MY EX-BOY'S FRIENDS

By TyaaaZ

40.5K 3.1K 566

Dijodohkan dengan mantan pacar, dan harus terlibat hubungan yang rumit dengan 'teman-teman' dari mantan pacar... More

1. putus
2. reason
3. ospek
4. (Not) a Free Card
5. A for Arveann
6. Gosip
8. Pacar??
9. Navintar
10. Tanggung Jawab
11. Very Ordinary You
12. Arvin
13. SISI LAIN
14. (r)asa
15. Perubahan kecil
16. another feeling
17. Friend??
18. Menyerah
19. Voy-Ve-2Vin
20. Untitle feeling
21. Cemburu
22. Kesepakatan
23. Terungkap
24. Spesial
25. Pilihan
promo
26. Special Chapter

7. say 'no!' to 'dijodohin!'

1.5K 119 21
By TyaaaZ

mulmed, mata jahil Alvin

.

Seperti kemarin, Ren membawa Eann berkeliling sebelum mengantarnya pulang. Tapi kali ini gadis itu yang memintanya. Menghilangkan penat katanya. Dan Ren memutuskan mengajaknya nonton. Bahkan pemuda itu mengajak beberapa teman SMAnya dulu. Dan dengan semangat memperkenalkan Eann pada mereka, lalu meninggalkannya begitu saja dan justru asyik mengobrol dengan seorang siswi SMA, membicarakannya.

"Sembarangan! Apa aku terlihat menyukai bocah ini?" sahut Eann saat cewek itu bertanya apa Ren dan dia berkencan.

Cewek itu terkikik melihat Ren mengaduh sambil mengusap kepalanya. Lalu kembali asyik mengobrol dengan Ren. Sampai seorang cowok bertampang kulkas menariknya pergi tanpa mengucap salam.

"Mantan?" tebak Eann. Karena bahkan cewek tadi mengenal Rissa dan Voy.

Ren menggeleng. "Namanya Zia. Mantan pacar tetanggaku. Dulu aku suka gangguin mereka pacaran. Salah sendiri masih kecil, baru juga masuk SMP pada pacaran. Ganjen!" Ren terkekeh mengingat awal dia SMA, dulu dia sangat usil.

"Aku juga mulai pacaran waktu SMP. Kamu ngatain aku ganjen juga?!" Eann menatap Ren sengit.

Cowok itu nyengir mendengarnya. Lalu teringat ucapan Fani di kampus tadi.

"Eh, kamu pacaran waktu SMP? Berapa lama?" tanyanya penasaran.

"Emang apa urusan kamu?"

Ren menggaruk tengkuknya. "Habis Fani bilang kamu hanya sekali pacaran."

Mata Eann membulat lucu. "Fani!!" jeritnya dengan wajah memerah karena malu.

Dan Ren sekali lagi terkejut melihat ekspresi lain di wajah Eann. Ren semakin ingin tau, sebanyak apa perubahan Eann yang ia sebabkan. Apa Ren bisa memperbaiki semuanya?

"Hei, Ren! Bagaimana kalau horor. Biar lebih ehem!" teriak salah satu teman Ren sambil mengedip genit pada Eann.

"ANDREW!!!" protes Eann dengan telunjuk yang mengacung pada pemuda yang belum ada setengah jam ia kenal, dengan nada mengancam.

"Bercanda, Ve! Lagian bisa-bisa dipikir LBGT kalo beneran kalian ehem-eheman di dalam sana," sahut Andrew yang disambut kikikan tawa yang lain.

Termasuk Ren yang langsung bungkam begitu Eann menoleh dengan mata melotot padanya.

Dan akhirnya mereka gagal mendapat tiket karena kelamaan berdebat soal film yang akan mereka tonton.

.

Motor Ren memasuki halaman rumah Eann tepat saat Nav keluar dari mobilnya. Ketiganya tampak kaget dan tak menduga akan bertemu di sana. Dan sebelum mereka saling bertanya, pintu rumah Eann telah terbuka dan menampilkan dua wanita dewasa di sana.

"Lama sekali, Nav? Bunda sampe capek nungguin kamu!" omel ibunya.

"Tadi nganter temen dulu, Bun," jawab Nav sembari mendekati bundanya. Mencium tangan beliau dan mama Eann bergantian.

"Ya ampun, anak mama. Setaun nggak ketemu tambah cakep aja!" ucap mama Eann sambil mengacak rambut Nav.

