Boyfriend Fairy Guardian [REV...

By nurashinichi

95.3K 5.6K 187

→Highest Rank : 25 in Fantasy (271216) →Highest Rank : 77 in Fantasy →Highest Rank : 87 in Fantasy →Highest... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Bukan update!
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Extra part

Part 12

2.5K 143 4
By nurashinichi

Seorang lelaki berjaket hitam, celana hitam, dan topi hitam nampak baru saja menginjakkan kakinya di Bandara Internasional Pearson Toronto, Kanada.

Seulas senyuman sinis mengembamg di bibinya, ia menghirup udara Kanada dengan rakus, seolah ia tak pernah menemukan udara sebelumnya.

"Aku datang, sobat. Bersiaplah
..." gumamnya sambil melangkahkan kaki menuju ke luar bandara dan segera masuk ke sebuah rumah makan disana.

Jadi seperti ini dunia manusia sekarang. Hmm ... sudah banyak berubah dibandingkan saat pertama kalinya aku kesini, pikirnya sambil menikmati keadaan sekelilingnya dengan seksama.

Ia segera teringat dengan tujuannya berada di negara dengan julukan 'Negara Pecahan Es' ini.

Ia segera memejamkan matanya, mencoba menelusuri keberadaan sasarannya. Ia melihat sebuah padang rumput yang sangat luas dalam pikirannya, dan juga sebuah gunung berwarna putih, tertutup salju.

Ia pun memperkirakan jaraknya tak terlalu jauh dari tempatnya sekarang ini. Ia menyunggingkan sebuah senyuman sinis, lalu berjalan keluar meninggalkan rumah makan tersebut tanpa memesan makanan apapun.

Ia mencari sebuah hotel untuk tempat tinggalnya, sementara ia memburu incarannya di negara ini.

******

Sementara itu,
Hari masih pagi ketika Aislie membuka matanya. Ia melirik jam di atas nakas samping tempat tidurnya.

Jarum jam menunjukkan pukul 06.15 pagi. Ia segera turun dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah selesai, ia segera menuju ke walk in closet miliknya, memakai pakaiannya dan turun untuk sarapan bersama. Orangtuanya tengah menikmati sarapan paginya dengan tenang.

Namun, ia tak menemukan Ivery.
"Good morning all," sapanya sambil mendudukkan diri di samping mamahnya.

"Morning too, Princess," jawab kedua orang tuanya serempak.

"Ivery kemana ?Mah, Pah?" Tanyanya.

"Dia sudah pergi tadi pagi-pagi sekali, katanya ada urusan, Mamah sama Papah juga nggak tau ada urusan apa," jawab mamahnya enteng.

"Aku pulang!" Seru seorang lelaki dari arah ruang tamu.

"Nah itu dia orangnya, panjang umur," ucap papah Aislie sambil menunjuk Ivery dengan dagunya.

Ivery mengembangkan senyuman manisnya ketika matanya beradu pandang dengan sepasang mata Aislie.
"Rupanya, selama kurang lebih sejam aku pergi sudah ada yang kangen padaku," ucap Ivery sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Aislie, yang di tanggapi Aislie dengan mendelik sebal.

Mamah dan papah Aislie hanya tersenyum melihat wajah putri semata wayangnya yang blushing seketika mendengar ucapan Ivery.

"Indahnya masa muda," goda mamah Aislie sambil menyenggol pelan lengan anaknya.

Ivery hanya terkekeh melihat Aislie yang nampak malu-malu melirik ke arahnya dan mendelikkan kepala ke arah mamahnya.

----

Malam harinya,

Setelah selesai makan malam, Aislie mendudukkan diri di ruang tengah sambil menonton televisi. Tiba-tiba Ivery datang dan duduk di samping Aislie.

Degh, degh, degh, jantung Aislie langsung bereaksi ketika merasakan kehadiran Ivery di sampingnya.

Wah, ada apa ini? Kenapa aku tiba-tiba gugup begini? Bisik hatinya.

Ia segera menggeser sedikit tubuhnya menjauhi Ivery. Namun, Ivery malah mendekat dan menyandarkan kepalanya ke bahu Aislie.
"Ivery, kamu apa-apaan sih.. Berat tau," protes Aislie sambil mencoba mendorong kepala Ivery menjauh dari bahunya.

Ivery mencekal pergelangan tangan Aislie sambil memejamkan matanya dan berbisik.
"Sweetheart, biarkan begini dulu," bisikny. Ia tidak menyadari wajah Aislie yang sudah memerah dari tadi.

Beberapa saat lamanya, keadaan hening, hanya suara operator televisi yang sedang memberitakan sebuah kasus entah kasus apa itu.

Ivery mengangkat kepalanya dari bahu Aislie, lalu berbalik ke arah Aislie dan menangkup kedua pipi Aislie serta mengusapnya dengan lembut.

