Romantic Friend · OSH [2016] ✔

By elsa_tyongf

11.2K 786 41

· C O M P L E T E D · Oh Sehun dan Jang Bok Hee adalah dua pasangan remaja yang statusnya tak lebih dari seka... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27 (END)

Chapter 17

344 30 0
By elsa_tyongf

"Kau sudah siap?"

"Yakk!! Jangan coba-coba mendekat!"

"Wae? Aku bukan orang lain. Ayolah. Lagi pula kita tidak pernah melakukannya 'kan? Aku rasa ini kesempatan yang bagus"

Bukannya terangsang, yang ada Bok Hee malah bergidik ngeri mendengar itu. Membayangkannya saja Dia tidak berani.

"Kau jangan mendekat!"

Bok Hee mengepak-ngepak air tanpa henti ketika Jong In semakin menghilangkan jarak. Dia tampak seperti anak-anak sekarang.

"JONG IN HENTIKAN!!"

Teriakan Bok Hee yang terdengar nyaring membuat seisi penghuni dirumah itu mendengarnya.

"Kenapa disana berisik sekali?"

Kesal Na Rang karena merasa makan malamnya terganggu.

"Hal itu biasa bagi pengantin baru, Nyonya"

Jawab pelayan Hong.

Mr. Kim yang masih terjaga diruang kerjanya juga tampak terganggu.

"Asataga! Tidak bisakah mereka melakukannya dengan tenang?"

Kembali ke urusan orang dua tadi.
Bok Hee masih menahan wajah Jong In dengan kedua tangannya.

"Aku tidak mau, jebal..."

Dia menangis memohon. Percuma. Jong In tak kenal kata 'kasihan' . Justru kejahilannya semakin meningkat dan bersemangat untuk mengerjai Bok Hee.

"Lihat Aku!"

"Tidak mau"

"Benar tidak mau?"

"Kenapa Kau selalu melakukan ini padaku?"

"Melakukan apa? Aku hanya melakukan apa yang perlu kulakukan. Harusnya Kau juga melakukan tugasmu"

"Aku tidak akan melakukannya"

Tegas Bok Hee.

"Kalau begitu Aku akan melakukannya sendiri"

Mata Bok Hee melotot.

Jika sudah begini, Bok Hee tahu apa yang terjadi selanjutnya. Mengingat Jong In adalah seorang pria, mana mungkin pria itu bisa menahan gairahnya. Terlebih dengan keadaan mereka yang full naked seperti ini. Membuat Jong In benar-benar merasa tersiksa jika tidak Dia 'tuntaskan'.
Kedua tangan Jong In bertumpu pada punggung Bath-up. Mengunci Bok Hee disana. Bok Hee berpaling ketika Jong In ingin menciumnya. Tangan Bok Hee berusaha menahan serangan Jong In. Namun dengan sangat mudah Jong In menahan tangan itu dan segera menciumnya.

"Mmmpphh~"

Dia baru saja melenguh, yang malah membuat Jong In tersenyum puas dan semakin memperdalam ciumannya. Bok Hee tidak bisa menggerakkan tangannya yang masih dicengkram Jong In. Untuk itu Dia menggunakan kakinya dan menendang Jong In. Sialnya Dia malah salah sasaran. Dia baru saja menyentuh 'milik' Jong In dibawah sana. Jong In pun berhenti dari aktivitasnya dan menatap Bok Hee.

"Apa yang Kau lakukan?"

Bok Hee memekik.

"A-aku...."

Panik, cemas, takut. Semua macam perasaan membalut syaraf Bok Hee. Celakalah Dia. Gadis itu baru saja membangkitkan seorang wujud Kim Jong In yang sebenarnya.

"Kau harus bertanggung jawab"

"ANDWAE!!"

Jong In kembali menyerangnya tanpa ampun. Bisa disebut ini semacam pemerkosaan. Namun tidak bagi Jong In. Dia hanya mengambil apa yang memang menjadi miliknya.

Malam sudah larut. Masing-masing semua penghuni rumah sedang berkeliaran dialam mimpi. Kecuali Bok Hee yang masih meringkuk dalam Bath-up. Menangis tanpa henti gara-gara kejadian yang menimpanya tadi. Jong In telah melihat semuanya, menyentuhnya tanpa ada yang dilewatkan. Kecuali satu (kalian pasti tahu maksud author :v ). Entah bagaimana jadinya jika Dia gagal mempertahankan yang satu itu.