Pemuda itu tersenyum kikuk, lalu menoleh kembali pada Eann yang masih terdiam di samping motor Ren. Dan kedua ibunya serempak ikut menoleh.

"Lho, Ren? Kok bisa sama Veann? Ketemu dimana?" tanya mama Veann. Tak menyangka bertemu kembali dengan Ren. Pemuda yang selama setahun ini sering ia temui di rumah besannya. Orang yang Eann salahkan atas kematian kakak dan keponakannya.

Ren turun dari motornya dan mendekati mama Eann, menyalami dan mencium tangannya seperti Nav tadi.

"Kebetulan kami satu Kampus, satu fakultas juga, tante," ucapnya sopan.

"Oh begitu," sahut mama Eann. "Oiya, kenalin, ini Navintar dan mamanya. Pacarnya Eann sejak SMP dulu."

"Eh?" sentak Ren seraya menatap Nav dan Eann bergantian.

"Udah kenal kok, mbak. Ren beberapa kali main ke rumah. Dia temennya Nav juga," sahut bunda Nav.

"Ohya? Jadi udah tau dong, kalo Nav sama Eann pacaran?"

"Mantan, mama! Eann udah putus sama Navin setahun lalu!" ralat Eann yang membuat Nav tiba-tiba sesak nafas.

Kedua ibu itu saling pandang dan mendesah bersamaan. Lalu mengalihkan pembicaraan dengan cepat dan canggung.

"Jangan lupa nanti malam, mbak. Di tempat biasa. Kami pulang dulu," ucap bunda Nav.

Mama Eann tersenyum lebar. "Iya, kami akan datang tepat waktu."

"Nav pulang dulu, ma."

"Hati-hati menyetir, sayang!" pesan mama Eann sembari mengecup kepala Nav yang menunduk mencium tangannya.

Eann tersenyum kaku saat ibu Nav mencium kedua pipinya, berpamitan padanya. Lalu memalingkan muka saat Nav melewatinya. Dan pemuda itu pun hanya melirik sekilas padanya tanpa berniat menyapa. Lalu masuk ke mobil. Bahkan dia mengabaikan kehadiran Ren di sana.

Nav masih sempat melihat mama Eann membelai kepala Ren. Memperlakukan cowok itu seperti dirinya. Dan nyaris menabrakkan bagian belakang mobilnya karena kesal.

Di sampingnya sang bunda hanya tersenyum geli melihat kecemburuan di mata putranya. Sedikit bersyukur akan kehadiran Ren yang semakin membuatnya yakin Nav masih menyayangi Eann. Yang artinya kemungkinan mereka mau balikan akan semakin besar.

"Ohya, kalau bunda nggak salah inget, cewek yang kamu omongin waktu itu, kakaknya Ren kan? Jadi kamu deket sama kakaknya, dan Veann sama adiknya, ya? Kok kebetulan banget, sih?" ucap sang bunda yang menambah rasa kesal Nav.

"Bunda tau darimana mereka deket? Lagian Ren setaun lebih muda dari Eann," ucapnya ketus.

"Tau lah. Wong mama Veann aja sampe apal gitu. Lagian ini pertama kalinya Veann akrab sama cowok lain selain kamu sama pacarnya Fani. Eh, ngomongin soal sepupumu itu, mamanya Fani juga lebih tua dari Om kamu."

Nav berdecak. Entah mengapa ia merasa bundanya sangat semangat ngomongin Eann dan Ren. Dan itu terdengar menyebalkan.

"Jadi, apa nanti malam kamu sibuk? Ayah sama bunda mau makan malam sama keluarga Armadi."

Nav tak menyahut. Masih sibuk dengan pikirannya. Dan ibunya menyimpulkan bahwa cowok itu setuju.

.

~my ex-boy's friends~

.

Arveann menghentikan sejenak langkahnya saat melihat Nav lengkap dengan kedua orangtuanya, berada di meja yang tengah mereka tuju. Tiba-tiba saja perasaannya tidak enak. Sepertinya kedua orangtua mereka berniat mendamaikan keduanya.

"Arveann! Cantiknya anak bunda," sambut Amira, ibu Nav yang langsung menuntunnya duduk di samping putranya.

Nav yang awalnya hanya melirik sejenak, justru terpaku menatap cewek itu. Kedua pasang orangtua mereka hanya menahan senyum melihat putra mereka yang terpesona pada mantan pacarnya sendiri. Padahal sebelumnya Navintar mati-matian menolak untuk baikan dengan Eann.

