

"Bolehkah Aku mengawasimu sebagai... Teman?"

Rasanya sulit sekali mengucapkan kata terakhir itu di tenggorokkan Sehun. Lantas air mata Bok Hee tidak berhenti mengalir.

"Ne..."

"Gomawo"

++ Romantic Friend ++

Ini sudah menunjukkan pukul 11 malam. Dibalkon tempat kediaman keluar Kim. Tampak seorang pria dengan pakaian rumah dengan ponsel diantara genggamannya dan telinganya. Jong In tidak akan berhenti menghubungi Bok Hee sebelum yeoja itu mengangkat panggilannya setidaknya sekali saja. Mungkin Jong In tidak akan secemas ini jika Bok Hee membalas satu pesannya.

"Kau membuatku khawatir lagi"

Sedangkan orang yang dihubunginya masih belum mengacuhkan ponsel yang sedari tadi berdering didalam handbag. Bok Hee tahu Jong In menelpon. Dia hanya tidak ingin jika suaminya mendengar suaranya yang serak lantaran sekarang dirinya masih menangis sesegukan didalam Taxi.
Karena Jong In tidak bisa dibohongi jadi Bok Hee memilih untuk mengabaikan panggilan itu.

"Aku pikir tidak ada orang"

Suara dibelakang sana membuat Jong In berbalik.

"Hai Shin Ae. Kau datang"

Sapanya tanpa menghentikan kesibukannya itu.
Shin Ae berjalan dan tiba disebelah Jong In lalu menyodorkan sekaleng minuman.

"Terima kasih"

Sesekali Jong In meneguk minumannya dan kembali lagi pada ponselnya.

"Kau sendiri? Dimana yang lainnya?"

"Ayah masih istirahat. Na Rang belum pulang. Bok Hee... Sepertinya Dia sedang dijalan"

"Aku pikir tadi Kau yang menjemputnya?"

Jong In berpaling dari ponsel dan lebih tertarik dengan ucapan Shin Ae barusan.

"Menjemput Bok Hee? Apa Kau melihatnya bersama seseorang?"

"Ne. Aku melihatnya menaiki mobil dengan seorang pria. Kupikir itu Kau?"

Kaleng ditangan Jong In serasa ingin hancur setelah diremas kuat. Satu orang yang Jong In curigai. Oh Sehun. Tentu Jong In marah karena Sehun berani mengambil kesempatan mendekati Bok Hee selagi Dia tidak mengawasinya.

"Mungkin itu teman kantornya"

Jawab Jong In pura-pura bersikap santai. Tapi Shin Ae tahu betul bagaimana ekspresi Jong In ketika berusaha tidak peduli. Itu karena mereka sudah saling mengenal sejak lama. Shin Ae tampak senang jika keadaan Jong In dan Bok Hee sekacau ini. Tapi Shin Ae belum puas karena ini belum ada apa-apanya.

'Jadi karena ini Kau tidak menerima panggilanku?'

Jong In memasukkan ponselnya kedalam saku celana karena sudah malas melakukan ini lagi.

"Boleh Aku bertanya?"

Shin Ae bersuara setelah cukup lama keduanya terdiam.

"Apa"

"Menurutmu, Aku baik?"

"Dari dulu Aku mengenalmu sampai sekarang. Kau tetap baik dimataku"

Benar. Hanya saja Jong In tidak tahu bahwa dibelakangnya Shin Ae itu bermuka dua. Bukan yeoja lemah lembut yang Jong In bayangkan. Shin Ae tersenyum manis sekaligus tersipu malu mendengarnya. Dia tampak polos bagai malaikat berwajah bidadari jika didepan Jong In.

"Aku minta maaf tentang kejadian dirumahmu malam itu"

Seru Jong In kemudian.

"Eoh. Gwaenchana. Aku tidak tahu kalau ucapanku mengganggu perasaannya. Aku jadi merasa sangat bersalah"

Shin Ae menjawabnya seperti itu. Padahal didalam hati Ia masih menyimpan dendam. Benar-benar tidak menerima mengingat Bok Hee pernah menyiram wajahnya dengan segelas minuman berwarna. Salah Shin Ae sendiri yang berbicara keliwat batas.

"Masih ingat ini?"

Shin Ae menunjukkan sebuah boneka berukuran seruas jari yang pernah diberikan Jong In dulu. Itu adalah boneka couple, dan satunya lagi ada pada Jong In.