Aislie menahan napas merespon elusan tangan Ivery yang lembut di pipinya. Pipinya terasa panas lagi, ia yakin pipinya sudah merah sekarang.

Ivery terkekeh melihat pipi Aislie yang merah merona.
"Aku suka rona pipimu, kau terlihat sangat cute, sweetheart," ucap Ivery sambil melepas tangkupan tangannya di pipi Aislie.

Mendengar hal itu, Aislie secara spontan memegang kedua pipinya dengan mata terbelalak kaget. Ivery segera memegang jari tangan Aislie dan meremasnya pelan.
"Sweetheart, kita jalan-jalan yuk," ucap Ivery sambil menatap Aislie.

"Jalan-jalan kemana? Bukankah kita harus istirahat setelah latihan hari ini? Lagipula, kita harus mempersiapkan energi buat latihan lagi besok?" tanya Aislie gugup.

"Untuk hari besok, kita libur dulu, kau tidak cape latihan terus setiap hari? Aku juga sudah meminta izin pada orang tuamu untuk membawamu pergi ke suatu tempat." Ivery tersenyum simpul sambil tetap meremas jari tangan Aislie dengan lembut.
"Baiklah," ucap Aislie akhirnya.

Ivery tersenyum manis, lalu bangkit,
"Aku kasih waktu 20 menit untuk bersiap-siap, berdandan yang cantik yah sweetheart," ucap Ivery ambil menggamit tangan Aislie menuju ke kamar Aislie.

"Apa kau baru saja bilang aku tak cantik sekarang?" tanya Aislie sambil memicingkan matanya ke arah Ivery.

Ivery hanya terkekeh mendengar gerutuan Aislie.
"Aku tidak bilang begitu, kau selalu cantik di mataku, sweetheart. hanya saja, apa kau tak malu jika aku membawamu ke tempat yang indah dengan pakaian seperti ini? dan aku harap kamu mau pake gaun ini, semoga aja cocok buat kamu," ucap Ivery lembut sambil mengelus kepala Aislie dengan sayang, sambil menyerahkan sebuah bungkusan ke tangan Aislie.

Lalu dengan pelan, ia mendorong bahu Aislie agar masuk ke kamarnya dan ia berlalu, kemudian masuk ke kamarnya sendiri untuk bersiap-siap.

20 menit kemudian, Ivery keluar dari kamarnya dengan menggunakan tuxedo warna abu-abu yang elegan nampak membalut tubuhnya dengan sempurna, rambutnya ia atur dengan gaya fauxhawk, menampilkan sosoknya yang memang sangat tampan, dan sepatu hitam mengkilat semakin menyempurnakan penampilannya malam itu.

Ia segera menuju ke kamar Aislie, dan mengetuk pintu kamarnya dengan pelan.

Ceklek.

Pintu terbuka, menampilkan Aislie dalam balutan gaun warna peach yang nampak sempurna di tubuh rampingnya, wajahnya di hiasi dengan make up yang tampak sederhana tapi elegan, rambut pirangnya ia sanggul ke atas, menyisakan anak rambut di bagian samping kepalanya, sepasang highheels wedges semakin menyempunakan penampilannya.

Selama beberapa saat, Aislie maupun Ivery sama-sama menahan napas melihat penampilan satu sama lain.

Sempurna. Itu kata yang terlintas di pikiran keduanya.

Ivery berdehem untuk memecah kecanggungan diantara mereka.
"Kau sangat cantik, sweetheart," ucap Ivery sambil menatap Aislie tanpa berkedip.

Lagi-lagi pipi Aislie merona mendengar ucapan itu, dan jantungnya pun ikut bereaksi dengan pujian Ivery terhadapnya.

Ivery segera menggamit tangan Aislie dan menautkan tangan mereka. Mereka pun menuruni tangga dan berpamitan kepada kedua orang tua Aislie.

Orangtua Aislie tampak menatap kagum ke arah pasangan tersebut.

Mereka segera keluar dari rumah tersebut, sebuah mobil Maserati GranCabrio telah menunggu keduanya.

Ivery segera membukakan pintu untuk Aislie dan ia sendiri memutari depan mobil dan duduk di belakang kemudi.

Mobil mewah itupun melaju membelah jalanan sekitar Pegunungan Rocky yang nampak ramai.

Setelah kurang lebih 15 menit, mereka pun sampai di salah satu restoran mewah disana, dengan desain klasik yang sangat indah dan terlihat elegan.

Mereka pun masuk dan menuju ke meja resepsionis.
(Bagi readers, percakapan ini dilakukan dalam bahasa inggris).
"Sudah reservasi, Tuan?" ucap wanita itu dengan ramah.

"Ya, sudah. Atas nama Ivery," jawab Ivery dengan mantap.

"Sebentar, saya cek dulu," ucap wanit tersebut. Setelah beberapa saat kemudian, wanita tersebut tersenyum dan mempersilahkan mereka mengikutnya ke bagian dalam restoran tersebut.