Jong In datang dengan membawa baju mandi. Ternyata Jong In juga belum tidur, tapi mana mungkin juga Jong In bisa tidur jika mendengar jeritan yang terdengar bagaikan hantu penunggu kamar mandi itu. Terlebih Jong In sedikit merasa bersalah. Tapi bukan berarti Dia menyesal.

"Sampai kapan Kau akan berendam disini? Aku takut Kau bisa sakit"

Jong In menyerahkan baju itu yang langsung diambil dengan gesit oleh Bok Hee. Dia memakai baju mandi itu didepan Jong In, yang otomatis memperlihatkan tubuh polosnya. Dia teramat kesal dan marah hingga tidak memikirkan hal itu sekarang. Lagipula untuk apa ditutupi, toh Jong In sudah lihat semuanya. Bahkan pria itu melakukan lebih tadi.

Masih dalam keadaan menangis, Bok Hee meninggalkan Jong In disana. Menghampiri lemari dan mengambil pakaian yang akan Dia kenakan. Dan lagi, Dia memakai pakaiannya disana. Membuat Jong In menatap punggung polosnya yang sedari tadi memperhatikan gerak geriknya. Selesai dengan itu. Bok Hee menghampiri pintu keluar. Terkunci.

"Berikan kuncinya!"

"Aku tidak akan membiarkanmu tidur dikamar lain"

Tepat sekali. Dia tahu kebiasaan Bok Hee jika sedang marah padanya.
Dengan gerakan santai Jong In menghampiri tempat tidur. Merebahkan tubuhnya disana.

"Haaahh... Melelahkan sekali"

Pria itu mengerang keenakan. Diiringi senyumnya yang penuh arti dimata Bok Hee. Bok Hee pun semakin kesal dan menggigit bibir bawah. Dia menghampiri tempat tidur bukan untuk ikut berbaring disana, melainkan untuk mengambil bantal dan selimutnya. Setelah itu Dia mendekati sofa dan tidur disana untuk yang pertama kalinya.

"Bok Hee"

" ...... "

"Sayang"

" ...... "

"Istriku yang seksi"

Langsung saja Bok Hee melemparnya dengan bantal sofa.

"Aku membencimu Jong In. Jangan bicara lagi padaku!"

Bok Hee pun memunggungi pria itu lalu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Aku mencintaimu Bok Hee"

Balas Jong In dalam hati.

***

Sebelum matahari mengintip dari balik tirai, Bok Hee lebih dulu keluar dari alam mimpinya. Lagi-lagi Bok Hee tidak sadar saat Jong In menggendongnya ketika Dia tertidur. Hingga keesokan harinya Bok Hee terbangun dan mendapati dirinya ditempat tidur, dengan Jong In disisinya. Namun kali ini Jong In tidak ada disana. Karena pagi-pagi sekali Jong In sudah berangkat ke Kantor.

Selama meeting berlangsung. Jong In tak henti-hentinya tersenyum. Matanya tidak berpaling sedetikpun dari Mr. Kim yang sedang berkomat kamit didepan sana, namun tidak dengan pikirannya. Bayangan istrinya itu merusak konsentrasi Jong In. Dan semalam adalah moment yang begitu mengasyikkan baginya. Ini masih siang, sedangkan Dia pulang  malam nanti. Tapi Jong In tidak sabar untuk segera tiba dirumah hanya untuk mengganggu istrinya itu.

Makan siang telah tiba. Sebelum Jong In keluar untuk istirahat. Dia lebih dulu menelpon Bok Hee. Hanya ingin tahu apakah yeoja itu sudah makan siang atau belum. Berkali-kali Jong In hubungi tidak ada jawaban.

"Aku lupa kalau Dia sedang marah"

Jong In memasukkan ponselnya kembali.

Sementara diseberang sana, Bok Hee tampak sibuk membersihkan beberapa bagian ruangan yang perlu dibereskan. Mulai dari ruang keluarga, ruang tamu, lantai atas dan bawah. Butuh waktu dua jam untuknya menyelesaikan semua itu. Untung saja Dia dibantu oleh beberapa pelayan. Jika tidak, seharian Dia tidak akan selesai mengerjakannya seorang diri.

Bok Hee menghela nafas ketika pekerjaannya selesai. Belum sempat Ia melonggarkan otot-ototnya, Na Rang kembali menghampiri.

"Lakukan tugasmu selanjutnya"

Tugas selanjutnya yaitu menyiapkan makan siang. Hal yang paling dibenci Bok Hee saat berurusan dengan dapur. Benar-benar tidak memberinya waktu untuk sekedar beristirahat.