"Kau masih menyimpannya?"

Tanya Jong In tak menyangka.

"Tentu saja. Aku menyimpannya dengan sangat baik. Seperti yang Kau bilang"

Hanya melihat boneka penuh kenangan itu membuat Jong In mengingat masa-masanya saat masih bersama Shin Ae.

- Flashback On -

Dimana disebuah ruangan yang tampak masih berantakan. Dipintu kamar Shin Ae, tampak Jong In berdiri memperhatikan kesibukan Shin Ae dengan barang-barangnya yang satu jam lagi akan melakukan penerbangan ke Paris.

"Kau curang"

Jong In berseru dibelakang. Masih protes dengan kepergian Shin Ae yang mendadak seperti ini. Apalagi gadis itu tidak memberitahu Jong In.

"Kau yakin akan meninggalkanku disini?"

"Jong In Aku harus pergi. Ini sangat penting untukku dan keluargaku"

Bahkan Shin Ae tidak peduli bagaimana ekspresi Jong In yang tampak kecewa itu. Dia terlalu fokus pada barang-barangnya.

"Lalu bagaimana denganku?"

"Untuk sementara kita tidak bisa berkomunikasi dulu. Aku akan sangat sibuk disana dan Aku tidak mau pekerjaanku terganggu. Maafkan Aku Jong In. Tapi Aku janji jika ada waktu Aku pasti menghubungimu"

"Kalau begitu Aku ikut"

"Jangan. Kau disini saja. Bukankah Kau bilang Ayahmu membutuhkanmu untuk Perusahaannya?"

"Tapi Shin Ae..."

Yeoja berambut panjang nan gelombang itu lantas berbalik.

"Jong In. Aku mohon Kau mengerti Karena ini sangat penting bagiku"

Cukup lama Jong In terdiam lalu Shin Ae kembali pada kegiatannya.

"Baiklah"

Kata Jong In pasrah. Ia melangkah untuk lebih dekat.

"Simpan ini"

Jong In memberikannya sebuah boneka mini semacam gantungan kunci.

"Aku akan menyimpan yang ini"

Kata Jong In lagi sembari memperlihatkan boneka yang satunya lagi.

"Kau tahu ini sangat berarti untukku dan untuk kita. Jadi simpan dengan baik"

Jong In benar-benar tidak bisa menghalangi kepergian Shin Ae yang bersih kukuh untuk pergi demi bisnisnya di Luar Negeri. Padahal Jong In sangat ingin bahwa mereka itu menikah saja dan biarkan Jong In yang bekerja.

Dua tahun lamanya Jong In belum mendapat kabar dari Shin Ae. Jangankan menunggu dihubungi, menghubungi Shin Ae saja begitu sulit.

"Memangnya sesibuk apa Dia disana?"

Jong In kesal dan sudah kecewa terlalu dalam. Hingga hari itu Jong In tidak menunggu lagi kabar apapun dan tidak peduli meskipun Shin Ae menghubunginya.

- Flashback Of -

"Tsh..."

Senyum pahit terukir dibibir Jong In, mengingat betapa kasihan dirinya saat itu.

"Mianhae..."

Kata Shin Ae parau. Wajahnya menunjukkan penyesalan yang dalam. Seperti menanti harapan palsu.

"Lupakan tentang itu. Sekarang semuanya sudah baik-baik saja"

"Kau yang merasa lebih baik sekarang. Dan Aku baru mendapat balasannya"

Jong In mengernyit bingung. Lalu Shin Ae berterus terang bahwa sekarang Ia baru menyadari betapa pentingnya Jong In baginya. Shin Ae juga berkata bahwa Ia sadar dengan posisinya sekarang dan tidak pantas berkata bahwa Ia menginginkan Jong In kembali.

Dari situ Jong In mengambil kesimpulan inilah alasan Shin Ae mengapa Ia sering berkunjung kerumah mereka.

"Aku senang Kau menemukan kehidupanmu. Tapi Aku tidak akan terima jika Kau disakiti. Bukankah harusnya orang itu beruntung?"

Jong In seakan melihat Shin Ae yang dulu. Sendu matanya membuat Jong In lupa akan sejenak masalahnya. Lama mereka saling bertatapan hingga tak sadar bahwa posisi keduanya terbilang sangat dekat. Entah siapa yang memulai hingga bibir mereka bersentuhan dan saling melumat pelan. Jong In telah larut begitupun Shin Ae.