"Bagaimana hari-hari pertama di kampus, Ve?" tanya ayah Nav, Sam Erlando.

"Menarik. Veann bahkan jadi selebritis sejak hari pertama," jawab Eann sambil melirik sadis pada pemuda di sampingnya.

"Wah, benarkah? Pasti karena kamu cantik, sayang!" sahut Amira.

Eann tersenyum lebar. "Tebakan bunda tepat sekali!"

Nav mendengus. "Cantik apa? Carissa jauh lebih cantik," ucapnya meremehkan.

Eann melotot padanya. "Kalo mereka nggak berpikir aku cantik, kenapa mereka sebegitu khawatir dan mengerjaiku? Bahkan menyebar foto seperti itu untuk membuat semua orang membenciku."

"Foto apa?" tanya Amira dan Nurdi, ayah Eann bersamaan.

"Itu..., hmpht!"

"Bukan apa-apa!" sahut Nav sesaat setelah membungkam mulut Eann dengan kedua tangannya. "Em, jadi sebenarnya ada acara apa malam ini?"

Voy menghentikan langkahnya saat mendengar suara yang dikenalnya. Kepalanya terus bergerak, menoleh ke segala arah, dan mendapati Nav yang duduk membelakanginya. Dari sudut pandangnya, terlihat tangan Nav yang melingkari pundak seseorang yang duduk di sampingnya.

Dahi Voy berkerut. Menerka-nerka dengan siapa Nav saat ini.

"Apa?!" Nav melepas bungkamannya pada Veann saking kagetnya. "Kalian bercanda kan? Aku tidak mau!" tolaknya.

Dahi Voy kembali berkerut mendengarnya.

"Kamu pikir aku sudi tunangan sama kamu? Umurku akan pendek gara-gara mantan, gebetan, pacar dan selingkuhan kamu yang gak bisa dihitung dengan jari! Lebih baik aku cari cowok lain!" sahut Eann tak mau kalah.

Alis Voy terangkat mendengar suara Eann. Dia mengenali suara gadis itu.

"Apa?! Kamu pikir ada yang tahan sama sikap kamu yang nyebelin?!"

"Setidaknya aku ini setia!" sahut Eann yang membuat Nav terbungkam. "Lagipula, aku pernah berjanji, asalkan kak Dika selamat, aku nggak peduli meskipun Navin nggak akan balikan lagi denganku," lanjutnya lirih. Namun masih terdengar oleh semua yang duduk bersamanya.

Hening. Untuk beberapa saat, meja itu seolah tak berpenghuni. Hingga terdengar derit kursi, saat Eann berdiri dari tempat duduknya.

"Aku permisi ke toilet sebentar," ucapnya lalu berbalik pergi.

Anie menatap punggung putrinya dengan sayu. Lalu menoleh pada sepasang suami istri di dekatnya yang sedang mengintrogasi putra mereka satu-satunya.

"Kamu itu! Kenapa bisa membuat Veann sekecewa itu sama kamu, Nav?" tanya sang bunda dengan mimik kesal.

Nav tak menjawab. Tertunduk memikirkan ucapan Eann. Bahwa gadis itu sama sekali tak keberatan jika Navin membencinya sekalipun.

"Mungkin mereka hanya bosan saja, Mir," ucap papa Veann. "Mereka terus bersama dari kecil, wajar saja kalau mereka bosan."

"Mungkin memang pembicaraan ini nggak seharusnya dilakukan. Anak-anak sudah cukup dewasa untuk menentukan pilihan mereka," ucap ayah Navin akhirnya.

"Jadi, kita membatalkan perjodohan ini?" tanya Amira tak rela.

"Entahlah, mungkin lain kali kita bisa bicarakan lagi. Tapi jika mereka menolak apa boleh buat. Veann melalui masa paling sulit setahun ini. Dia dewasa karena keadaan yang memaksa. Aku tidak ingin memberinya beban apapun," ucap Nurdi.

Sam mendesah pasrah. "Benar. Saat Veann melalui itu, Navintar justru asyik mencari cewek lain. Dia memang nggak pantas untuk Veann."

Nav semakin bungkam mendengar pembicaraan itu. Seharusnya dia lega karena bebas dari Eann. Lalu kenapa dia justru kecewa mendengar kedua pihak keluarga memutuskan untuk membatalkan perjodohan mereka?