Pelayan Hong dengan setia membantu serta mengajari Bok Hee bagaimana cara memilih bahan hingga tercipta makanan yang menggoda selera.

Singkat. Masakan pertama Bok Hee telah siap dihidangkan. Na Rang sudah siap akan mencicipi salah satu dari hidangan itu. Sementara Bok Hee ikut duduk dimeja makan.

"Siapa yang menyuruhmu duduk"

"Nde?"

Mengerti maksud Na Rang. Bok Hee kembali berdiri. Na Rang pun mulai melanjutkan aktifitasnya. Mencicipi sop gingseng ayam ciptaan Bok Hee.

"Apa ini?"

Wanita itu segera meneguk minumannya.

"Ada yang salah?"

"Apa Kau ingin meracuniku?"

Dengan penasaran Bok Hee mencicipi masakannya.
Langsung saja Bok Hee terbatuk-batuk dan meneguk segelas air. Tenggorokannya serasa tersumbat puluhan paku berkarat. Rasanya lebih dari kata hancur.

"Pelayan Hong!"

Panggil Na Rang dengan nada tinggi.

"Ya Nyonya"

"Apa yang Kau lakukan? Kau tidak mengejarinya dengan benar?"

"Maafkan Saya Nyonya. Saya sudah melakukan apa yang Nyonya perintah. Sepertinya nona Bok Hee masih memerlukan waktu untuk belajar"

Langsung saja Na Rang menghempaskan sendok makan kedalam piring, membuat Bok Hee dan Pelayan Hong tersentak kaget.

"Aku tidak membutuhkan alasan apapun. Dan Kau Bok Hee. Ini sudah satu minggu tapi Kau belum bisa melakukan apapun dengan benar. Memasak saja tidak bisa. Bagaimana Kau akan melayani suamimu"

"Mianhae..."

Bok Hee tidak berani mengangkat wajahnya.

"Tsh. Inikah pilihan Jong In? Harusnya Jong In membuka matanya lebih lebar. Aku tidak tahu apa yang Dia sukai darimu"

Sungguh kata-kata itu membuat Bok Hee kesal. Matanya berkaca-kaca, tapi Dia tidak berani menangis dan hanya menggigit bibirnya, melampiaskan kekesalan itu disana.

***

Tok Tokk ~

"Lee Ra! Makan malam sudah siap"

Panggil Chanyeol dari luar.

"Lee Ra! Kau baik-baik saja?"

Pintu itu telah di ketuk berkali-kali. Tapi pemilik kamar belum memberi respon. Chanyeol pun dibuat khawatir dan membuka sendiri pintu yang kebetulan tidak dikunci. Chanyeol menghampiri Lee Ra yang sedang berbaring ditempat tidur.

Dilihat adik kesayangannya itu terlelap, Chanyeol pun tidak tega membangunkannya dan lekas pergi dari sana.

"Sehun..."

Chanyeol berhenti dipintu. Mau tidak mau Dia harus kembali melihat keadaan Lee Ra.

"Sehun..."

Suaranya terdengar begitu lirih. Chanyeol sudah sangat dekat. Dilihatnya wajah pucat Lee Ra dan keringat yang bercucuran. Matanya tertutup rapat dengan tidak henti-hentinya menggumam nama Sehun.

"Lee Ra, gwaenchana?"

Chanyeol tiba-tiba panik melihat keadaan Lee Ra seperti ini. Dia menggendong gadis tidak berdaya itu menuju mobil dan dilarikan ke Rumah Sakit.

Dokter telah selesai memeriksa keadaan Lee Ra dan memberi tahu Chanyeol bahwa gadis itu hanya perlu istirahat yang ekstra. Chanyeol sering mendapati Lee Ra merenung seorang diri. Bahkan gadis itu kedapatan tidak tidur sepanjang malam. Saat Chanyeol mengajaknya makan bersama, Lee Ra akan menjawab "nanti saja" dan "Aku sedang tidak nafsu" Ujung-ujungnya Dia tidak memberi jatah pada perutnya itu. Inilah yang Chanyeol khawatir jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada Lee Ra. Chanyeol tidak akan bertanya lagi apa penyebab adiknya seperti itu. Dan Chanyeol sangat membenci orang yang menyebabkan hal ini hingga Lee Ra harus menanggung semuanya.

