JUNI

By vanillahimalayacat

590K 28.6K 1.4K

[WARNING] [Harap bijak membaca cerita ini. Terima kasih.] Juni adalah seorang perempuan biasa yang tidak jauh... More

= PROLOG =
= SATU =
= DUA =
= EMPAT =
= LIMA =
= ENAM =
= TUJUH =
= DELAPAN =
= SEMBILAN =
= SEPULUH =
= SEBELAS =
= DUA BELAS =
= TIGA BELAS =
= EMPAT BELAS =
= LIMA BELAS=
= ENAM BELAS =
= TUJUH BELAS =
= DELAPAN BELAS =
= SEMBILAN BELAS =
= DUA PULUH =
= DUA PULUH SATU =
= DUA PULUH DUA =
= DUA PULUH TIGA =
= DUA PULUH EMPAT =
= DUA PULUH LIMA =
~ ANNOUNCEMENT ~
= DUA PULUH ENAM =
= DUA PULUH TUJUH =
= DUA PULUH DELAPAN =
= DUA PULUH SEMBILAN =
= TIGA PULUH =
= TIGA PULUH SATU =
= TIGA PULUH DUA =
= TIGA PULUH TIGA =
= TIGA PULUH EMPAT =
= TIGA PULUH LIMA =
= TIGA PULUH ENAM =
= TIGA PULUH TUJUH =
= TIGA PULUH DELAPAN =
= TIGA PULUH SEMBILAN =
= EMPAT PULUH =
BUKAN UPDATE SIH, TAPI SEKILAS INFO AJA
= EMPAT PULUH SATU =
= EMPAT PULUH DUA =
= EMPAT PULUH TIGA =
= EMPAT PULUH EMPAT =
= EMPAT PULUH LIMA =
= EMPAT PULUH ENAM =
= EMPAT PULUH TUJUH =
= EMPAT PULUH DELAPAN =
= EMPAT PULUH SEMBILAN =
= LIMA PULUH =
= LIMA PULUH SATU =
= LIMA PULUH DUA =
= LIMA PULUH TIGA =
= LIMA PULUH EMPAT =
= LIMA PULUH LIMA =
= LIMA PULUH ENAM =
= LIMA PULUH TUJUH =
= LIMA PULUH DELAPAN =
LIMA PULUH SEMBILAN
= EPILOG =

= TIGA =

14.9K 613 7
By vanillahimalayacat

Rintik hujan masih terdengar mengalun dengan tempo acaknya. Juni kebetulan mendapat posisi duduk di dekat jendela. Aroma kuat dari ampao, bau hujan, memasuki penciumannya. Konsentrasinya yang mulanya tertuju ke depan, harus terpecah ketika bisikan rintikan hujan itu memasuki gendang telinganya. Dia mengalihkan pandangannya. Menatap keluar dan memandang langit yang terlihat cukup gelap. Butiran-butiran air hujan yang menempel di kaca tampak menurun. Kesan sendu tercetak jelas saat dia menatap jendela yang menampilkan gerimis itu.

Ingatan Juni kembali berputar dengan kejadian semalam. Kejadian dimana Mira yang awalnya membicarakan mengenai kuis online dan merembet ke arah curhat. Menyita sejenak waktu Juni hanya untuk mendengarkan uneg-uneg yang ada pada sahabat cantiknya itu. Membuatnya mau tak mau harus membaca sederet kata-kata curhat mengenai perasaan gadis itu tentang Akmal.

Juni mendesah kecil.

Dia memangku dagu dan masih menatap ke arah luar sana. Pandangannya menerawang jauh. Menyesapi segala isi dan rasa dalam dirinya saat ini. Semuanya terasa begitu membingungkan. Perasaannya seperti tercampur aduk. Ini bukan yang pertama kali baginya. Beberapa kali pun dia juga pernah merasakannya. Dan anehnya, itu jika berkaitan dengan Mira. Dan juga Akmal.

Akmal...

Juni ingat betul bagaimana awal dia dan cowok itu bertemu. Agak memalukan untuk diingat sebenarnya, hanya aja, entah kenapa Juni mengingatnya sekarang.

***

Hari ini menjadi hari tersibuk bagi para mahasiswa baru. Banyak di area kampus penuh orang-orang berseragam atasan putih bawahan hitam. Sekilas, tampak seperti gerombolan SPG yang sedang mencari pelanggan. Namun, bukan. Mereka bukan SPG. Atau masih belum, mungkin.