Seperti mendapat serangan dijantung, membuat Jong In membuatkan mata lalu memegang kedua pundak Shin Ae. Ia mendorong yeoja itu dengan hati-hati begitu sadar dirinya telah khilaf.

"Shin Ae maafkan Aku. Harusnya kita..."

"Gwaenchana. Aku yang minta maaf"

Padahal dalam hati Shin Ae sangat senang. Bahkan Dia kecewa karena Jong In sadar begitu cepat.

"Aku kedalam dulu"

Jong In yang salah tingkah lalu beranjak dari hadapan Shin Ae. Tiga langkah kemudian kakinya mendadak berhenti.

"Bok Hee..."

Yeoja itu sudah sejak tadi berdiri disana. Tentu Dia mendengar semua percakapan mereka dan sengaja tidak menegur, ingin tahu sejauh mana mereka bertindak.
Bok Hee tidak berpikir mereka akan sampai bersentuhan seperti tadi. Sungguh terkejut sampai-sampai ingin pingsan. Suaminya berciuman dengan mantan kekasihnya. Bagaimana rasanya itu?

"Bagus. Kenapa tidak diteruskan?"

"Bok Hee..."

"Kau!"

Bok Hee tidak menghiraukan Jong In lalu menunjuk Shin Ae dengan tatapan kesalnya. Rasanya ingin menjambak yeoja itu disana.

"Kau sungguh tidak tahu diri"

Katanya penuh penekanan. Ketika Jong In bergerak menyentuhnya, Bok Hee malah menepis kasar tangan itu lalu beranjak dengan Jong In yang terus mengikutinya.

Seketika raut wajah Shin Ae yang tadinya pura-pura bersalah dan menyesal, kini berubah menjadi seulas senyuman mengerikan. Ia menduduki sebuah kursi dengan gaya bagaikan seorang model bintang iklan yang sedang mempromosikan minuman kaleng ditangannya. Sangat kalem dengan wajah begitu sumringah.

"Kita akan memulainya dari sini"

Katanya santai lalu menyeruput minumannya lagi.

Brak!

Terdengar suara hantaman pintu kamar.

"Ini tidak seperti dugaanmu"

"Kau akan bilang kalau Kau melakukannya diluar kesadaran dan semua yang Aku lihat itu hanya salah paham. Begitu? Kau pikir Aku peduli dengan alasan semacam itu? Kau pikir Aku akan mengerti?"

Jong In membisu karena semua yang ingin Dia jelaskan telah diucapkan Bok Hee. Tentu Jong In akan mengatakan bahwa ini hanyalah salah paham. Tapi bagaimana bisa yeoja itu akan mengerti.

"Ssshhh..."

Jong In meringis sambil meremas kuat rambutnya. Dia tidak tahu bagaimana cara menjelaskan ini pada Bok Hee yang tentunya tidak ingin mengerti.
Jong In melihat Bok Hee terduduk lesu dengan wajah frustasi disofa. Tampak yeoja itu menyembunyikan wajah pada kedua telapak tangannya. Ini sungguh membuatnya stres.

"Ya Tuhan. Kau menciumnya Jong In"

Jong In amat sangat merasa bersalah. Dan hatinya bagai tertancap pecahan kaca melihat istrinya frustasi seperti ini. Wanita mana yang tidak shock melihat suaminya berciuman tepat didepan matanya. Siapapun tidak akan menerima bagaimanapun alasannya.

"Kau masih menyukainya?"

"Yakk!! Kenapa bertanya begitu?"

"Kau menciumnya. Itu berarti Kau masih menyukainya. Lalu kenapa Kau tidak menikah saja dengannya!"

"Apa yang Kau bicarakan? Intinya Aku tidak benar-benar melakukan ini. Oke?"

"Terserah Kau saja"

Ini yang dibenci Jong In ketika Bok Hee mengatakan itu. Tandanya Bok Hee akan mengabaikan Jong In selama berhari-hari. Apalagi ini masalah yang cukup serius dan mungkin akan sulit bagi Jong In mendapat maaf. Tapi bukan Jong In namanya jika Ia menyerah.

