DEVIL BESIDE YOU

By Miracleza

64.8K 8.4K 3K

REWRITE VERSION Sehun harus bertahan dari teror dunia dan ancaman dari tubuhnya, 'The silent Killer' yang men... More

Lembar 1
Lembar 2
Lembar 3
Lembar 4
Lembar 5
Lembar 6
Lembar 7
Lembar 9
Lembar 10
Lembar 11
Lembar 12
Lembar 13
Lembar 14
Lembar 15
Lembar 16
17. An Epilog: Angel Beside Me

Lembar 8

2.8K 489 177
By Miracleza

BRAK

Dengan kecepatan penuh mobil Jeep menabrak pantat taksi yang melaju cepat membuatnya oleng menabrak separator lalu terpelanting, berguling dan mendarat dengan keras.

.
.
.

Semua terjadi begitu cepat dan dalam hitungan detik memutar balik tubuh Sehun dan Jongdae di dalam taksi yang berguling.

Rasanya seperti naik roller coaster yang pernah dilakukannya ketika kecil dulu, memusingkan dan memberi efek mual yang tak terkira. Tubuhnya terguncang, terbalik dan terhempas tanpa bisa dikendalikan, namun untung seatbelt menahan tubuhnya dengan baik. Sensasi perih menyapa indranya, sesuatu yang tajam menggores wajah dan tubuh.

Memejamkan mata dan pasrah akan apapun yang terjadi nanti, hanya itu yang bisa Sehun lakukan. Bila Tuhan telah menakdirkan kematiannya, maka ia tak akan menyesalinya.

Tunggu...

Tapi ia telah berjanji pada ayahnya untuk bertahan. Bahkan ia belum meminta maaf pada ibu, kakak juga sahabatnya karena meninggalkan mereka tanpa kata. Sehun ingin hidup. Sepenuh hati ia mulai merapal banyak doa agar Tuhan memberinya kesempatan untuk terus tinggal di dunia ini.

Lalu putaran berakhir dengan sentakkan yang begitu menyakitkan, seakan merontokkan tulang belulang dan menarik paksa otot dari rangkanya.

Mendadak semuanya sunyi.

Jongdae membuka mata dan menemukan taksi miliknya tak lagi utuh. Kaca depan pecah meninggalkan serpihan tajam di sekitarnya. Pemuda dua puluh tahunan ini melepas seatbelt yang mengikat tubuhnya dan menengok kondisi penumpangnya.

"Tuan Sehun, kau baik saja?"

Tak ada jawaban dari remaja yang tertunduk diam dengan mata terpejam.

"SEHUN!" bentak Jongdae berharap panggilan ini menyadarkan.

Rupanya keberuntungan berpihak karena pemuda ini tersentak kaget dan dengan tergagap menjawab bahwa ia baik saja.

"Kau terluka?" tanya Jongdae yang disibukkan usaha membuka laci dashboard yang macet. Masih sama, tak ada suara. Sepertinya Sehun masih mengumpulkan segenap nyawanya untuk pulih dari keterkejutan hingga diam tak merespon.

Berhasil membuka paksa laci mobil, Jongdae ambil dua botol air mineral dan segera berpindah posisi ke kursi belakang.

"Sehun."

Kali ini panggilan yang disertai tepukan di bahu berhasil menarik kesadarannya kembali.

"Ini Minumlah..."

Dengan tangan gemetar ia meneguk isinya dengan rakus. Bukan karena haus, namun rasa gelisahlah yang membuatnya meminum dengan cepat hingga tersedak.

Jongdae menepuk punggung Sehun dengan lembut menunggu remaja ini mengatur napasnya walau kegundahan mulai menggerogoti hati. Musuh mengepung keduanya.

Setelah batuk Sehun reda, kembali Jongdae melontarkan pertanyaan yang sama.

Sehun menggeleng, namun Jongdae tetap menilik tiap mili tubuhnya dan rasa khawatir pun  menguap saat tak didapati luka serius. Memang benar apa yang dikatakan bahwa kondisinya baik saja dan hanya ada luka gores di beberapa bagian tubuh, namun tak berbahaya.

"Syukurlah kau baik saja."