Juni yang menjadi salah satu bagian dari mereka kini berjalan dengan tergesa untuk sampai ke fakultasnya. Rok span hitamnya ia angkat sedikit agar dapat berjalan dengan cepat. Napasnya memburu dan detak jantungnya juga berpacu cepat. Peluh terlihat menetes dari pelipis turun ke bawah. Juni tergesa saat ini. Karena dia sebenarnya telat untuk mengikuti ospek.

BRUK!

"Aduh!" Juni jatuh dan mengaduh setelah dia bertabrakan dengan seseorang.

"Maaf, nggak sengaja. Kamu nggak papa?"

Juni mendongak untuk menatap pelaku yang bertabrakan dengannya di perempatan dekat dengan fakultasnya. Sosok laki-laki tinggi berbadan tegap yang mengenakan atribut pakaian yang sama dengannya menatap cukup khawatir padanya. Juni sempat tertegun dengan ketampanan yang dimiliki cowok itu. Mata dengan tatapan cukup angkuh, alis yang cukup tebal, rahang yang tegas, hidung mancung dipadu dengan rambut gelap sedikit gondrong. Pandangan Juni bergulir turun ke bibir cowok itu. Astaga, bibir cowok itu bahkan sempat membuatnya menahan napas.

"Hei, kamu nggak papa?" Tanyanya sekali lagi.

"Eh? O-Oh nggak papa kok!" Buru-buru Juni bangkit dari posisi jatuhnya.

"Anak Fisip ya?"

"Aku? Em, iya. Kok tau?"

"Soalnya kita satu tujuan. By the way, maaf ya udah nabrak kamu. Aku telat ospek nih!" Ujar cowok itu.

"Hm," Juni sempat tertegun sejenak, "HWAAA!! Aku juga telat ospek!" Juni mendadak panik.

"Yaudah yuk barengan ke lapangan. Kita udah telat banget!"

Juni pun mengiyakan ajakan cowok itu. Dan mereka pun berlari bersama-sama menuju lapangan Fisip, tempat dimana semua mahasiswa baru berkumpul untuk ikut ospek fakultas.

***

Apes bagi mereka berdua.

Keduanya telat dan menjadikan keduanya mendapat hukuman dari senior.

"Karena kalian di hari pertama aja udah nggak disiplin, kalian nggak boleh balik ke barisan. Kalian berdua harus berdiri di depan sini." Ujar senior cowok berbadan gempal.

Juni dan cowok itu hanya menunduk dan mengangguk mengiyakan ucapan sang senior.

"Dari jurusan apa kalian berdua?"

"Saya dari jurusan Admin Publik, Kak." Ucap cowok di samping Juni.

Juni kembali terkesiap mendengar jawaban cowok di sampingnya. Ternyata mereka satu jurusan.

"S-Saya juga dari Admin Publik."

"Oh, satu jurusan ternyata. Kenapa datang telat? Kemarin kan udah dikasih tau supaya nggak telat." Senior gempal itu menatap Juni.

"S-Saya tadi mengantar ibu saya kerja dulu, Kak."

"Kalo kamu?!" Dia beralih pada cowok di samping Juni.

"Saya kesiangan, Kak."

"Ck, ini! Satunya beralasan ngantar ibunya kerja. Satunya enak-enakan molor. Dimana kedisiplinan kalian? Walaupun kalian sedang mengantar ibu, sodara atau siapapun, harusnya tetap disiplin sama waktu ospek. Dan ini yang satunya malah terlambat gara-gara kesiangan, ngapain aja semalem? Nonton bola? Buat seterusnya jangan telat lagi, mengerti?"

"Mengerti, Kak." Jawab Juni dan cowok itu serentak.

"Karena kalian telat, kalian dapat hukuman. Kalian harus membuat semacam esai mengenai Fisip. Nanti setelah ospek selesai temui saya di ruang panitia dan kumpulkan esainya ke saya. Esai ditulis tangan secara rapi. Paham?" Tanya senior yang ternyata menjabat sebagai koor dari sie Tim Disiplin.

"Iya, Kak."