"Oh iya, apa Vean menolak Nav karena Ren?" tanya Amira tiba-tiba. Teringat pada pemuda yang mereka temui siang tadi.

"Ren?" Nurdi menoleh pada istrinya meminta penjelasan.

"Oh, itu, ternyata anak itu satu kampus dengan Veann. Papa tahu, mama senang akhirnya mereka berbaikan. Yah, meski sikap Vean masih sedikit kasar, tapi setidaknya dia mau bicara dengan Ren. Bahkan sepertinya mereka berteman."

"Benarkah? Baguslah. Kasihan anak itu. Veann terlalu menekannya."

"Ehem..., Eann kenal Ren di mana, ma?" tanya Nav yang penasaran setengah mati.

"Oh..., itu...," Anie menoleh menatap suaminya.

.

"Kamu menangis?"

Eann tersentak mendengar pertanyaan itu begitu keluar dari kamar mandi. Tubuhnya sampai terhuyung ke belakang, karena terlalu kaget. Dilihatnya seseorang bersandar di dinding, di samping pintu kamar mandi.

Gadis itu menoleh menatap tulisan di pintu kamar mandi, khawatir salah masuk. "Ini toilet cewek, lho!"

Pemuda itu terkekeh. "Aku bisa membaca sejak sebelum masuk TK. Kamu tenang saja," ucapnya.

Eann bersidekap menatap cowok di depannya. "And then?"

Cowok itu mengangkat bahu. "Ibuku mengajakku datang ke acara reuni. Dan tahun lalu teman-temannya menjadikanku seolah bahan lelangan. Siapa yang menawar paling bagus, akan menjadi mertuaku. Jadi aku melarikan diri."

"Ke toilet cewek?"

Pemuda itu kembali tertawa tanpa suara. "Apa kamu sebegitu nggak sukanya padaku?"

Alis Eann menukik menjawab pertanyaan itu. "Menurutmu?"

"Menurutku kamu menyukaiku."

Twich!

Muncul perempatan imaginer di sudut dahi Eann mendengar ucapan itu. "Dari mana kesimpulan bodoh itu muncul, kakak senior Viorentino Samudera yang terhormat?"

"Buktinya kamu hafal di luar kepala dengan namaku," jawab Voy enteng.

Rasanya Eann ingin menenggelamkan kepala Voy ke dalam toilet. Menyebalkan sekali cowok ini.

"Mau melarikan diri tidak?" tanya Voy tiba-tiba.

"Eh?" Eann mengerjabkan matanya bingung.

"Sepertinya kamu juga tidak senang ada di sini. Kenapa? Dijodohin sama om-om genit, ya?" tanya Voy dengan seringaian menyebalkan.

"Sembarangan!" sahut Eann ketus. "Hush, hush pergi sana! Aku nggak mau kena masalah lagi karena kamu!" usirnya.

Voy tertawa. "Kamu baik-baik saja sama Ren. Kenapa denganku antipati gitu? Naksir beneran ya?"

"Iih...! Voy! Beneran deh, kamu itu cowok paling nyebelin setelah Navin! Rese!"

"Nav? Kenapa Nav harus ikutan dibahas? Masih cinta ya sama dia? Aku jadi cemburu," ucap Voy sambil memegangi dadanya, mendramatisir.

Eann memukul pundak pemuda itu dengan gemas. "Nyebelin!" geramnya seraya berbalik meninggalkan Voy.

"Hei, yakin nggak mau kabur sama aku?"

"Ogah!" teriak Eann tanpa menoleh lagi.

Voy tertawa mendengarnya. Baru kali ini dia merasa sesenang ini mengobrol dengan seorang cewek. Saat bersama Rissa atau yang lain, dia hanya mengobrol biasa saja. Kalau Rissa, karena gadis itu memang nggak nyambung untuk diajak bercanda. Terlalu lembut. Kalau yang lain sih, emang Voy yang tak begitu dekat dengan cewek-cewek itu. Tapi dengan Eann, kenapa Voy senang sekali membuatnya marah-marah gak jelas?

"Haish..., terpaksa balik ke kandang macan, nih," gumamnya lalu menyusul Eann meninggalkan lorong sempit di depan toilet restauran.

Seorang cowok keluar dari kamar mandi di samping tempat Voy berdiri tadi. Seringaian menyebalkan menghiasi wajah tampannya.

"Arveann...," gumamnya sembari berjalan perlahan meninggalkan tempat itu.

