Ice Cream Prince ✓

By ZahrotulAn

124K 8.3K 1K

Mana yang akan kamu pilih? Orang yang mencintaimu atau orang yang kamu cintai? Terkadang Tuhan hanya menakdir... More

Chapter 1 : Terjatuh Namun Bisa Bangkit Lagi
CHAPTER 2 : Mulai Penasaran
CHAPTER 3 : Terlambat
CHAPTER 4 : Curahan Hati
Chapter 5 : Satu Kelompok?
Chapter 7 : Melting
Chapter 8 : Patah Hati!
Chapter 9 : Perasaan Yang Terungkap
Chapter 10 : Murid Baru Yang Menyebalkan
Chapter 11 : Awal Mula
Chapter 12 : Dia Dio
Chapter 13 : Permusuhan
Chapter 14 : Perlindungan
Chapter 15 : Kuis Berhadiah Cinta
Chapter 16 : Cinta Itu Seperti Rumput Liar
Chapter 17 : Mood Booster
Chapter 18 : Dio Idiot?
Chapter 19 : Psikopat?
Chapter 20 : Dapat Restu
Chapter 21 : Ditembak dan Dipaksa
Chapter 22 : Veve Tidak Takut!
Chapter 23 : Sayap Pelindung
Chapter 24 : Resmi Jadian
Chapter 25 : 2 Ice Cream Prince
Chapter 26 : Kencan?
Chapter 27 : Bahagia
Chapter 28 : Sandal Jepit
Chapter 29 : Kejutan
Chapter 30 : PUTUS!
CHAPTER 31 : MENJAUH
CHAPTER 32 : HAMPA
CHAPTER 33 : PENYESALAN
CHAPTER 34 : BAIKAN
CHAPTER 35 : PENGAKUAN
CHAPTER 36 : END
Epilog

Chapter 6 : Mengapa Dia Berubah?

3.1K 262 6
By ZahrotulAn


Veve duduk di bangku taman belakang sekolah, istirahat tengah berlangsung.

Ia mendongakkan kepala, memandang langit yang memancarkan warna keabu-abuan, angin yang berembus seakan membelai wajah Veve dan menerbangkan pelan rambutnya yang terurai.

Ia tersenyum, di langit ia melihat bayangan Rey yang sedang tertawa saat bermain ToD kemarin.

#Flashback on#

Kemarin saat pulang sekolah.

"Nih, masing-masih pegang fotokopi naskah dramanya satu-satu, kalian baca dulu." Pipin memberikan naskah pada teman-teman sekelompoknya

Mereka pun membaca naskah.

"Loh, kok endingnya gini? Ceritanya kok jadi romantis?!" tanya Veve heboh karena terkejut.

"Lah , emang kenapa?" tanya Randy.

"Seharusnya, ketua geng perempuan dan geng laki-laki memutuskan untuk berdamai dan bersatu, bukan malah saling jatuh cinta dan berpacaran." ucap Veve dengan memandang sendu naskah itu.

"Lo kemarin belum ngomong endingnya udah keburu sakit," ucap Pipin

"Yaudahlah, udah terlanjur, toh tema drama kitakan tentang remaja," ucap Maria yang diangguki Nathan.

"Iya, udahlah, yuk latihan."

Veve mengembuskan napas pasrah.

Bisa-bisa gue kebawa baper beneran gara-gara drama ini. Batin Veve

🍦🍦🍦

Hujan turun dengan deras ketika mereka selesai berlatih. Hujan menahan mereka tetap berada di sekolah dan menunggu hujan reda. 10 menit menunggu, hujan tak kunjung reda.

"Guys, bosen nih, nyokap gue belum jemput-jemput, mainan ToD yuk?" ajak Nevya.

"Yuk. Eh, Rey, jangan diem aja, yuk main Truth or dare," ucap Randy pada Rey yang sedari tadi diam.

"Nggak, makasih."

"Gak ada penolakan," ucap Randy lalu menyeret lengan Rey untuk duduk melingkar di lantai kelas dan mulai bermain, permainan berjalan menyenangkan, penuh dengan canda tawa, dan Veve yang sering mencuri-curi pandang ke arah Rey, untuk pertama kalinya, ia melihat Rey tersenyum memperlihatkan giginya, ternyata Rey tidah sedingin dan secuek yang ia kira, Rey teman yang menyenangkan, mungkin ia hanya perlu beradaptasi dengan sekitarnya, kata-kata 'Tak kenal maka tak sayang' mungkin memang benar.

Setelah hujan reda, mereka memutuskan untuk pulang.

Banyak hal yang diketahui Veve tentang Rey karena permainan truth or dare tadi, beberapa teka-teki yang muncul di benak Veve terjawab. Dia berbeda dengan yang lain, bagi Veve, Rey punya daya tarik tersendiri sebagai seorang lelaki.

#Flashback Off#

Veve, mengagumi Rey.