Setelah mendapat omelan kecil dari seniornya, Juni dan cowok itu akhirnya diperbolehkan untuk bergabung dengan anggota kelompok masing-masing.

Ketika berjalan menuju barisan kelompoknya, mata Juni sempat mengikuti arah jalan cowok tadi. Terlihat cowok itu berjalan menuju barisan kelompok nomor dua puluh tiga. Itu akhirnya dia adalah anggota dari kelompok dua puluh tiga. Sedangkan Juni merupakan anggota kelompok nomor dua. Tak mau ambil pusing, Juni segera bergabung dengan teman-temannya.

***

Ospek hari pertama pun berakhir. Juni bernapas lega. Tapi sedetik kemudian, dia mengernyit kesal. Dia belum membuat esai hukuman yang diberikan oleh seniornya. Akhirnya, dia pun memilih untuk tinggal di kelas dan mengeluarkan peralatan tulisnya. Membiarkan dirinya seorang diri ditinggal teman-teman sekelasnya keluar.

"Ternyata kamu juga belum ngerjain. Barengan ya!"

Suara berat cowok membuat Juni sempat kaget. Dia pun mendongak dan menatap pemilik suara berat di sampingnya. Dan dia menemukan cowok tadi paginya sedang tersenyum sambil berdiri.

"Kamu yang tadi, bukan?" Tanya Juni.

"Iya. Oh iya! Kenalin, aku Akmal Wijaya. Panggil aja Akmal." Cowok itu mengulurkan tangannya.

Juni sempat memandang jemari besar milik cowok bernama Akmal tersebut. Dengan sedikit ragu, Juni pun menjabat uluran tangan cowok tersebut.

"Almanda Juniara."

"Almanda ya. Salam kenal deh. Hehehe." Akmal mengambil bangku kosong di samping Juni.

"Em, panggil Juni aja."

"Oh oke deh. Juni." Akmal mengeluarkan selembar kertas dan sebuah bolpoin.

Dalam ruang kelas yang luas untuk menampung sekitar lima puluhan mahasiswa itu, Juni dan cowok bernama Akmal menghabiskan waktu bersama untuk menyelesaikan hukuman mereka. Suasana sunyi diantara keduanya menjadikan hanya suara goresan pena saja yang terdengar. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan bagi Juni untuk tidak melakukan aksi lirik diam-diamnya pada Akmal.

***

"Ngelamunin apa sih, Jun?" Ega mencolek sekilas bahu Juni.

Juni yang kaget, langsung terkesiap dan menoleh untuk menatap Ega yang duduk di sampingnya.

"Ngagetin aja kamu, Ga."

"Kamu keasyikan ngelamun sih. Bahkan kelas udah selesai lima menit yang lalu, kamu masih menatap keluar jendela."

"Loh? Iya kah?" Juni yang tak percaya langsung mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas. Dan benar aja, hanya tinggal dia dan Ega aja yang ada di dalam kelas.

"Makanya jangan ngelamun aja, Oneeeng~" Ega pun mengacak-acak rambut Juni.

"Ih! Egaaa! Jangan ngacak rambut dong! Susah dirapiin nanti! Aku masih ada kelas nih abis ini!" Protes Juni.

"Hahaha! Yaudah ke kantin yok! Mira katanya udah nungguin." Ega mulai beranjak dari kursinya. Meninggalkan Juni yang masih beres-beres peralatan tulisnya.

"E-Eh! EGA TUNGGUIIIIN!" Teriaknya.

***

Continue Reading

You'll Also Like

3.3M 164K 52
[FOLLOW UNTUK MEMBACA] DILARANG COPY PASTE!!! Setelah empat tahun berjuang dalam pelarian, kini wanita itu diharuskan untuk kembali ke kota tempat di...
5.4K 199 63
Berat jika ditanya pasti apakah Sarah memiliki perasaan lebih dari teman untuk Vino, begitu juga sebaliknya. Hingga tiba di usia dewasa, diusia yang...
390K 23.9K 28
Gilbert dan Nayara, dua orang yang tak pernah bisa lepas satu sama lain. Dan status mereka adalah sepasang sahabat. Hubungan itu sudah terjalin sejak...
1.1M 79.2K 38
Amanda tidak menyangka harus berurusan dengan editor menyebalkan macam Adipati Surya sejak dirinya terpilih sebagai salah satu peserta project Duda S...