.

Alvino menatap gadis cantik di depannya dengan penasaran saat dia terus menatap ke meja lain dengan ekspresi yang sulit ia baca. Pemuda itu duduk kembali di tempatnya, dan mengikuti arah pandang keponakannya. Sedikit kaget saat melihat Navintar di sana. Bersama orang-orang yang ia duga sebagai orangtua cowok itu dan mungkin kerabat mereka.

"Nav?" tanyanya memastikan.

Gadis di sampingnya menoleh. "Hm, with his beloved girl. Nggak nyangka mereka kembali bersama," ucapnya.

Dahi Alvino berkerut mendengarnya. "Mereka? Jadi dia cewek itu? Orang yang membuat Nav ninggalin kamu?"

Cewek itu tertawa. "Sorry, Vin! Sebenarnya waktu itu aku bohong. Aku terlalu sakit hati waktu Nav PHPin aku. Jadi aku nambah-nambahin ceritaku. Hehehe..."

Alvino menatap Myria, cewek di depannya dengan tatapan tak mengerti. "Maksudnya?"

"Sebenarnya, Navin dan Veann itu pacaran sejak SMP. Mereka sangat akur, sampai kami SMA. Lalu di SMA Nav mulai main mata sama cewek lain di belakang Veann, karena merasa menjadi Pangeran sekolah. Mereka putus nyambung, sampai akhirnya seorang cewek bernama Vera membuat mereka beneran putus. Eann menghilang, sementara Nav pun ninggalin Vera. Lalu dia nembak aku cuman untuk manas-manasin Veann di pesta perpisahan, tapi ternyata gadis itu nggak muncul. Setelah itu Nav gantungin aku."

Alvino mengusap wajahnya kasar. "Jadi bagian Navin ninggalin kamu karena cewek lain itu bohong?"

"Nggak juga, cewek lain itu ada. Tapi bukan Veann. Melainkan sahabat tercintamu itu. Rissa. Yah, meskipun mungkin juga Rissa hanya selingan seperti yang lainnya. Buktinya mereka masih aja barengan."

"Astaga!"

Myria terkikik. "Kalau dipir-pikir lagi sekarang, aku kasihan sama Veann. Dia yang paling dirugikan. Dia terlalu cinta sama Nav, sampai nggak bisa lepas meski cowok itu mengkhianatinya terus-menerus."

Alvino menoleh menatap Arveann. Melihat mendung di wajah gadis itu. Lalu teringat obrolan -jika bisa disebut obrolan- Veann dengan Voy tadi. Veann ingin lepas dari Nav tapi masih ragu untuk melakukannya. Itu yang ia tangkap dalam pembicaraan mereka.

"Arveann itu orang yang seperti apa?" tanyanya akhirnya.

Myria berpikir sejenak. "Dia cewek yang nggak butuh banyak teman, asal ada satu atau dua orang yang setia di sisinya. Dan itu Nav dan sepupunya."

"Pacarnya Martin?"

Myria mengangguk.

"Lalu apa dia nggak pernah didekati cowok lain saat putus dari Navntar?"

"Dideketin cowok lain? Bercanda! Mana mungkin ada kesempatan itu, mereka putus paling lama 3 hari. Mereka memang aneh."

Sudut bibir Alvin terangkat. "Menarik. Menurutmu, apa aku bisa mengalahkan Voy dan Nav?"

Dahi Myria berkerut. "Nggak, nggak! Jangan bilang kamu... Alvino! Ini gila!"

"Panggil aku Om, honey. Aku ini adik mamamu."

"Ogah, cuman beda setahun juga! Vin, pliss deh! Kenapa bukan Mayang atau Carrissa?"

Alvino terkekeh. "Aku terlalu mengenal Rissa. Nggak menarik. Mayang? Dia hanya menatap Voy, meski nggak ada harapan. Bodoh sekali. Nggak asyik."

"Astaga!" Myria nyaris menjerit frustasi.

"Lagipula, aku bisa membuat Nav kelabakan kan? Itu menyenangkan."

Myria mendengus. "Terserah kamu saja! Aku membenci mereka, tapi tetap saja Arveann nggak punya hutang padaku."

"Oh, dewasa sekali ponakan cantikku. Apa karena sudah mau menikah?"

"Kalau dipikir-pikir aku dulu bodoh sekali, bisa jatuh bangun karena Navintar. Dan membiarkan kak Gio menungguku. Dilihat dari sisi manapun kak Gio jauh lebih keren dari Nav."