"Tenanglah, Kak Jongdae. Aku sering menghadapi situasi mencekam seperti— Kak, mereka mendekat!"

Delapan pria bertubuh besar dengan seringai di wajah telah berdiri dengan angkuhnya. Sehun bergegas melepas sabuk pengaman lalu keluar diikuti Jongdae di belakangnya.

Tak ada tempat untuk bersembunyi. Yang ada di hadapan mereka saat ini hanya kegelapan yang mulai menyelimuti hamparan tanah lapang tak bertuan.

"Masuklah! Biar aku yang hadapi mereka," bisik Jongdae namun Sehun menggeleng.

'Tidak! Kita hadapi bersama. Mereka semua mengincarku," tolaknya tegas.

Dua pemuda ini merapat ke body taksi dan bersiap penuh waspada.

"Masih hidup rupanya. Licin juga nyawamu anak muda," ujar pria bertato yang terlihat hembuskan asap rokok yang dihisapnya.

"Menyerahlah, Tuan Sehun!  Sebaiknya kau ikut kami tanpa perlawanan."

Sehun terkekeh. Entah menertawakan apa, namun sejujurnya ia lelah menghadapi situasi ini, keadaan dimana orang lain harus terluka karena dirinya.

"Kalian semua pengecut, beraninya main keroyok. Hadapi kami satu persatu!" tantangnya.

Pria bertato itu tertawa penuh penghinaan sambil membuang rokok yang masih tiga perempat bagian ke tanah lalu mengijaknya dengan ujung sol sepatu.

"Baiklah. Kuturuti mau mu anak muda."

Ia pun memberi isyarat pada anak buahnya untuk melawan Sehun dan Jongdae.

Dua pria berpakaian serba hitam melancarkan pukulan yang berhasil ditangkis oleh Sehun dan Jongdae. Keduanya balas menyerang dan adu kekuatan pun dimulai.

Perkelahian berjalan seru dan penuh ketegangan, saling pukul, tendang, menggempur berbalas balasan.

"Aarggh!"

Jerit kesakitan menggema di kesunyian malam. Satu lawan Jongdae tumbang dan lainnya menyerang tak memberi jeda tuk sekedar menarik napas kemenangan.

Rupanya musuh Sehun kali ini sangat kuat, seorang petarung dengan talenta mumpuni yang terus menyerangnya tanpa ampun. Kondisinya yang mulai lelah membuat pertarungan menjadi berat sebelah.

Sebuah tendangan mendarat di perut Sehun yang membuatnya terhuyung menabrak badan taksi. Meski sempoyongan ia mencoba untuk tetap bertahan. Namun kembali tubuhnya berkhianat, ia terbatuk merasakan sensasi mual dan perih yang mendera.

Konsentrasi Jongdae terpecah dan setelah membuat lawannya tersungkur, ia segera menghampiri Sehun dan berdiri menjadi tameng.

"Buang waktu saja. Habisi supir taksi itu!" titah sang ketua.

Pria-pria bertubuh kekar melancarkan serangan pada Jongdae hingga mengalihkan perhatiannya untuk melindungi Sehun. Kesempatan ini dimanfaatkan dengan baik oleh sang ketua. Pria bertato itu menghampiri Sehun dan merogoh saku celananya. Ia  mengeluarkan sebuah kotak berisi satu botol kecil dengan cairan bening didalamnya.

"Berhentilah melawan anak muda," bisiknya penuh ancaman seraya memberi gestur tubuh untuk menunjukkan pistol yang terselip di pinggangnya.

"Perintahkan supir taksi itu menyerah atau kau akan melihatnya meregang nyawa karna racun ini atau—" ancamnya melirik pada senjata api.

"Kak Jongdae, HENTIKAN!"

Tiga penyerang segera meringkus dan mengunci pergerakan Jongdae yang menghentikan perlawanannya saat mendengar perintah.

"Kita pergi dari sini!"

Pria bertato itu mendorong kasar punggung Sehun dengan pistol sementara remaja ini menggenggam kotak kecil berisi racun di dalamnya.
Anak buah si ketua penyandera mengikuti di belakang sambil mengawal Jongdae.