Tapi, ia tidak tahu, apakah ia juga mencintai Rey. Yang ia tahu, ia nyaman bersamanya. Tapi, bukankah cinta datang karena kenyamanan?.

Pandangan Veve beralih ke tempat duduk di sampingnya, karena ia mendengarkan ada gerakan di sana. Matanya membulat sempurna saat menemukan Rey tengah duduk di bangku sebelahnya, ia tengah membaca sebuah novel.

"Emm ... Hai?" Veve mencoba menyapanya, namun hanya angin yang membalasnya, Rey mengacuhkannya.

Astaga, mimpi apa ia semalam, dengan lancangnya ia menyapa Rey, padahal, ia tahu apa jawabannya, sudah pasti hanya diam.

Veve mengembuskan napas lelah, ia sangat ingin berbicara dengan Rey, namun anehnya, walaupun ia diam, Veve tetap merasa nyaman di dekatnya. Ada aura yang menyenangkan di dirinya, aura menenangkan.

Ada suatu harapan dibenak Veve. Ia berharap, suatu hari Prince Ice Cream yang duduk di sebelahnya itu meleleh.

"Tumben di sini?" tanya Rey tiba-tiba, Veve kaget mendengar pertanyaan Rey, kaget bukan karena pertanyaan Rey yang aneh, tapi kaget karena Rey tiba-tiba mengajaknya bicara.

"Emm ... Itu, lagi males ke kantin," ucap Veve tergagap.

"Tumben banget? Biasanya juga ke kantin," tanya Rey lagi.

"Hah?" Veve kembali heran.

Biasanya? Berarti, Rey selama ini memerhatikannya?

"Ngg ... Lagi gak laper aja."

"Nggak laper-nggak laper," ucap Rey menirukan Veve. "Nanti maag lo kambuh," ucap Rey. "Makan sana!"

Veve kembali heran, Rey barusan perhatian padanya, benarkah itu? Rey tidak sakitkan? Mengapa ia tiba-tiba perduli?

"Nih." Rey memberikan sebungkus roti.

Veve terperangah, berbagai pertanyaan mengganggu pikiran Veve. Apa ini? Mengapa Rey berubah?

"Nih." Rey mengulang perkataannya.

"Lo nggak lagi sakitkan, Rey?" Pertanyaan yang muncul di benak Veve tiba-tiba lolos dari mulutnya.

Veve segera menutup mulut, merutuki kebodohannya karena telah keceplosan.

"Eh, maksud gue-" ucapan Veve terpotong karena mendengar suara Rey sedang tertawa.

Entahlah apa yang lucu, entah Rey tertawa karena pertanyaan bodohnya atau karena kebodohan Veve yang keceplosan.

"Kenapa ketawa?" tanya Veve bingung.

"Lo aneh."

Veve mengernyit. "Aneh?"

"Iya, lo aneh, apa hubungannya ngasih roti sama sakit?"

"Ya ... Lo tiba-tiba ngajak ngomong gue, terus ngasih gue roti, nggak seperti lo biasanya," ucap Veve sambil menunduk, memandang kakinya yang dibalut sepatu.

"Emang biasanya gue gimana?" tanya Rey.

Veve mendongakkan kepala hingga matanya bertabrakan dengan mata milik Rey, dan seakan terhipnotis, ia tak bisa menjawab pertanyaan Rey, hanya fokus melihat mata Rey.

Bel masuk berbunyi menyadarkan Veve.

Dalam hati, Veve bersyukur karena tidak perlu menjawab pertanyaan Rey.

"Gue ke kelas dulu," pamit Veve lalu berlari.

Saat berlari menuju kelas, Veve berfikir, masih bingung tentang sikap Rey yang tiba-tiba berubah padanya.


Aneh memang, apakah benar Prince ice cream telah mencair? Apakah itu berarti keinginan Veve terkabul. Veve bingung, haruskah ia bahagia atau sedih jika kepribadian Rey sudah berubah.

🍦🍦🍦

Revisi : 6 Agustus 2017

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 165K 73
[COMPLETED] Siapa bilang jadi mahasiwa tingkat akhir itu menyenangkan?setiap saat ditanya progresnya sudah sampai mana?skripsi sudah sampai bab berap...
4.6M 179K 18
[DIHAPUS SEBAGIAN - Bisa dibaca lengkap di aplikasi Dreame/Innovel] Seumur hidupnya, Raye tidak pernah berkeinginan untuk membuat konflik dengan siap...
25.2K 2.3K 46
Hilang dan Rindu. Dua kata berbeda, tapi memiliki makna yang sama. Kehilangan. Itulah yang dirasakan Liona, mahasiswi Sosiologi yang tengah merasakan...
14.3K 1.6K 27
[PROSES PENERBITAN] Dulu kita pernah dipertemukan untuk saling melengkapi lalu menyakiti. Lantas semesta mempertemukan kita lagi.~Alenta Salmafina Ad...