Alvino terkekeh. "Ya, dulu kamu cewek terbodoh yang pernah ada. Sekarang ada cewek bodoh lain yang perlu aku selamatkan."

"Ergh tidak, jangan mulai lagi!"

"Bersiaplah, kamu akan segera punya tante yang manis," ucap Alvino penuh percaya diri.

.

.

Nav menyangga kepalanya dengan tangannya. Wajahnya terus menatap ke luar jendela mobil. Menatap kosong jalanan yang tak seramai biasanya. Dan entah sudah berapa kalinya dia menghela nafas.

Perjodohan antara dirinya dan Eann hari ini gagal total. Eann tetap menolak hal itu, dan orangtua mereka memutuskan untuk tidak menekannya. Dan entah mengapa terasa ada yang hilang dari hatinya karena penolakan itu.

Selama ini dia yang selalu mengabaikan Eann, dan gadis itu yang selalu bergantung padanya. Rasanya kesal karena Eann lebih dulu menolak perjodohan itu daripada dirinya. Apa Eann telah melupakannya? Apa ada orang lain yang ia sukai?

Awalnya dia pikir Ren adalah cowok itu. Tapi barusan saja ia tahu, ternyata Ren adalah orang yang membuat Eann kehilangan kakak yang paling dia sayangi. Orangtuanya bilang, Eann membenci Ren. Tapi dari yang Nav lihat, mereka justru terlihat sangat dekat. Dan itu membuatnya semakin kesal. Jika Ren saja bisa dia maafkan, kenapa Eann masih saja membenci Nav? Tidak adil kan?

"Nav, apa kamu tidak ingin mencoba melakukan pendekatan lagi dari awal dengan Eann?" tanya bundanya.

Nav melirik ke spion. "Hm," jawabnya malas. Maksudnya adalah 'masa bodoh', tapi ibunya salah mengartikan.

"Jadi kamu mau? Baiklah, mulai besok kamu anter-jemput dia, gih! Cinta itu memang perlu perjuangan, sayang!" seru sang bunda.

"Bunda..., maksud Nav..."

"Nav, pernahkan ada gadis lain yang tahan dengan sifatmu yang sangat suka tebar pesona itu? Kamu pikir siapa yang lebih bersalah diantara kalian selama ini? Sifat manja Eann atau kamu yang playboy?" ucap ayahnya memotong kalimat Nav.

Pemuda itu terdiam.

Teringat saat masih bersama Eann dulu. Nav menyukainya karena cewek itu tak pernah meminta lebih selain harus selalu ada untuknya. Eann juga bukan cewek yang matre. Eann juga akan dengan mudah memaafkannya meski berulang kali memergokinya selingkuh. Hanya perlu kata 'maaf', 'sayang' , senyuman dan sepotong coklat, maka dia akan luluh. Dan Nav tidak pernah berpikir untuk menjadikan cewek lain tempatnya kembali di setiap petualangannya.

Hanya Eann yang bisa.

"Tapi Nav menyukai cewek lain, Yah," gumamnya. Teringat pada Carrisa yang membuatnya jatuh cinta dengan sangat mudahnya.

Kedua orangtuanya mendesah. Sepertinya memang inilah akhirnya. Mungkin Nav dan Eann memang tidak berjodoh.

"Tapi ayah sama bunda tenang saja, aku akan tetap menjaga Veann seperti adikku sendiri. Boleh kan?" lanjutnya yang tak mendapat jawaban apapun.

Nav tahu, orangtuanya kecewa. Dan Nav tidak ingin mendebat mereka untuk menambah kekecewaan orangtuannya.

.

bersambung

.

Nav itu sangat plin-plan ya? hehe...

Alvino..., enaknya siapa cast yang tepat ya? saran?

special buat @cheriemieleblossom hepi b'day yak! mg2 berhenti request yg aneh2. amin

Tengkyu buat Yowenn

atas komen, saran, kritik dan obrolannya. Semoga nggak pernah bosan.

see yaa!

Continue Reading

You'll Also Like

955K 44.5K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
2.3M 254K 45
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
164K 8.9K 18
"Aku tidak bohong. Hal itu juga yang menjadi pertanyaanku dari tadi. Kenapa aku tidak bisa membaca masa depanmu atau membaca apa yang ada difikiranmu...
1.9M 89.2K 52
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