Wajar Bok Hee marah besar. Bayangkan Dia telah rela melepaskan Sehun serta mengorbankan perasaannya hanya agar rumah tangganya berjalan tanpa ada masalah. Dan semua itu Bok Hee lakukan demi Jong In. Dia hanya ingin belajar mencintai Jong In yang memang pantas Jong In dapatkan karena selama ini pria itu telah berbuat baik. Lalu apa hasilnya? Bukankah pengorbanannya sia-sia?

Jong In kalang kabut begitu Bok Hee mulai menjauh darinya. Tapi Jong In berusaha membuat Bok Hee agar mau melihatnya. Bahkan Jong In malah memeluknya kuat sambil memohon-mohon agar Bok Hee tidak bersikap acuh karena Jong In tidak akan sanggup. Tapi Bok Hee meronta lalu mendorong pria itu.

"Kau tahu Aku sedang berusaha memperbaiki rumah tangga kita? Tapi Kau malah membuatku kecewa. Tsh. Pantas saja yeoja itu sering kemari. Apa kalian sering melakukan ini dibelakangku?"

"Yak! Bagaimana bisa Kau berpikir begitu?"

"Tsh!"

Bok Hee tidak mau berdebat lagi lalu memasuki bilik Toilet dengan menutup pintu sangat kasar.

"Lalu bagaimana dengan Kau yang dijemput Sehun tadi?"

Teriak Jong In diluar sini. Lantas pintu kamar mandi terbuka lagi karena Bok Hee mendengarnya.

"Siapa yang mengatakan itu padamu?"

"Jadi benar?"

"..........."

"Tsh! Pantas saja Kau tidak mau menjawab teleponku tadi. Apa kalian sering bertemu dibelakangku?"

"Apa-apaan Kau ini. Kau sengaja merubah topik pembicaraan agar kita impas. Begitu?"

"Aku juga perlu penjelasan agar disini Kau tidak selalu menyalahkanku"

"Benar. Aku hanya bertemu karena ada yang perlu diselesaikan. Tidak ada acara ciuman seperti yang Kau lakukan dengan Shin Ae"

"Siapa yang tahu apa yang kalian lakukan dibelakangku"

"Oh, jadi Kau berpikir begitu tentangku? Kau pikir Aku sepertimu? Baik. Aku benar-benar akan melakukannya nanti"

Ancam Bok Hee. Jong In melihat istrinya yang ingin masuk kedalam Toilet lagi. Secepat kilat Jong In berlari untuk menahannya tapi pintu itu sudah tertutup dan Bok Hee langsung menguncinya. Jong In menggedor-gedor pintu kamar mandi sambil berteriak.

"Yakk!! Buka pintunya!! Aku akan mendobrak pintu ini jika Kau tidak membukanya sungguh! Kita harus menyelesaikan ini!"

"........"

"Awas saja kalau sampai Aku menemukan kalian bertemu dibelakangku!!"

++ Romantic Friend ++

Ini pertama kali Sehun bertemu orang tua Lee Ra. Yeoja itu mengajak kekasihnya makan malam bersama disebuah Hotel berbintang. Jauh-jauh Orang tua Lee Ra terbang ke Seoul hanya ingin melihat pria yang mungkin akan menjadi pendamping putri semata wayangnya ini.

'Aku mencintainya. Aku bahagia bersamanya. Setiap kali Aku mengatakan bahwa Aku begitu membencinya, Dia dengan sabar menghadapiku dan tidak pernah menyerah memperjuangkanku. Kurasa sekarang... Jong In adalah alasan kenapa Aku bertahan sejauh ini'

Sejak kemarin hanya kalimat itu yang berkeliaran diingatan Sehun. Suara Bok Hee masih terngiang seolah pertemuan mereka baru terjadi beberapa detik yang lalu.

"Kudengar Perusahaanmu bekerja sama dengan SJ Entertainment"

Bahkan Sehun tidak mendengar Mr. Park yang baru saja bertanya. Lee Ra menoleh kesebelahnya dan mendapati kekasihnya itu tengah merenung.

"H'em..."

Sedikit memberi sentuhan ditangan agar Sehun keluar dari pemikirannya. Dia seperti orang bodoh setelah sadar.

"Maaf?"

Kata Sehun polos. Mr. Park pun tidak ingin mengulang pertanyannya dan memberitahu Sehun bahwa mereka bicara mengenai Perusahaan nanti saja. Lee Ra kepikiran tentang apa yang mengganggu Sehun akhir-akhir ini. Apakah ada kaitannya dengan Bok Hee?