Mereka sampai di sebuah ruangan yang terpisah dari ruangan utama restoran itu, disana telah tertata dengan rapih sebuah meja dan dua kursi yang didesain sedemikian rupa, hingga menampilkan kesan romantis yang kental.

Aislie terperangah dengan meja dihadapannya, ia lalu melirik Ivery yang tengah memandang ke arahnya.
"Kau yang mempersiapkan semua ini?" tanya Aislie takjub.

"Iya.. Dan ini spesial buat kamu swetheart, kau suka?" bisik Ivery lembut. Aislie menganggukan kepalanya dengan cepat.

Ivery segera menggamit tangan Aislie dan menuntunnya menuju ke meja di depannya, memundurkan kursi satunya dan mempersilahkan Aislie untuk duduk.

Ia pun segera memanggil pelayan dan memesan makanan untuk mereka.
"Kau menghabiskan dolarmu untuk semua ini?" tanya Aislie.
Ivery hanya mengangkat bahu tampak acuh dengan banyaknya uang yang ia keluarkan untuk mempersiapkan semua ini.

Sehabis makan,
Ivery tiba-tiba memegang tangan Aislie yang agak berjengit kaget karena tengah menikmati pemandangan di samping tempatnya sekarang. Ia tertegun melihat sikap Ivery saat itu.

Entah ia benar atau tidak, tapi ia merasa Ivery sepertinya tengah gugup, tangan yang memegannya terasa berkeringat.
"Ivery ada ... " ucapan Aislie terpotong oleh ucapan Ivery.

"Tolong jangan bicara dulu, kau tahu, aku butuh keberanian besar untuk menyatakan semuanya, dan aku tak yakin dapat mengulangnya dua kali. Jadi dengarkan aku dan jangan dulu di potong, oke?" ucap Ivery dengan gugup.

Aislie hanya memandang Ivery dengan sorot mata heran. Tapi ia tak dapat memungkiri kini jantungnya berdetak lebih cepat berkali lipat dari sebelumnya.

Ivery nampak menarik napas panjang sebelum berkata, 
"Aislie, kamu tahu, saat pertama kali aku bertemu denganmu, aku merasa ada sesuatu yang beda. kamu tahu, sesuatu yang membuatku tak bisa melupakan wajahmu, dan semua tentang dirimu. Aku tak sangka bahwa kamu akan tumbuh menjadi gadis muda secantik ini, kamu benar-benar tumbuh menjadi gadis yang sangat mempesona. Aku tahu, kita memang telah di takdirkan menjadi pasangan abadi. Tapi, aku merasa tak akan lengkap jika aku tak mengatakan hal ini. Jadi, mulai saat ini, maukah kau menjadi kekasihku, pendamping hidupku, dan menjalani hari kedepan sama-sama?" Ucap Ivery panjang lebar, sambil mengangsurkan sebuah kotak beludru dengan cincin berlian mewah di dalamnya.
"Kalau kau terima aku, kau ambil cincin ini," sambung Ivery lagi, sambi matanya menatap cemas ke arah Aislie.

Beberapa saat kemudian, Aislie meraih kotak beludru tersebut dan mengulas senyum manisnya, di lengkapi dengan pipi yang merah merona.

Ivery kaget, dan menatap Aislie dengan sorot mata bahagia yang tak dapat di sembunyikan. Ia segera bangkit dan menarik Aislie ke dalam pelukannya dengan erat, Aislie pun membalas pelukan Ivery dengan sama eratnya.

Selama beberapa saat, mereka berpelukan dan saling mencurahkan rasa kedalam pelukan masing-masing.
Hingga,

Braakkk!!!!

Suara pintu yang terbuka paksa, membuat mereka segera melepas pelukan mereka. Dan melihat ke arah pintu yang terbuka, menampilkan sosok yang sangat ingin dihindari oleh Ivery, setidaknya untuk saat ini.












Halohaaa all!!!
Gimana sama part ini, semoga suka yah.

Maaf adegan peradegannya agak kurang romantis (mungkin). Well, aku bukan tipe orang yang romantis sih.
Jadi, yah gitu deh hasilnya.

Semoga tetep suka semuanya yahh ... Wkwkwk

Oke deh, jangan lupa vomentnya yah semuanya.

See you next part my story.

Terima kasih.

Continue Reading

You'll Also Like

568K 33.5K 57
Selena Azaerin, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, Selena tak pernah kehilangan sifat cerobohnya. Ketika gadis itu telah menyelesai...
846K 82.8K 29
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
873K 52.9K 56
Setelah menerima banyak luka dikehidupan sebelum nya, Fairy yang meninggal karena kecelakaan, kembali mengulang waktu menjadi Fairy gadis kecil berus...
429K 29.3K 58
Serena memiliki hobi yang aneh, gadis itu senang menghancurkan rumah tangga orang lain. Bagi Serena, menghancurkan rumah tangga orang lain adalah sua...