Sebuah Van berhenti mendadak mengalihkan perhatian dengan decitannya.

"Hunnie!"

Panggilan Chanyeol hentikan pergerakan penyerang yang mendorong tubuh adiknya. Nampak juga Minah yang berlari kecil diikuti Baekhyun, Xiumin dan Lay.

"STOP!"

Langkah kaki semua terhenti kecuali derap Chanyeol yang tetap nekat mendekat

"Tolong lepaskan adikku. Bawalah aku sebagai gantinya," mohonnya bernegoisasi.

Gema tawa memecah keheningan, pria bertato itu tersenyum puas penuh kemenangan.

"Rupanya kau begitu menyayangi adikmu, ya. Aku sungguh terharu."

Tangan bebasnya menepuk pundak Chanyeol.

"Baiklah anak muda. Aku akan memberimu kesempatan untuk membuktikan seberapa besar sayangmu pada adikmu ini."

Mengalihkan atensi nya pada Chanyeol sang penyandera memberi perintah pada Sehun.

"Buka kotaknya dan berikan pada kakakmu!"

"TIDAK!" tolak Sehun tegas.
Dia mengeratkan genggamannya pada kotak dan tak membiarkan racunnya diminum Chanyeol.

"Biar aku saja," mohonnya. "Tolong, jangan sakiti keluargaku." Pintanya lagi.

Tubuhnya bergetar, dan dengan tangan yang terus bergerak halus Sehun membuka kotak dan memungut botol kecil di dalamnya lalu perlahan membuka segel penutup dan bersiap meminumnya.

Namun yang terjadi benar-benar mematahkan hatinya. Sehun berteriak histeris saat Chanyeol dengan cepat merebut racun dan menegaknya tanpa ragu.

"Psstt, Kakak akan baik saja. Tenanglah..." bisiknya dengan senyum damai yang sungguh membuat Sehun kembali terluka.

"Tidak... Tidak... Kak Chan." Sehun terus menggeleng menatap nanar kakaknya yang perlahan memucat.

Samar terdengar suara menderu yang semakin memekak telinga seiring angin yang bertiup membentuk pusaran mengangkat debu yang bertebangan serta lampu sorot yang menyilaukan. Helikopter mendarat menurunkan dua sosok pria.

"HUN!"

"A—ayah,"

Sebuah cengkraman kuat mengalung di lehernya dan moncong pistol yang menempel di pelipis membuat Sehun mematung dalam tangisnya.

"Rupanya Tuan So Ji yang terhormat,"  sindir pria bertato.

"Katakan, apa mau mu!"

So Ji mendekat ke putranya namun langkahnya terhenti saat pria penyandera memberinya isyarat untuk diam di tempat.

"Aku beri waktu tiga jam pada anda. Berikan penemuanmu atau— kedua anakmu... MATI. Racunnya akan segera bereaksi dan hidupnya tinggal—"  melirik benda yang melingkar di tangannya lalu tersenyum puas.

"Tiga jam lima puluh menit lagi. Mari kita berbisnis Tuan So Ji. Anda berikan penemuannya dan akan kuberikan penawar, juga anakmu yang manis ini."

Sehun mengaduh dan seketika tak sadarkan diri saat pistol menghantam kuat tengkuknya. Tubuh lunglainya dibawa masuk ke mobil yang berlalu menebar kecemasan tak terperi pada mereka yang ditinggalkan.

"Chan!"

Mengikuti jejak sang adik, Chanyeol mengakhiri malam dalam ketidaksadaran. Perlahan namun pasti, sang waktu menghitung mundur masa hidupnya.



Belum selesai
2017–17102019

Continue Reading

You'll Also Like

984K 59.7K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
89.6K 6.6K 23
[FANFICTIONS, SAD, BROTHERSHIP, SCHOOL LIFE, FAMILY, FRIENDSHIP, ANGST] 🔒𝐅𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚🔒 . . Siapa juga yang mau jadi o...
1.5K 90 2
Sepasang suami istri yang memiliki tujuh putra yang memiliki visual yang membuat wanita terkesan akan ketampanan nya, tetapi kelima putranya masuk ke...
193K 29.9K 54
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...