Makan malam yang tidak sesuai harapan Lee Ra. Yeoja itu kecewa lagi karena Sehun tampak tidak bersamangat didepan orang tuanya tadi. Lee Ra menoleh pada Sehun yang fokus menyetir. Pandangan pria itu masih sama seperti dimeja makan tadi. Kosong dan penuh tanda tanya.

"Kau menyembunyikan sesuatu dariku. Sebenarnya apa yang Kau pikirkan? Kau tahu orang tuaku kemari hanya ingin menemuimu? Tapi kenapa Kau diam saja?"

"Aku minta maaf"

"Pada akhirnya Kau akan mengatakan maaf. Bukan itu yang Aku butuhkan Sehun. Aku ingin Kau terbuka"

Mobil Sehun berhenti begitu tiba dirumah Lee Ra. Tanpa pamit Lee Ra buru-buru keluar karena perasaannya sungguh kesal. Lee Ra mulai bersikap seperti ini semenjak Sehun mengabaikannya.

"Lee Ra!"

Sehun keluar dari mobil lalu berlari mengikuti Lee Ra. Setelah tangan itu berhasil diraih, Ia langsung memeluk gadisnya.

"Aku hanya perlu waktu. Maafkan Aku"

Sudah waktunya Sehun fokus pada Lee Ra. Toh Bok Hee juga sudah memilih Jong In dan bahagia seperti yang dikatakannya. Tapi tidak mudah bagi Sehun melupakan Bok Hee secepat itu. Dan berpura-pura mencintai Lee Ra sesuatu yang begitu sulit. Sehun tidak mau melamar Lee Ra sebelum perasaannya benar-benar yakin. Dia hanya tidak ingin menyakiti siapapun.

Lee Ra membalas pelukan Sehun dengan air mata yang sedikit demi sedikit menetes. Lee Ra takut sekarang. Takut jika Sehun meninggalkannya. Apalagi mengetahui Sehun masih menyimpan perasaan untuk Bok Hee.

++ Romantic Friend ++

Tak seperti hari-hari sebelumnya. Hari ini ruangan Bok Hee dan Jong In begitu hening adanya. Yang terdengar hanya suara detak jarum jam dan keyboard dimana mereka tampak sibuk dengan masing-masing pekerjaan yang harus selesai hari itu. Tapi sedari tadi Jong In mencuri pandang pada Bok Hee yang sama sekali belum bicara dengannya sejak semalam. Bahkan pagi tadi Jong In ditinggal berangkat ke Kantor sendiri karena Bok Hee lebih memilih naik Taxi.

Jong In mendesah. Tidak bisakah Bok Hee mencuri pandang sedetik saja seperti yang Ia lakukan sekarang? Jong In sungguh berharap.

Pertengkaran semalam membuat Jong In tidak bisa berkonsentrasi penuh. Apalagi mengingat Bok Hee yang mengancam bahwa Ia akan melakukan seperti yang pernah dituduh Jong In padanya. Bertemu dengan Sehun dibelakangnya?

Lantas Jong In menghentikan aktivitasnya lalu bangkit dari kursi. Namun tiba-tiba Jong In kepikiran tentang dirinya yang berciuman dengan Shin Ae membuat Ia mengurungkan niat yang ingin menghampiri Bok Hee dan duduk kembali. Jong In merasa bersalah juga.

Ting!

Hal pertama yang Bok lihat saat pintu lift terbuka yaitu, wajah Yoon Shin Ae.

"Tsh. Kau benar-benar yeoja tidak tahu diri. Bahkan Kau berani menampakkan wajahmu setelah apa yang Kau lakukan"

Sungguh tidak ada beban bagi Shin Ae. Dia malah senang ditantang seperti ini.

"Untuk apa Aku takut? Lagi pula apa yang perlu kutakutkan? Kau? Ck.. Terbukti 'kan? Jong In belum bisa melupakanku. Kau harus tahu, Bok Hee. Jong In memilihmu agar Dia bisa melupakanku. Dia berhasil tapi itu tidak bertahan lama. Kau lihat sendiri bagaimana Dia menciumku semalam. Itu karena Dia masih menginginkanku"

Tangan Bok Hee mengepal kuat. Rasanya begitu sesak. Dia cukup termakan dengan omongan Shin Ae yang tidak benar adanya. Yang Bok Hee tahu Jong In hanya mencintai dirinya sampai-sampai pria bermarga Kim itu rela menentang keluarganya dulu. Namun ketika mengingat adegan ciuman semalam, membuat Bok Hee menjadi ragu dengan perasaan Jong In sekarang.