***

Sebuah keluarga sudah berkumpul di ruang makan. Malam ini Keluarga Mr. Kim kedatangan seorang tamu. Sebenarnya bukan tamu, mereka sudah menganggap orang itu bagian dari keluarga mereka. Karena Dia sudah lama dekat dengan semua penghuni dirumah itu, termasuk si galak Na Rang. Orang itu tak lain Yoon Shin Ae. Malam ini Shin Ae datang dengan membawa berbagai hidangan. Sekalian Dia juga ingin ikut makan malam bersama.

Mereka tampak menikmati hidangan itu.

"Enak sekali. Kau hebat Shin Ae. Bisa melakukan segala hal. Kau pandai memasak, berbisnis, dan juga pintar. Sungguh beruntung orang yang akan menikahimu nanti"

"Kau bisa saja Bibi. Aku hanya melakukan semampuku"

Mendengar Na Rang yang terus memuji kelebihan Shin Ae membuat ubun-ubun Bok Hee mendidih. Dia tahu Na Rang sedang menyinggung dirinya, yang tidak mampu melakukan segala hal dengan benar.
Jika Bok Hee punya keberanian, Dia mungkin sudah membuang sop panas itu ke wajah Na Rang.

"Dia memang pandai memasak dari dulu"

Shin Ae amat senang mendapat respon Jong In.

"Oh ya. Aku juga membawa makanan kesukaanmu"

Dia memasukan beberapa menu dalam piring Jong In yang saat itu juga langsung dilahap.

"Rasanya tidak berubah. Terima kasih"

Jong In menatap Bok Hee yang tidak bersuara disebelahnya. Dia mengambil menu tadi lalu memberikannya pada Bok Hee.

"Kau harus banyak makan sayur"

Bok Hee tiba-tiba melepas sendok makannya. Dengan sedikit keberanian Dia bangkit.

"Aku ingin ke kamar kecil"

Tanpa menunggu respon Jong In yang tampak bingung Bok Hee pun pergi begitu saja.

"Apa Dia tidak tahu sopan santun?"

Kesal Na Rang.

Beberapa menit berlalu tapi Bok Hee belum kembali bergabung. Jong In menatap makanan Bok Hee yang masih utuh. Pria itu ikut kehilangan selera makan malamnya. Dia pun berdiri.

"Kau mau kemana?"

"Aku sudah selesai. Oh ya Shin Ae. Terima kasih makan malamnya"

Gadis itu hanya tersenyum sebagai tanggapan.

Sementara di toilet. Bok Hee mengeluarkan keluhan yang hanya dirinya yang mendengar disana. Sejauh ini belum ada kebahagian yang Ia rasakan. Hanya kekecawaan karena Na Rang yang sama sekali tidak menghargai kerja kerasnya, belum lagi Jong In yang sifatnya begitu menyebalkan.

Tok_Tokk

"Kau baik-baik saja?"

Suara Jong In terdengar khawatir.

"Yaaa"

Jawabnya malas.

"Buka pintunya"

"A-aku sedang buang air"

"Aku hitung sampai tiga"

"Yakk!! Apa Kau tidak mendengarku?"

"Satu... Dua..."

#Kreekk

Akhirnya Bok Hee mengalah. Seperti yang dikatakan Bok Hee tadi. Monster itu memang menyebalkan.

"Apa"

Kata Bok Hee kesal.

"Sudah selesai?"

"Apanya?"

Jong In menggerakkan kepalanya menatap punggung Bok Hee, dan berhenti pada bokongnya. Sadar dengan itu membuat Bok Hee berpikiran buruk dan dengan sigap melindungi diri.

"Apa yang Kau lihat"

"Hanya memastikan Kau membersihkannya dengan benar"

"Mwo?"

"Kenapa Kau lama sekali? Kajja. Lanjutkan makan malammu"

Dia menarik istrinya meninggalkan kamar, sebelum itu terjadi Bok Hee sedikit menghempaskan tangannya.

"Aku tidak mau"

"Kenapa?"

"Aku tidak berselera. Dan tolong jangan bertanya lagi"

Usai mengatakan itu, Bok Hee melenggang dari hadapan Jong In.

"Apa Kau kesal karena Na Rang menyinggungmu?"

Bok Hee berhenti.
Ingin sekali Dia membenarkan perkataan Jong In. Tapi Dia sangat malas mengakuinya. Untuk itu Bok Hee tidak menjawab dan kembali melangkah.