Dan ucapan Shin Ae yang menyebalkan serta seringaian liciknya itu, sukses membuat Bok Hee sangat kesal. Shin Ae pun melewati tubuh Bok Hee yang masih terdiam ditempatnya. Bok Hee yang tidak bisa menahan rasa kesalnya lagi lantas mengambil langkah lalu dengan sangat kuat menarik rambut panjang Shin Ae. Membuat yeoja bermarga Yoon itu mengerang perih dikepalanya.

"Yakk!! Apa yang Kau lakukan?"

"Orang sepertimu pantas mendapatkan ini"

Tak mau kalah. Shin Ae berganti posisi agar berhadapan dan langsung menjambak rambut Bok Hee. Perang kedua diantara mereka terjadi hingga belum ada yang mau mengalah. Beberapa karyawan yang melihat mereka tidak berani melerai. Mereka terus saling menjambak diiringi makian dari mulut masing-masing. Hingga kemudian muncul lah Na Rang bersama rekan bisnisnya yang baru keluar dari dalam lift. Na Rang harus menyaksikan perang itu tepat didepannya. Kejadian ini langsung mendapat tanggapan negative dari beberapa rekan-rekan kerja dibelakang sana, bahwa SJ Entertainment tidak seperti yang terdapat didalam Koran atau pun majalah yang selalu mendapat komentar baik dimata Public. Buktinya sekarang? Ini benar-benar memalukan.

"Maaf, Direktur Kim. Sepertinya kita tidak bisa melakukan meeting hari ini. Kami rasa Kau harus menyelesaikan masalah disini dulu"

Itu cara mereka menolak secara halus. Beberapa pengusaha itu pun segera pamit tanpa mau mendengar penjelasan Na Rang.

"HENTIKAANN!!!"

Raung Na Rang. Semua yang ada disana segera kembali keaktivitas masing-masing kecuali Bok Hee dan Shin Ae. Keduanya langsung berhenti dengan nafas yang terdengar sama-sama kacau.

"Apa yang terjadi?"

Jong In muncul karena mendengar teriakan Na Rang barusan. Ia melihat Bok Hee dan Shin Ae dengan rambut yang super berantakan.

Kedua yeoja tadi berakhir didalam ruangan Na Rang. Seperti yang sudah diduga Bok Hee, bahwa Na Rang pasti akan memihak pada Shin Ae. Entah ucapan Shin Ae benar atau tidak Na Rang tetap akan membelanya. Dan ujung-ujungnya Bok Hee yang akan disalahkan. Namun karena telinga dan hati Bok Hee sudah kebal dengan amukan Na Rang, itu tidak ada masalah. Tapi tetap saja ini tidak adil. Apalagi Shin berkata terlalu berlebihan. Yang tidak pernah Bok Hee perbuat seolah Bok Hee pernah melakukannya. Percuma saja Bok Hee membela diri, karena Na Rang tidak akan pernah mendengarnya.

Bok Hee keluar dari ruangan Na Rang dengan wajah super menyebalkan. Sangat jengkel hingga Dia ingin menangis. Saat tiba diruangannya Bok Hee langsung menangis dan ternyata Jong In menunggu disana. Mana mungkin Jong In bisa diam jika melihat istrinya menangis dengan keadaan begini.

Ketika Jong In mendekat untuk menenangkannya, Bok Hee malah menghindar. Kesal dengan sikap Bok Hee akhirnya Jong In menggunakan sedikit cara kekerasan. Ia menarik gemas tangan Bok Hee lalu menghimpitnya kedinding.

"Tatap Aku"

Suara Jong In terdengar begitu datar, dan tatapannya tidak main-main. Sangat tajam.

"Aku tidak mau melihatmu"

"Katakan sekali lagi!"

Bok Hee tidak mengulang kalimatnya. Air matanya tidak berhenti mengalir dan Jong In tidak suka melihat ini.

"Kau tidak mau menatapku?"

Suara yang terdengar bagai ancaman itu membuat Bok Hee segera menatapnya. Hanya melihat mata Jong In membuat ingatan Bok Hee memutar kembali kejadian semalam, tentang bagaimana Jong In berciuman dengan Shin Ae tadi.

"Aku benci melihat wajahmu"

"Kenapa?"

Jong In masih dengan suara rendahnya.

"Karena... Setiap Aku melihatmu Aku selalu terbayang saat Kau menciumnya. Bagiku ini masalah serius Jong In. Apa Kau masih menginginkan yeoja itu? Kau tidak mungkin menciumnya kalau tidak ada sesuatu"

"Sesuatu apa maksudmu?"

"Kau masih mencintainya"

"Berapa kali harus kubilang bahwa Aku tidak benar-benar melakukannya"

"Tapi tetap saja Kau menciumnya"

"Kau masih tidak percaya padaku? Lalu bagaimana Aku akan percaya bahwa kemarin Kau dan Sehun tidak melakukan apa-apa. Apakah kalian berkencan dibelakangku?"

Bok Hee lebih tidak terima dituduh seperti itu. Ia menatap mata Jong In dalam.

"Jong In asal Kau tahu. Aku telah melakukan sesuatu yang sulit untuk kulakukan. Kau mungkin tidak akan mengerti. Dan Aku telah mengorbankan semuanya untukmu. Aku memilihmu. Jika Kau bertanya apakah Aku mencintai Sehun? Benar, tapi itu dulu. Sekarang kami telah sepakat untuk saling melupakan masa lalu. Tapi jika Kau terus menuduhku lalu bagaimana Aku bisa melakukannya?"

"Jadi Kau akan mengatakan bahwa Kau menyesal telah mengorbankan perasaanmu pada Sehun karena Aku tetap tidak akan percaya?"

Bok Hee terdiam mendengar respon Jong In. Dirinya seolah begitu asing dimata Jong In. Dia pikir Jong In akan mengerti bagaimana pengorbanannya setelah tahu kejadian sebenarnya. Tapi Jong malah menuduhnya lebih buruk lagi.

"Kau tahu? Kau membuatku kecewa untuk yang kesekian kalinya"

Kata Bok Hee kemudian.

++ Romantic Friend ++

Sepulang dari Kantor, Bok Hee tidak  langsung kerumah melainkan berhenti disuatu tempat sekedar menenangkan pikirannya. Dia lelah jika harus berdebat lagi.

Bok Hee tidak sanggup mendekati sebuah bangku panjang dekat lampu ditaman itu. Akhirnya Ia memilih bersandar pada sebuah pohon lalu tiba-tiba menangis. Tubuhnya merosot kebawa.

"Jong In belum bisa melupakanku. Kau harus tahu, Bok Hee. Jong In memilihmu agar Dia bisa melupakanku. Dia berhasil tapi itu tidak bertahan lama. Kau lihat sendiri bagaimana Dia menciumku semalam. Itu karena Dia masih menginginkanku"

Ucapan Shin Ae seperti menghantuinya. Dan lagi, tadi Jong In bersikap seperti tidak mau tahu. Padahal hubungannya dengan Jong In masih dalam masa perbaikan. Sekarang semuanya menjadi tambah kacau. Bok Hee menangis sejadi-jadinya. Wajahnya Ia simpan diantara kedua lututnya.

Sebuah jas mendarat pada punggung Bok Hee seakan menyelimuti tubuhnya yang tampak kedinginan. Lantas Bok Hee berhenti menangis lalu mengangkat wajahnya. Ia mendongak kesisi kiri dan melihat sesosok rupa bagaikan dewa tersenyum begitu manis.

"Aku rasa Kau membutuhkan seorang teman?"

Sehun datang di saat yang tepat. Pria itu mengulurkan salah satu tangannya.

"Kajja...."




To be continued.....

Continue Reading

You'll Also Like

Mom? [ch2] By yls

Fanfiction

107K 11.2K 33
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
1.5M 136K 70
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
1.6K 219 15
Tentang Jefan dan keterpaksaannya terhadap pekerjaan dadakan📂 2022, CajRynn© start : 03 April 2022 end : 30 April 2022
908 185 13
Karier. Satu hal yang menjadi fokus utama dua orang dengan latar belakang berbeda. Keduanya bersatu, ikatan yang luar biasa pun terbangun sendirinya...