***

Mimpi indah Bok Hee terusik ketika Ia merasakan tiupan angin kecil diwajahnya. Merasa terganggu matanya terbuka secara paksa, hal pertama yang Ia dapatkan yaitu seringaian Jong In tepat didepan wajahnya.

"Morning"

Bok Hee menatap jam weker yang masih menunjukkan pukul 5 pagi. Dirinya masih mengantuk.

"Aku ada meeting. Siapkan sarapan untukku"

Mendengar kata 'sarapan' itu berarti Bok Hee akan berperang diruang dapur.
Jong In tahu itu. Dia sangat tahu bahwa Bok Hee adalah penyaji makanan terburuk yang pernah ada. Semua macam rasa masakan Bok Hee telah Jong In cicipi. Ada makanan yang rasanya hambar, ada yang keliwat asin, ada juga yang rasa ladanya kebanyakan. Lidah Jong In sudah terbiasa dengan semua itu. Makanya Dia tidak mempermasalahkan soal rasa. Apapun yang diciptakan Bok Hee tetap selalu yang terbaik dimata Jong In. Dia tidak membutuhkan apapun selama yeoja itu disisinya.

"Bilang saja pada Pelayan Hong"

"Jika Pelayan Hong istriku, Aku sudah menyuruhnya"

Bok Hee berdecak dan malah menarik selimutnya secara menyeluruh. Tak habis akal, Jong In membuka selimut itu lalu ikut masuk kesana. Membuat Bok Hee ingin membentaknya namun gagal saat pria itu kembali menjahilinya dan berbuat 'nakal' sedikit. Hanya dengan cara seperti itu agar Bok Hee menuruti kata-kata Jong In. Bagi Jong In sangat mudah membuat Bok Hee menyerah. Ya, Jong In bisa mendapatkan apapun dari Bok Hee, tapi tidak untuk hatinya.

Pagi menjelang siang. Disaat-saat seperti ini Bok Hee sedang sibuk-sibuknya didapur. Menyiapkan makan siang untuk Na Rang yang sudah duduk menanti dimeja makan.
Setelah makanan sudah tersaji, Na Rang mengalihkan perhatiannya dari ponsel dan menatap fokus pada beberapa menu yang sudah siap disantap. Na Rang mulai mencicipi, rasanya 10 kali lipat lebih buruk dari sebelumnya. Wanita itu murka luar biasa. Dia meraung membentak Bok Hee karena ketidakbecusannya. Semua pelayan tidak ada yang berani bergerak.

"Pelayan Hong. Aku akan memecatmu jika Dia tidak bisa bekerja dengan benar"

Raut wajah wanita paruh disamping Bok Hee tampak cemas. Bok Hee seakan merasa bersalah. Pelayan Hong sudah bekerja bertahun-tahun dan Na Rang dengan mudah akan memecatnya hanya karena masalah ini. Bok Hee juga sudah kesal, ditambah Na Rang tidak pernah mengharagai setiap apa yang Bok Hee lakukan.

"Aku rasa Kau terlalu berlebihan. Ny. Kim Na Rang"

"Kau bilang apa?"

"Seberapa besar Kau kecewa dengan kerjaanku? Aku lebih kecewa lagi karena Kau tidak pernah menghargai apapun atas usahaku"

Bok Hee memberi jedah sembari membuka celemek dipinggangnya lalu dengan kesal Dia melempar kain itu dimeja makan.

"Jika tidak suka dengan apa yang Aku kerjakan. Kau lakukan sendiri!"

"Mwo?"

Semua yang ada disana memberanikan diri untuk mendongak. Melihat sikap Bok Hee yang berani melawan Na Rang, membuat nyawa mereka seakan-akan ikut terancam juga.





To be continued.....

Continue Reading

You'll Also Like

1.6K 219 15
Tentang Jefan dan keterpaksaannya terhadap pekerjaan dadakan📂 2022, CajRynn© start : 03 April 2022 end : 30 April 2022
2.8K 386 10
Faviola melarikan diri dari keluarganya demi menjadi dirinya sendiri. Ia berpikir akan menjadi sebebas burung menentukan arah hidupnya kala tidak men...
12.8K 2.8K 18
sometimes the purpose of being friends is, just a mask to hide real feelings. ©rainrens, 2018 completed
558K 1.3K 1
Cover by, Pinterest. [COMPLETED] #193 in teenfiction 14/01/18 Agatha Maura Wijaya berkerja di toko roti dari pukul 8 pagi hingga 5 sore demi meme...